Menampilkan 20 dari 158 entri terbaru dari Oktober 2010. Tampilkan entri lawas
Menampilkan 20 dari 158 entri terbaru dari Oktober 2010. Tampilkan entri lawas

Minggu, 31 Oktober 2010

Patah Hati?... Obati Dengan Jeruk

Seperti yang kita ketahui, ilmu feng shui sangat bermanfaat dalam menjalankan hidup. Mulai dari tata letak, hingga beberapa faktor tambahan dapat membawa energi positif dalam kehidupan.

Salah satu manfaatnya adalah saat kita mengalami kesedihan akibat hubungan yang kandas. Patah hati sering kali mempengaruhi kehidupan seseorang. Biasanya aktifitas berubah menjadi lebih sukar dikerjakan karena perasaan yang sedang tidak enak.

Untuk menghindari hal ini terjadi berlarut-larut, maka penting bagi Anda untuk segera mengobatinya. Ilmu feng shui mengklaim bisa membatu mengatasinya.

Minyak jeruk esensial dipercaya sebagai antidepresan yang efektif mengobati kecemasan emosional seseorang. Minyaknya digunakan untuk membawa kedamaian dan ketenangan pada situasi emosional sehingga memberikan ketenangan dan harmoni pada pemakainya, seperti dikutip dari redbookmags.

Masukkan 10 tetes minyak jeruk esensial yang bisa Anda temukan di toko-toko yang menjual alat-alat aroma terapi ke dalam botol spray berisi air. Kemudian semprotkanlah ke setiap ruangan di pagi hari. Dengan begitu, Anda akan membuka hari Anda dengan vitamin dosis tinggi yang membuat perasaan Anda menjadi jauh lebih baik.

Filosofi kuno mempercayai bahwa kulit jeruk dapat membantu redakan stres. Untuk membuktikannya, cobalah meletakkan sembilan kulit jeruk ditambah dua cangkir garam epsom pada bak mandi Anda. Biarkan selama 20 menit.

Setelah itu, mandilah dengan air tersebut dan dapatkan antusiasme, optimisme dan harapan kembalii. Hal ini tidak hanya baik bagi Anda yang patah hati saja, tetapi juga bagi Anda yang sedang putus asa.
Readmore »

5 Tipe Wanita Yang DiTakuti Pria

Pria terkadang memiliki segudang alasan untuk tak tertarik pada Anda. Dan menurut survei, ada beberapa tipe wanita yang membuat pria tak berani mendekat. Mau tahu?

Sebuah survei dilakukan di Italia. Survei tersebut diikuti oleh ribuan pria lajang. Mereka semua di beri pertanyaan sekitar tipe wanita yang akan dijadikan pasangan. Dari survei tersebut dapat terlihat beberapa tipe wanita yang jarang menjadi incaran para pria.

1. Single mother
Sikap pria yang terkadang egosentris bahkan kekanak-kanakan sering kali tak bisa menerima wanita yang telah memiliki anak. Tanggung jawab untuk mengurus anak yang bukan buah hatinya membuat para pria berpikir dua kali untuk mendekati para single mother.

2. Wanita boros
Sifat wanita yang gemar belanja tanpa batas kadang membuat 'ngeri' para pria. Mengingat mereka yang akan menjadi pencari nafkah utama, terkadang para pria memilih untuk mendekati wanita yang lebih sederhana, ketimbang mereka yang doyan berfoya-foya.

3. Wanita yang memiliki banyak sahabat
Tipe wanita seperti ini terkesan tidak berbahaya bagi pria manapun. Tapi siapa sangka, wanita-wanita yang memiliki banyak sahabat pun menjadi pilihan terakhir para pria. Kedekatan wanita tersebut dengan para sahabatnya membuat pria merasa 'tidak aman' posisinya. Kebanyakan pria juga merasa tersakiti harga dirinya jika wanita yang ia cintai lebih mendengarkan pendapat sahabatnya ketimbang dirinya.

4. Wanita yang terobsesi dengan pernikahan
Jika di kencan pertama Anda sudah berbicara tentang pernikahan, hampir dapat dipastikan tak akan ada lagi kencan-kencan berikutnya. Hal ini bukan berarti pria takut berkomitmen, namun ia belum siap untuk membicarakan hal yang serius di awal perkenalan.

5.Si ratu egois
Yang terakhir, dari survei tadi, sebanyak 98 persen mengaku tak akan pernah mau menjadi pasangan wanita yang bersifat egois serta mementingkan diri sendiri. Wanita tipe ini biasanya tidak mandiri dan selalu minta dilayani dalam hal apapun. Bertemu wanita seperti ini membuat pria merasa dimanfaatkan.
Readmore »

Obrolan Wanita Yang Buat Pria Drop

Setelah mengetahui dua kondisi yang sering membuat Anda melontarkan kalimat yang membuat si dia kesal. Kini saatnya Anda menyimak beberapa kondisi lagi yang sering kali membuat pria kesal.

Reminder
Wanita sepertinya memang terlahir untuk lebih vokal daripada pria. Kebanyakan wanita sering kali memperingati ataupun bercerita kepada pasangannya.

Masalahnya, peringatan ataupun cerita yang dikatakan wanita sering kali diulang-ulang. Banyak pria yang mengaku kesal karena pasangannya mengatakan suatu hal berulang kali bagaikan reminder atau waker yang tidak bisa dimatikan. Dan hal ini yang membuat pria menemukan kata 'cerewet'.

Meskipun terkadang pasangan Anda terkesan tidak mendengarkan apa yang sedang Anda beritahu, tapi percayalah bahwa ucapan Anda sudah terekam dikepalanya. Yang membuat mereka lupa, bukan karena tidak menyimak omongan Anda, namun karena situasi yang terkadang membuatnya terlarut. Misalnya saat ia sedang seru berkumpul dengan teman-temannya, maka saat itu juga ia lupa dengan omongan Anda.

Memuji Temannya
Suatu hari pasangan memperkenalkan teman-temannya kepada Anda hingga di jalan pulang, pasangan membicarakan profilnya kembali. Lalu secara spontan Anda menanggapi ceritanya tersebut dengan mengatakan "si A ganteng banget!"

Kalimat tersebut akan membuat pasangan merasa terintimidasi. Pria akan senang jika pasangannya menyukai teman-temannya tetapi mereka tidak senang bila Anda benar-benar menyukai teman-temannya dalam arti yang lebih spesifik.

Selain itu, kebanyakan pria selalu ingin menjadi yang terbaik di mata orang yang ia sukai. Dengan mengatakan teman pasangan Anda menarik, maka secara tidak langsung Anda menyatakan bahwa pasangan Anda kalah bersaing dengan temannya sendiri.

Terserah
Satu kata yang sering membuat pria kesal adalah kata 'terserah'. Sebuah kata yang menyatakan kepasrahan atau kerelaan seseorang terhadap suatu keputusan.

Mengapa kata ini bisa membuat pria kesal? Hal ini disebabkan ketidak mampuan Anda menentukan pilihan. Padahal disaat Pasangan Anda memberikan pilihan atau melontarkan pertanyaan, maka ia mengharapkan jawaban yang pasti. Jawaban yang benar-benar Anda inginkan.
Readmore »

Teknik Ciuman Gaya Kamasutra China


Ciuman dan gigitan lembuh saat bercinta ternyata penting dan perlu variasi. Tujuannya jelas, untuk memberi fantasi bagi pasangan Anda. Kitab “Shu Ni Cing” dari Tiongkok kuno memberi panduan cara bercium dan menggigit pasangan secara mesra dan penuh sensasi. Ajaran kamasutra China ini dapat menjadi penuntun menuju birahi dan kenikmatan seksual.

Dalam seni bercinta berciuman adalah salah satu kegiatan yang sangat digemari. Berciuman juga merupakan satu fase dalam pemanasan sebelum bersanggama. Berciuman memiliki seni dan caranya sehingga baik bagi pria maupun wanita dapat merasakan kenikmatannya. “Shu Ni Cing” membagi cara berciuman dan gigitan menjadi sepuluh bentuk, yaitu lima bentuk ciuman dan lima bentuk gigitan.

Berikut seni berciuman dan gigitan dari kitab “Shu Ni Cing” yang paling memabukkan dan romantis sebagai salah satu seni bercinta.

Ciuman Sensasi
Teknik menggoda pasangan sehingga merasa penasaran dan kemudian dilanjutkan dengan ciuman yang lebih bergelora. Caranya wajah sang pria mendekati ke wajah pasangannya, kemudian sentuh bibir pasangannya dengan bibir atas sambil mendesah penuh godaan. Setelah bibirnya terbuka karena bergairah kemudian sentuhkan ujung lidah pada bibirnya secara perlahan.

Ciuman Keliling
Maksud dari teknik ciuman ini adalah lidah masuk ke dalam rongga mulut pasangan dan di sana menjelajah ke mana-mana sesuka Anda. Mula-mula lidah menelusuri langit-langit mulut dan kemudian berputar bersama lidah pasangan.

Ciuman Singa Menari
Ciuman singa menari adalah mencium seluruh bagian tubuh pasangan dengan sentuhan-sentuhan bibir yang romantis. Ciuman ini dimulai dari bibir atas, lalu bibir bawah, leher, belakang telinga, dada perut, daerah antara perut dan kemaluan, selangkangan, kemaluan, betis, paha, dan kaki.

Ciuman Bergema
Teknik ciuman ini dilakukan dengan tambahan suara erangan sehingga menimbulkan nafsu bagi pasangan. Caranya tempelkan bibir pada ujung rahang yang berdekatan dengan telinga, kemudian geserkan bibir menyeberang pada sisi rahang yang lain sambil mengerang. Lalu bibir mendekati telinga kemudian mainkan lidah di atas lubang telinga. Erangan-erangan ini akan membangkitkan gairahnya.

Ciuman Ikan Cupang Beradu
Ciuman ini melibatkan dua lidah yang bersatu di dalam rongga mulut salah satu pasangan. Baik itu di pasangan pria ataupun wanita. Lidah yang beradu di rongga mulut itu bagaikan sepasang ikan cupang di dalam sebuah bejana yang saling beradu. Kedua lidah ini berjalin, saling memutar untuk mendapatkan kepuasan.

Gigitan Batu Giok
Proses gigitan ini tidak perlu melihat sasaran menempelkan giginya. Hanya cukup dekatkan pada bagian paling menggiurkan pada pasangan Anda. Gigitlah dengan lembut disertai kecupan dari bibir untuk menambah rangsangan. Bila pasangan Anda menggeliat berarti dia menikmati gigitan itu.

Gigitan Menusuk
Gigitan ini hanya menggunakan dua gigi yang paling depan. Bibir tidak perlu menempel pada kulit. Agar terasa nikmat gigitan tersebut harus dilakukan secara perlahan-pahan, tidak perlu terburu-buru cara melakukannya, yang penting kualitas gigitannya cukup bagus.

Gigitan Gelap
Bentuk gigitan ini tidak dapat ditunjukkan secara teknik. Terserah pasangan menempatkan gigitan yang dikenal gigitan tanpa makna ini. Yang menarik adalah adanya jilatan lidah oleh si penggigit. Agar lebih merangsang, dan sangat menarik untuk dilakukan pada saat mengalami orgasme.

Gigitan Menghisap
Rabalah bagian payudara dan bahu, kemudian tempelkan bibir lalu keluarkan gigi Anda untuk melakukan gigitan kecil sambil menghisap. Menurut Kitab “Shu Ni Cing”, gigitan ini akan memberi bekas tanda merah di atas tubuh yang baru digigit. Gigitan ini sangat baik digunakan bagi pasangan yang nafsunya menggebu-gebu.

Gigitan Angin malam
Menurut “Shu Ni Cing”, gigitan ini sangat serasi dipakai oleh pasangan yang masih berpacaran. Angin malam yang dimaksud adalah proses gigitan yang tidak menyertakan kegiatan seksual. Caranya tidak harus didaluhi hubungan badan, cukup mencium lalu gigitlah secara mantap.
Readmore »

Tips Seni Bercinta Dalam Menikmati Seks

Apakah anda sering mendengar Kata Kama Sutra? Saya pikir Siapa yang tidak pernah mendengar kalimat “kamasutra”? Karena sekarang ini banyak sekali Video Teknik Posisi Seksual Ala Kamasutra yang bisa kita dapatkan dengan mudah di internet ini lewat situs youtube. Video Teknik Pemanasan Seksual Ala Kamasutra bisa menjadi latihan buat anda yang ingin mendapatkan kepuasaan dalam bercinta dengan pasangan anda. Kamasutra atau kama Sutra merupakan sebuah seni atau rangkaian dalam percintaan atau berhubungan. Kamasutra sendiri berasalah dari bahasa sansekerta, seperti yang tercantumkan di wikipedia:
Kama Sutra adalah kata yang berasal dari bahasa Sansekerta (??? k?ma, yang berarti keinginan, hasrat, cinta atau nafsu) dan (????? s?tra, yang berarti benang atau rangkaian), sehingga secara keseluruhan mempunyai arti sebagai rangkaian dari adegan hasrat dalam percintaan (seksual). Ada sebagian orang yang mendifinisikan Kama Sutra sebagai tali atau benang pengikat dalam percintaan. Buku Kama Sutra merupakan hasil karya literatur Sansekerta yang dikarang oleh Mallanaga Vatsyayana dan banyak dipakai sebagai buku acuan dalam hal percintaan. Secara keseluruhan buku ini terdiri dari 36 bab yang terbagi menjadi 7 bagian, dan telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, termasuk ke dalam bahasa Inggris (oleh Burton dan Doniger). Kama (batara Kamajaya) juga merupakan lambang dari dewa percintaan, seperti yang dikenal dalam cerita Kamajaya-Ratih (dewi Kamaratih).

Kamasutra terkenal sebagai seni bercinta yang sangat tinggi.Maka tak heran jika banyak orang memilih Kamasutra sebagai acuan untuk menikmati seks dengan penuh keseimbangan.Bukan sekedar memuaskan nafsu dalam bercinta tetapi juga menuangkan seni dalam bercinta. Diantara Tips-tips tersebut ialah :
1. Tekukan Teratai
Dalam Kamasutra posisi ini disebut posisi Indrani.Posisinya ialah dengan Wanita menekuk lutut shg paha dan betis berdempetan kemudian berbaring menyamping.Sementara sang Pria “menyerang” dari posisi yang paling mudah. Posisi ini memerlukan latihan karena gaya bercinta ini tidak biasa dan mempunyai seni dan tingkat kenikmatan yang tinggi.
2. Teratai Mekar
Posisi ini memiliki sensasi yang berbeda.Dapat dilakukan dengan cara Wanita tidur terlentang dan membuka kedua kaki selebar mungkin dan dengan merendahkan posisi kepala serta mengangkat bagian tengah tubuh.Kemudian Pria memeluk bagian tengah sehingga mempermudah dalam memasukkan Mr.P ke dalam.
3. Kuncup Teratai
Posisi ini hamper sama dengan posisi sebelumnya,hanya saja paha wanita di angkat dan melakukan penetrasi.Kemudian Pria bergerak kedepan dan belakang ata dapat juga melakukannya dengan gerakan zig-zag.
4. Teratai Mengunci
Kedua kaki baik kaki laki-laki maupun perempuan direntangkan lurus kea rah pasangan masing-masing.Pada posisi miring, lelaki harus selalu berbaring sengan sisi kiri tubuhnya, sedangkan wanita berbaring miring pada sisi kanan.
5. Teratai Menekan
Apabila sudah dalam posisi mengunci, perempuan menekan Miss.V nya ke Mr.P dengan kedua pahanya. Gerakan menekan kedepan dan kebelakang pada penis ini akan menimbulkan seni bercinta yang luar biasa meski agak sulit tapi nikmatnya luar biasa.
6. Teratai Memeluk
Posisi ini sangat mudah dilakukan, yaiutu dengan cara salah satu paha wanita di tempatkan pada melintang paha pria.Dilakukan sembari duduk berhadapan dan kedua tangan saling berangkulan.Ciuman dan eratnya pelukan memperdalam keintiman pasangan.
7. Belahan Teratai
Posisi ini spiel sekali, yaitu dengan cara salah satu kaki perempuan di letakan di bahu pasangan,dan satunya lurus.Kmudian bergantian, kaki yang lurus diletakkan di bahu pasangan dan satunya lurus.
8. Teratai Gantung
Posisi ini memerlukan energi yang ekstra dan pengalaman.Posisi ini dilakukan dengan cara pria bersandar ke tembok dan kedua tangan wanita di lingkarkan pada leher pria sembari duduk di kedua tangan pria yang disatukan dan menyangga pantat wanita. Kedua paha wanita diletakkan dipinggang pria lalu menggerakkan dirinya dengan kakinya yang menyentuh tembok.
Readmore »

Seni Bercinta 25 Kali Selama 28 Hari

Detail Berita
Serangkaian penelitian telah menemukan bahwa selain lebih mendekatkan Anda berdua, bercinta bisa membantu meningkatkan kesejahteraan. (Foto: gettyimages)
BISAKAH Anda bercinta tiap hari selama sebulan? Tak sedikit pasangan berupaya mencoba, dan hasilnya, pernikahan menjadi lebih bahagia.

Kedengarannya tantangan yang tidak mungkin, bercinta setiap hari selama satu bulan. Namun serangkaian penelitian telah menemukan bahwa selain lebih mendekatkan Anda berdua, bercinta bisa membantu meningkatkan kesejahteraan.

Salah satu pasangan yang mencoba tantangan ini adalah Sarah Kavanagh (31 tahun), seorang koordinator proyek, dan suaminya Colin (40), seorang pelaksana proyek yang berasal dari Cheshire, Inggris. Simak bocoran kehidupan seks keduanya yang sanggup bercinta 25 kali selama 28 hari, seperti diungkap Daily Mail.

Berikan kejutan dan memanjakan

Colin menyiapkan makan malam untuk menyambut kedatangan Sarah dari kantor. Candle light dinner dan bunga telah disusun cantik di atas meja makan. Momen seperti ini biasa terjadi hanya saat ulang tahun pernikahan.

Pada suatu malam berikutnya, Sarah kembali mendapati Colin tengah menyiapkan makan malam. Dan kali ini, ia pun dimanjakan dengan Colin memaksa ingin mencuci piring dan menggiringnya ke kamar mandi untuk berendam air hangat. Saat diperlakukan istimewa dan dimanjakan, wanita akan rela memberikan cintanya.

Lepaskan keletihan

Di satu hari Sabtu, saat tak ada pekerjaan kantor yang membatasi aktivitas bercinta, keduanya memutuskan untuk melakukan pekerjaan rumah masing-masing. Setelah letih, keduanya bersantai di sofa, dan Colin segera mengajak sang istri untuk bercinta melepaskan keletihan.

Dua kali semalam

Memang, ada satu hari di mana keduanya harus tidur terpisah dan tak bisa bercinta karena Sarah sakit flu. Tapi, di hari lain, keduanya memutuskan untuk bercinta sebanyak dua kali.

Anak bukan halangan

Saat banyak pasangan mengeluh tidak memiliki cukup seks karena anak, Sarah dan Colin punya trik untuk menyiasatinya. Mencari kesempatan berdua di rumah adalah tidak mungkin. Maka, keduanya mengirim anak-anak ke rumah orangtua atau meminta babysitter mengajak anak-anak membeli jajanan di minimarket terdekat. Dengan waktu minim, keduanya memilih bercinta di tangga.

Pesan erotis

Saat sama-sama di kantor, Sarah dan Colin saling mengirimkan pesan teks erotis atau chatting sebagai isyarat ajakan bercinta malam nanti.

Dan setelah melewati malam-malam indah, Sarah mengaku lebih dekat dan lebih rileks dengan suami dibanding sebelumnya. “Ini menunjukkan betapa pentingnya seks teratur dalam pernikahan, yakni untuk memelihara ikatan,” tutur Sarah.

Bahkan, Sarah mendapati wajahnya terlihat lebih cerah, seperti dikomentari ibunya, “Kamu pakai alas bedak baru ya?,” katanya menirukan.

Sarah juga terlihat lebih menarik, dan menilai diri lebih baik setelah bertahun-tahun menikah. “Merasa diinginkan adalah keajaiban bagi harga diri wanita,” tukasnya.
Readmore »

Sabtu, 30 Oktober 2010

Sering Ganti Posisi Bercinta Bakar Banyak Kalori, Lho!

Detail Berita
Sering ganti posisi bercinta bakar banyak kalori (Foto: Corbis)
SEKS sangat bermanfaat bagi pasutri. Bukan hanya sebagai ajang pembuktian cinta, namun seks juga dapat membuat tubuh lebih sehat. Apa pasal?

Tak ubahnya olahraga, bercinta merupakan kegiatan yang sangat menyehatkan. Bercinta dengan pasangan bisa membantu seseorang membentuk tubuh. Selain membuat tubuh aktif bergerak, seks juga dapat membuat jantung lebih banyak bekerja karena termasuk dalam kategori olahraga cardiovascular.

Ketika berhubungan intim dengan pasangan, Anda membutuhkan pengerahan tenaga yang besar, semua otot tubuh akan bekerja tiap kali Anda bersanggama dengan pasangan. Sehingga, otot-otot tubuh menjadi lebih lentur dan kencang.

Tak hanya itu saja, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa setiap kali Anda berciuman ketika ajang foreplay mampu membakar 26 kalori. Bisa Anda bayangkan berapa banyak kalori yang dapat Anda bakar ketika terlibat dalam satu kali pergumulan dengan pasangan?

Kendati demikian, sangat sedikit orang yang tahu bahwa memanjakan diri dalam sesi seks dapat memicu keringat, yang sama menguntungkannya dengan olahraga. Ini tidak hanya membantu pembakaran kalori ekstra, tetapi juga memungkinkan pasangan untuk melakukan latihan rutin dan juga menikmati kenikmatan seksual.

"Hampir semua otot termasuk kaki, paha, lengan, bahu dan perut bagian bawah yang bekerja pada saat interaksi seksual. Apa pun yang dilakukan untuk tubuh harus dilakukan selama minimal 15 menit. Jadi pasangan perlu memberikan perhatian ekstra. Jika mereka ingin memperoleh manfaat kesehatan tambahan dari posisi seksual, mereka harus memperpanjang  aktivitas seksual dari foreplay sampai menuju klimaks," kata Dr Basheer Ahmad Roy, spesialis seks di India yang dinukil dari Times of India, Jumat (29/10/2010).

Terlepas dari kenyataan bahwa seks dapat meredakan sakit kepala, mengurangi depresi, membuat rambut dan kulit bersinar, itu juga benar. Sementara itu, Dr Shivi Jaggi, seorang seksolog yang berbasis di Delhi menegaskan, bahwa seks membantu membakar banyak kalori lewat posisi yang berbeda-beda. Apa pasal?

"Beberapa posisi memerlukan lebih banyak kekuatan fisik dan melibatkan lebih banyak otot yang bekerja. Sehingga menyebabkan penurunan berat badan dan melatih otot. Intensitas gerakan dan durasi seks membuat banyak perbedaan," tutup Dr Shivi Jaggi.
Readmore »

Jurus Kilat Perkuat Jalinan Kisah Cinta

Detail Berita
Memasak bersama (Foto: Google)
PERNAHKAH Anda berpikir bahwa ada banyak waktu luang yang bisa dinikmati bersama pasangan dan membuat acara kencan lebih menarik? Jika berpikir demikian, Anda bisa menyalurkan hobi sambil memperkuat jalinan asmara.

Mengintip hobi apa saja yang bisa memberikan pengaruh positif dalam kisah asmara, berikut referensi dari Allwomanstalk untuk Anda.

Airsoft gun

Jika kekasih termasuk orang yang suka sekali dengan kegiatan menembak, Anda jangan hanya berdiam diri. Cobalah menikmati permainan yang satu ini. Di saat Anda tak sengaja mencobanya, tanpa disadari hobi yang satu ini bisa membuat Anda ketagihan. Begitu menyukai permainan airsoft gun, Anda pun bisa bersaing dengan pasangan menentukan pemenangnya.

Wall climbing

Panjat tebing umumnya dilakukan kaum pria, tak heran bila hobi yang satu ini membutuhkan keberanian dan membuat pria tampak sangat jantan. Wall climbing juga termasuk latihan fantastis, terutama untuk membentuk tubuh bagian atas. Jadi, tak ada salahnya untuk dicoba bukan? Ingin mencoba bersama kekasih hati, Anda bisa mencobanya pada musim panas. Ini akan menjadi ide kencan musim panas yang istimewa.

Memancing

Hobi yang satu ini mungkin terlihat sedikit lebih santai daripada dua hobi lainnya. Tapi tahukah Anda, memancing bisa membuat hubungan Anda dan pasangan kian dekat dan mesra. Sambil menunggu ikan memakan umpan yang diberikan, Anda bisa membahas banyak hal dengan pasangan. Setelah itu, lanjutkan dengan sesi memasak, olah ikan yang telah kalian dapatkan dengan racikan bumbu istimewa. Untuk kalian para wanita, di sinilah waktunya Anda menunjukkan keterampilan menyajikan ikan bakar istimewa. Selamat mencoba!
Readmore »

Bagaimanakah Wanita Ideal yang Haqiqi

nurhalizaSebagai pribadi yang agamis, tentu kita yakin bahwa Allah swt. men-ciptakan kita berpasang-pasa-ngan. Al-Qur’ân sendiri secara tekstual menyatakan bahwa bukan hanya manusia saja yang mempunyai pasangan. Secara natural, kita lihat banyak sekali fenomena alam yang tercipta dalam keada-an mempunyai pasangan. Ada siang, ada malam; positif, negatif; kutub utara, kutub selatan; baik, buruk; keras, lembut; proton, neutron; dan sebagai-nya. Maka, agama Islam sebagai agama fitrah sangat menghargai manusia yang membu-tuhkan pasangan. Pasangan manusia yang kita maksud adalah la-ki-laki dan perempuan (wanita).
 
Dalam kebudayaan manapun di luar aja-ran Islam, baik jahiliyah maupun yang mengaku dirinya modern sekalipun, tidak ditemukan tempat yang pas dan propor-sional untuk seorang makhluk Allah yang bernama wanita.
 
Kebudayaan jahiliyah cenderung istib-dad (sewenang-wenang) dalam memper-lakukan wanita, baik dalam bentuk pele-cehan seksual, tekanan ekonomi, mau-pun berbagai siksaan fisik yang jelas-je-las tidak manusiawi. Pada saat itu, wanita dipahami sebagai makhluk manusia yang tidak berguna kecuali sebagai budak laki-laki.
 
Suatu contoh kasus di Mesir, ketika Gubernur ‘Amr bin al-‘Âsh dipilih sebagai pemimpin (sebagai bawahan khalifah ‘Umar r.a). Di sana terdapat kebudayaan yang sangat tidak manusiawi, yaitu: menjadikan perempuan sebagai kurban (baca: wadal) ketika bengawan Nil banjir. Maka, di setiap desa terdapat pesta se-malam suntuk dengan diiringi musik dan tari-tarian. Puluhan wanita cantik yang dihias berjoget dan menari-nari di atas panggung semalaman. Pesta diakhiri dengan penceburan wanita tercantik di atas derasnya Bengawan Nil yang sedang meluap, dengan harapan agar airnya le-kas surut. Namun, kebudayaan jahiliyah seperti ini kemudian sirna diberantas oleh ‘Amr bin al-‘Âsh atas perintah Amirul Mukminin.
 
Fenomena semacam itu juga terjadi di India. Zaman dahulu kala, bila seorang istri ditinggal mati oleh suaminya, maka sebagai istri yang baik dia tidak boleh menikah lagi dan harus selalu setia me-nemani sang suami meski sudah dikubur. Berhari-hari, berminggu-minggu, berta-hun-tahun, dia selalu menunggu mene-mani suaminya sambil meratapi kuburan-nya terus menerus sampai ajal menjem-put sang istri. Betapa kejamnya budaya tersebut, dan sungguh tidak manusiawi.
 
Di daratan Cina, perempuan kecil yang masih balita diharuskan memakai sepatu besi hingga dewasa. Begitu dewasa, se-patunya diganti lagi dengan yang lebih besar sedikit. Sehingga pada saat itu, ti-dak ada seorang pun di daratan Cina ber-kaki normal. Semuanya berkaki seperti bayi dan tidak dapat berjalan dengan wa-jar. Mereka tidak dapat berlari bahkan berjalan pun tertatih-tatih. Hal ini dilaku-kan dengan alasan supaya si perempuan tidak melarikan diri dari suaminya, setua dan seburuk apapun si suami.
 
Yang paling mengerikan dari semua itu adalah budaya Arab jahiliyah, yaitu wa’dul banât (mengubur anak perempuan hidup-hidup). Bagi orang Arab saat itu, memiliki anak perempuan berarti aib memalukan dan terhina. Maka untuk menghilangkan aib dan kehinaan itu, me-reka tega mengubur darah daging mere-ka sendiri hidup-hidup.
 
Tradisi Arab jahiliyah yang memalukan dan tidak terhormat itu kemudian ber-hasil diberantas tuntas oleh ajaran Islam. Bahkan Rasulullah saw. pernah bersabda, “Siapapun diantara kalian orang Islam yang mempunyai dua anak perempuan, maka wajib masuk surga.” Kemudian ada yang bertanya kepada baginda Nabi, “Kalau anak perempuan itu cuma satu bagaimana wahai Rasul?” Rasulullah menjawab, “Na’am (sama saja).”
 
Wanita dan Budaya Modern
wanitaKadang wanita modern terbuai dengan jargon emansipasi, kesetaraan gender, dan simbol-simbol lainnya. Padahal be-lum tentu wacana tersebut dapat meng-angkat harkat dan martabat wanita de-ngan martabat yang diridhoi oleh Allah swt. Kalau emansipasi diartikan negatif serta mengabaikan norma-norma agama, maka yang dikhawatirkan adalah keme-rosotan moral. Ini bisa saja terjadi meng-ingat wacana tersebut bisa dijadikan ‘bemper’ (pelindung) bagi budaya Barat yang amoral dan biadab, yang hanya ber-tujuan mengeksploitasi (memanfaatkan) perempuan demi pemenuhan kebutuhan sesaat kaum hedonis (orang yang suka berhura-hura).
 
Padahal, agama Islam sangat jelas mengharapkan wanita ideal (shâliĥah), dimana mereka adalah soko guru bangsa (‘imâd al-bilâd). Wanita yang berperan sebagai istri yang bisa membangun ke-luarga sakinah sekaligus menjadi ibu dari generasi penerus. Bukan sebagai biang kerok bangsa yang dikhawatirkan Rasulullah saw. dengan sabda beliau, “Tidak ada fitnah (cobaan) yang paling berbahaya bagi laki-laki seperti halnya fitnah perempuan (yang tidak bermoral).”
 
Wanita ideal dalam Islam sudah barang tentu merupakan harta yang tak ternilai. Oleh karenanya, Rasulullah saw. bersabda, “Dunia itu keseluruhannya adalah harta benda. Dan harta benda yang paling berharga di dunia adalah wanita yang shalehah).
Readmore »

Awas! Bahaya "McDonald's" di Facebook



Virus komputer (techiezone.in)

   .Sudah buka Facebook hari ini? Apakah Anda mendapatkan undangan (event) bertajuk "What McDonalds DOESNT Want You To See" atau "SHOCKING McDonalds Video"? Ya, undangan itu bisa datang bertubi-tubi ke akun Facebook Anda dari teman-teman dekat Anda.

Waspadailah karena undangan itu bukan undangan sungguhan yang datang dari teman Anda. Itu pesan spam dengan menggunakan teknik khusus semacam phising (teknik memancing pengguna melalui tautan atau link untuk masuk ke sebuah website).

Jika mengklik atau membuka tautan di dalam undangan tersebut, maka akun Facebook Anda secara otomatis meneruskan undangan yang sama ke seluruh daftar teman Anda tanpa melalui konfirmasi Anda terlebih dulu. Tunggu saja. Dalam beberapa saat, teman Anda akan mengirimkan undangan yang sama ke seluruh teman-temannya juga.

Sebetulnya, perkara ini bukanlah perkara yang baru. Dalam beberapa waktu terakhir, banyak pihak yang tak bertanggung jawab memanfaatkan jasa pemendek URL (URL shortener), seperti bit.ly,  untuk mengelabui korbannya masuk ke sebuah website. Cara yang klasik.

"Ini konyol sekali. 'Lagu' lama terulang lagi. Ini marak beberapa tahun terakhir. Anehnya, korban yang berjatuhan tetap saja banyak," kata Alfons Tanujaya, Antivirus Specialist Vaksincom kepada VIVAnews, Jumat 29 Oktober 2010.

Pada kasus ini, Alfons mengatakan, analoginya sama seperti spam, menyebarkan berita hoax. "Kami mensinyalir ada kelemahan pada API (application programming interface) Facebook. Dengan aplikasi pihak ketiga, sebuah akun Facebook bisa mengirimkan undangan yang sama ke seluruh temannya," jelas Alfons.

Tapi, Facebook tak bisa disalahkan. Menurutnya, jejaring sosial raksasa itu serba salah. "Layakya buah simalakama. Jika Facebook mengetatkan pengamanan pada API, aplikasi yang dikembangkan di dalamnya akan sedikit," terang Alfons.

"Tetapi, jika lemah seperti sekarang ini walaupun aplikasi di dalam Facebook banyak, risikonya program-program jahat seperti McDonald's ini mudah berkeliaran. Jadi, ini bukanlah sepenuhnya salah Facebook," tandasnya.

Lalu, apa solusinya? Di sisi pengguna, dia mengimbau untuk lebih waspada dan berhati-hati dengan undangan atau pesan yang dikirimkan teman. "Sama halnya seperti menerima e-mail spam. Jika Anda menerima e-mail dari teman, Anda harus tetap berhati-hati apakah itu e-mail spam atau e-mail sungguhan. Jangan terlalu gampang percaya."

Sementara di sisi Facebook sebenarnya sudah cukup baik. Mereka mempunyai tim untuk mengontrol kasus-kasus seperti ini. Mereka yang bertanggung jawab untuk menghentikan arus pesan tersebut. Namun, perlu diakui jumlahnya memang sangat banyak. "Tentu saja, Facebook mau tidak mau harus mempersiapkan sumber daya manusia yang banyak pula," pungkas Alfons.
Readmore »

Masya Alloh.Terganggu Saat Main Facebook, Ibu Bunuh Anak

Saking tidak mau diganggunya saat sedang asyik bermain game di internet, seorang ibu muda di Jacksonville, Florida, Amerika Serikat, membunuh bayinya yang rewel. Alexander Tobias menghabisi nyawa bayinya, yang berusia tiga bulan, dengan cara mengguncangkan badannya berkali-kali.


Menurut laman harian Daily Mail, Tobias akhirnya dinyatakan bersalah oleh pengadilan Florida pada sidang Rabu, 27 Oktober 2010. Berdasarkan bobot pelanggaran yang diatur undang-undang pidana, dia terancam hukuman maksimal seumur hidup. Hakim baru akan membacakan vonis atas terpidana pada Desember mendatang. 

Ibu berusia 22 tahun itu ditahan sejak Januari 2010 dengan tuduhan pembunuhan tingkat dua. Di depan hakim, Tobias mengakui kesalahannya.

Tobias mengaku perbuatan kejamnya itu berawal dari FarmVille, yaitu salah satu permainan online dari laman jejaring sosial Facebook. Keranjingan pada permainan kompetisi bercocok tanam itu membuat Tobias lupa diri.

Dia mengaku sangat kesal ketika putranya, Dylan Lee Edmondson, terus menangis. Marah dan terganggu dengan tangisan tersebut, dia mengangkat badan Dylan dan mulai menyiksanya. Setelah mengguncang badan korban sekencang-kencangnya, Tobias lalu berusaha menenangkan diri dengan menghisap sebatang rokok.

Bukannya tenang, Tobias yang telah kalut, kembali mengguncang-guncangkan bayinya hingga tewas. Dia mengatakan mungkin kepala Dylan terantuk tembok saat diguncang-guncangkan.

FarmVille adalah permainan selingan paling populer di Facebook dengan 62 juta pengguna aktif dan lebih dari 24,6 juta penggemar pada fans page. Berkat popularitas permainan itu, perusahaan Zynga sebagai pengembang mengantongi US$5,61 miliar.

Namun, muncul beberapa terkait kelalaian orang tua yang asyik bermain komputer. Pada saat seperti ini anak-anak yang tinggal bersama pemain rentan menjadi korban.

Awal tahun ini, sepasang suami-istri di Korea Selatan membiarkan anak mereka mati kelaparan. Saat itu mereka sibuk dengan permainan membesarkan bayi virtual di internet.

Pada September, seorang Ibu di AS dilarang oleh pengadilan untuk menggunakan komputer lagi setelah dia terbukti mengabaikan anak-anaknya serta anjingnya hingga kelaparan karena keranjingan game.
Readmore »

Hantu 'McD' di Facebook' 5 Langkah Bersihkan Account Facebook

Jakarta - Sebuah program jahat yang mencatut nama 'McDonalds' merebak di Facebook. Jika menjadi korbannya, account Facebook Anda akan menyebarkan hal itu pada semua kenalan.

Tentunya hal itu sangat menyebalkan. Selain ada juga potensi dimanfaatkan untuk kepentingan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Simak langkah-langkah berikut ini seperti disampaikan Alfons Tanujaya, analis antivirus Vaksincom, yang dikutip detikINET, Sabtu (30/10/2010):
  1. Jika anda sudah terlanjur menjadi korban dan menyebarkan Event Invitation pada seluruh kontak Anda, segera informasikan ke seluruh kontak Facebook Anda untuk tidak mengklik link yang diberikan apalagi sampai menyetujui instalasi aplikasi.
  2. Klik [Account] [Privacy Settings]. Anda akan membuka menu “Choose Your Privacy Settings
  3. Klik [Edit your settings] dari menu “Applications and Websites” di pojok kiri bawah untuk membuka menu “Choose Your Privacy Settings > Applications, Games and Websites"
  4. Klik [Remove unwanted or spammy applications] untuk membuka layar “Applications, Games and Websites > Applications You Use" dan klik tanda X di sebelah “Edit Settings
  5. Anda akan mendapatkan layar konfirmasi Remove, klik tombol [Remove] untuk menghapus program HD Video Player.
Readmore »

Jumat, 29 Oktober 2010

Merapi Meletus Lagi, Lava Mengalir ke Barat



. Gunung Merapi kembali meletus. Letusan dengan ledakan sangat keras dan lelehan lava ini terjadi sekitar pukul 00.40 WIB.

"Ya meletus," ujar Kepala Pusat Mitigasi Bencana Geologi, Surono dalam pesan singkat pada detikcom, Sabtu (30/10/2010).

Sementara itu Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief, menulis lava erupsi Gunung Merapi ini mengalir ke arah Barat.

"Baru kontak DR Surono, arah muntahan merapi ke arah barat (Magelang dan sekitar)," tulis Andi.

Andi juga menjelaskan hujan Abu terasa hingga Km 19 Kaliurang.

Sementara pantauan detikcom, warga sekitar Kaliurang panik karena mendengar suara gemuruh. Ribuan warga pun meninggalkan lereng Merapi dengan terburu-buru.

"Ayo mengungsi, ayo mengungsi," teriak mereka.
Readmore »

Ebiet G Ade: Mungkin Tuhan Mulai Bosan Melihat Tingkah & Dosa Kita


  
RMOL. Perjalanan ini. Trasa sangat menyedihkan. Sayang engkau tak duduk disampingku kawan. Banyak cerita yang mestinya kau saksikan. Di tanah kering bebatuan...

Barangkali di sana ada jawabnya. Mengapa di tanahku terjadi bencana. Mungkin Tuhan mulai bosan. Melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita. Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang...

Itulah salah satu bait lagu ber­judul “Berita Kepada Kawan” diciptakan dan dinyanyikan Ebiet G Ade. Bait itu memang sering kita dengar jika ada tayangan bencana di televisi. Selain itu ada dua lagu yang sering diputar ber­kaitan dengan bencana, yaitu “Untuk Kita Renungkan”, dan “Masih Ada Waktu”.

Penyanyi era 1980-an ini mengaku, lagunya itu sering men­jadi berkah bagi korban ben­cana. Sebab, setelah men­dengar­kan lagunya itu, orang tergerak hatinya untuk membantu, ikut bersimpati atau setidaknya ikut mendoakan mereka yang terkena bencana.

“Kan itu bagus. Jadi, mudah-mudahan itu ibadah juga,” ujar penyanyi dan penulis lagu, Ebiet G Ade, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Berikut kutipan selengkapnya:

Kalau ada bencana alam, orang teringat lagu yang Anda cip­takan dan nyanyikan, bagai­mana komentarnya?
Tentu saya sedih melihat ben­cana selalu menimpa negeri ini. Yang jadi korban kan saudara-saudara kita juga. Bencana di negara lain saja yang kita tidak kenal, itu sedih. Apalagi, sesama anak bangsa, satu negeri. Tentu sedih dong.

Bukannya senang karena lagu Anda sering dinyanyikan di siaran televisi?
Ah, tidak seperti itu.

Saya hanya melihat dari sisi positifnya saja, yakni dengan men­­dengarkan lagu itu bisa ter­gerak hatinya untuk membantu korban bencana. Begitu juga pemerintah hendak­nya bisa membantu dengan cepat terhadap korban tsunami Menta­wai dan meletusnya Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta.

Salah satu bait di lagu itu, mung­kin Tuhan mulai bosan me­lihat tingkah kita yang selalu sa­lah dan bangga dengan dosa-dosa, apa memang kondisinya se­­perti itu?
Ya bisa jadi, mungkin Tuhan mulai bosan dengan tingkah laku kita dan dosa-dosa kita.

Ada yang mengkaitkan ben­cana dengan rumor dan mitos, komentar Anda?
Rumor itu selalu datang dari pikiran-pikiran yang berkelana liar. Jadi, kalau orang politik mung­kin dikaitkan dengan peja­bat, pemerintah dan sebagainya. Se­dangkan untuk orang hukum di­kaitkan dengan orang-orang yang memegang kekuasaan hu­kum, kesewenang-wenangan, dan seba­gainya. Jadi, saya kira bencana ini rasanya memang su­dah merupa­kan hukum alam.

Ada yang mengkaitkan de­ngan kepemimpinan SBY?
Kalau dikait-kaitkan dengan kepemimpinan SBY itu namanya su’uzon. Tapi saya melihatnya tidak seperti itu. Memang ada juga orang yang punya pikiran se­perti itu. Tapi itu kan tidak pro­duktif dan sangat mengganggu. Akibatnya malah akan melempar kesalahan kepada orang lain. Pada­hal, kita sendiri tidak beru­saha memperbaiki kualitas kede­katan kita dengan alam.

Lantas siapa yang disalahkan dengan adanya bencana ini?
Ada bagian-bagian yang me­mang akibat dari ulah kita. Mi­salnya, kalau longsor dan banjir diakibatkan dari pembalakan liar, penggundulan hutan atau keti­dakpedulian masyarakat terhadap lingkungan. Misalnya, banjir aki­bat pene­bangan hutan.

Bagaimana dengan meletus­nya gunung Merapi?
Saya kira itu alam punya cara­nya sendiri untuk hidup, bergerak untuk melakukan tugasnya.

Apa tidak ada niat pergi ke Yogya­karta melihat pengungsi aki­bat Gunung Merapi mele­tus?
Memang saya kepingin ke Yogya dalam waktu dekat ini untuk ikut berempati. Supaya tidak lupa bersyukur. Sebab kita masih diberi kesempatan untuk melihat matahari esok.

Apa ada niat untuk  menyanyi terkait bencana alam?
Kalau itu tidak mungkin. Se­bab, itu kontraproduktif. Sau­dara-sau­dara kita itu kan lagi ber­sedih.

Saya juga tidak ingin menjadi berita yang justru seolah-olah saya menjadi pahlawan. Justru saya takut sekali dengan itu. Saya khawatir, nanti orang berpikir saya mencari kesempatan dalam kesempitan.

O ya, sekarang kesibukannya apa?
Saya masih nyanyi dan keliling kemana-mana. Tapi kalau tampil di televisi, itu tidak pas buat saya lagi, ha ha ha kan sekarang ini banyak anak-anak muda.

Mungkin ada keinginan un­tuk menciptakan lagu tentang ben­­cana alam?
Saya akan terus mencipta lagu. Walaupun tidak seproduktif dulu. Tapi kalau menciptakan lagu untuk dinyanyikan orang lain, sam­pai sekarang belum ada. Ma­sih untuk saya nyanyikan sendiri.

Readmore »

Mahal Betul Pendidikan Ini

Apa yang sebenarnya kita pelajari di universitas yang membuat kita berbeda dari mereka yang tidak menempuh jenjang pendidikan ini?

Apakah kemajuan pemikiran, peradaban dan kebudayaan manusia sangat ditentukan oleh jenjang pendidikan tertinggi ini?
Layakkah kita membayar mahal untuk jenjang pendidikan tertinggi ini?
Atau jangan-jangan universitas hanyalah sebuah sistem pendidikan yang menjual mimpi? Sebuah kebohongan yang menjanjikan penyempurnaan cara berpikir tetapi jauh panggang dari api?
Jelas Surat dari London ini tak hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan besar itu.
Pertanyaan-pertanyaan itu terbersit bukan karena sedang memikirkan masa depan dunia. Tidak sehebat itu. Tetapi lebih sederhana, yaitu ketika mendengar rekomendasi Lord Browne of Madingley, bekas boss perusahaan minyak BP, tentang dana pendidikan universitas di Inggris.
Uang kuliah naik
Pada intinya rekomendasi Lord Browne adalah agar universitas-universitas Inggris mulai 2012 dibebaskan dari plafon penetapan uang kuliah agar tetap bisa bersaing dengan universitas lain di dunia.
Selama ini uang kuliah di Inggris ditetapkan maksimum £3.290 atau Rp. 46,5 juta per tahun. Kuliah tiga tahun berarti £9.870 atau hampir Rp.140 juta.
Dalam perhitungan Lord Browne, kalaupun dibebaskan, kemungkinan universitas di Inggris hanya akan menarik sekitar 6 hingga 7 ribu Poundsterling per tahunnya.
Walau ada yang menghitung universitas-universitas top semacam Oxford dan Cambridge akan menetapkan uang kuliah hingga £12 ribu per tahunnya atau hampir Rp. 170 juta.
Tak heran kalau kalangan orang tua menyatakan kemarahan atas rekomendasi yang diminta oleh pemerintah koalisi Konservatif dan Liberal Demokrat ini.
Mereka khawatir anak-anak mereka akan terbebani hutang yang sangat berat, yang mungkin baru akan terbayarkan lunas di batas usia hidup mereka.
Maklum kecuali anak-anak orang kaya di Inggris ini, rata-rata mahasiswa harus membayar sendiri uang kuliah mereka. Dan rata-rata mereka meminjam uang dari badan peminjam keuangan khusus untuk mahasiswa yang berbunga sangat rendah. Tetapi serendah apapun tetap saja itu utang yang harus dibayar dan berbunga.

Pertanyaan yang muncul, kalau untuk menempuh pendidikan di universitas seorang mahasiswa begitu lulus sudah terbebani utang minimum £20 ribu atau Rp. 280 juta, cukup layakkah itu?
Orang juga bertanya kalau sampai pemerintah sepakat dengan rekomendasi Lord Browne, kapan bola bisa dihentikan agar tidak bergulir? Lima tahun lagi, 10 tahun lagi, berapa kenaikan biaya yang harus dibayar?
Alasan tidak logis
Mereka yang sekarang menjadi orang tua, rata-rata adalah mahasiswa 25 silam. Mereka masih ingat bahwa hingga 22 tahun silam, pendidikan tinggi di Inggris ini masih gratis.
Adalah dibawah pemerintahan Margaret Thatcher mulai diperkenalkan uang kuliah. Salah satu alasannya sama, konon untuk meningkatkan mutu pendidikan dan bersaing dengan universitas lain di dunia.
Untuk kasus yang sekarang, alasan itu dengan mudah sebenarnya bisa dibantah. Karena rencana peningkatan uang kuliah itu bersamaan dengan rencana pemerintah untuk mengurangi dana pendidikan tinggi hingga setidaknya £ 3,9 milliar per tahunnya. Sama saja mengatakan bahwa peningkatan uang kuliah sebenarnya untuk menutup lobang yang tergali karena kebijakan pemerintah itu.
Lalu lewat sebuah perhitungan yang rumit ditetapkan oleh Lord Browne diketahui bahwa seberapapun uang kuliah yang ditarik oleh universitas, mereka hanya berhak maksimum sekitar 7 ribu Pound uang itu.
Sisanya harus dialokasikan oleh universitas untuk membantu kalangan mahasiswa miskin yang tertatih-tatih membayar uang kuliah. Bukankah itu sama dengan mengatakan bahwa kalau dulu pendidikan mahasiswa yang miskin atau siapa saja ditanggung oleh pemerintah, maka kini akan ditanggung oleh universitas menggunakan dana dari mahasiswa sendiri?
Terus terang ini terasa seperti pemerintah sedang melakukan swastanisasi tanggung jawab saja.
Alasan peningkatan mutu dan bersaing dengan universitas lain terbaik di dunia juga seperti akal-akalan belaka. Kalau memang peningkatan mutu berbanding lurus dengan kucuran dana, maka peningkatan uang kuliah seharusnya jangan diikuti dengan pengurangan dana dari pemerintah, itu tidak masuk akal. Malah seharusnya pemerintah ikut menambah dana pendidikan yang dikucurkan.
Jujur saja saya termasuk orang tua yang ikut resah dengan perkembangan di dunia pendidikan Inggris ini. Dalam tiga empat tahun lagi, kalau tak ada aral melintang, anak semata wayang kami akan menjadi satu dari ribuan calon mahasiswa di Inggris ini. Namun dari sekarang saku dibaju ini sudah terasa sangat tipis.

Sumber:
Yusuf Arifin Yusuf Arifin
Readmore »

Dalam Pilu Aku Mengadu


Ada sejumput kesedihan yang pilu di hati melihat betapa bencana alam demi bencana alam dahsyat terjadi di Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Terutama ketika bencana itu menimpa daerah yang sangat kita kenal, seperti Gunung Merapi bagi saya. Daerah bencana di lereng gunung itu adalah tempat yang sangat saya akrabi ketika puluhan tahun yang lalu menjadi mahasiswa di Yogya.
Masih sangat lekat dalam ingatan lika liku jalan tanah pedesaan, jalan pintasnya, pepohonannya, gerumbulnya, letak rumah dan tentu saja wajah warga yang tinggal di tempat itu. Kenangan ketika malam-malam dingin sekadar duduk minum kopi atau teh nasgitel (panas legi tur kenthel atau panas manis dan kental) mengobrol membahas antah berantah persoalan dengan penduduk. Kadang sambil bermain gitar, kadang sambil mendengar cerita wayang dari radio--yang sering terpotong oleh berita nusantara dari RRI lengkap dengan informasi harga gabah kering dan cabe keritingnya.
Melihat foto-foto tempat saya pernah menjejakkan kaki dengan suka cita namun sekarang seperti musnah, ada rasa nostalgia yang kelu bercampur dengan rasa ketidakberdayaan, rasa melompong yang sangat asing. Terutama sekali saat berada ribuan kilometer jauhnya dari tempat itu ketika mendengar bencana telah terjadi.
Ini tidak kemudian mengurangi empati bagi ummat manusia yang mengalami bencana alam di tempat lain di Indonesia. Kepiluan atas sebuah bencana berlaku universal untuk semua ummat manusia.
Namun yang sering tidak saya pahami adalah ketika ada saja orang yang kemudian mengaitkan bencana itu dengan ketidakpatuhan manusia dalam menjalankan perintah agama di tempat bencana. Seolah wajar bagi manusia di tempat tertentu harus mengalami bencana dan kesengsaraan kolektif yang amat sangat. Seolah bencana alam bukan fenomena alam tetapi barometer untuk mengukur tingkat keimanan seseorang maupun kolektif.
Cobalah cek di situs jejaring sosial di internet, betapa banyak orang menggunakan logika yang seperti itu. Perhatikan pula akan banyaknya pendapat serupa, bahkan juga dari kaum cerdik cendekia, yang bertebaran di internet maupun media massa. Kalau anda punya akses, pendapat serupa akan lebih kental lagi kita temukan di pembicaraan kelompok-kelompok kecil keagamaan.
Sering bagi saya ini menjadi sebuah keheranan yang amat sangat. Apakah mereka yang berpendapat seperti itu tidak memperhitungkan faktor alam daerah bencana?
Dalam kaitan dengan Indonesia, tidakkah mereka memperhitungkan kondisi geografis Indonesia yang dikenal dengan gugus gunung berapinya? Yang berarti, kemanapun kita berpaling, kalau kita tinggal di kawasan gunung berapi, bencana letusan gunung berapilah ancamannya.
Atau, karena Indonesia terletak di pertemuan lempeng Pasifik, Euroasia dan Australia yang selalu bergerak dan bergeser menyebabkan Indonesia rawan gempa dan tsunami.
Justifikasi bencana alam layaknya barometer keimanan menurut saya hinaan menyakitkan bagi mereka yang terkena bencana dan kering empati kemanusiaannya.
Akan lebih produktif kalau ikut memikirkan cara meminimalisir dampak bencana alam. Bukankah kita sebagai manusia mau tak mau harus selalu berusaha hidup berdampingan dengan alam dengan segala hukum dan kehendaknya.
Kalau mengikuti logika mereka yang menyalahkan rendahnya keimanan sebagai penyebab bencana, sudah semestinya kami yang tinggal di London ini menjadi salah satu yang paling khawatir dengan bencana alam.
Bayangkan, berdasar angka statistik tak kurang dari 50 persen penduduk Inggris ini konon ateis alias tidak percaya dengan tuhan. Tingkat keimanan mereka nol besar dilihat dari agama manapun juga. Dan yang percaya pada tuhan belum tentu mempunyai kepatuhan dengan ajaran agama. Lebih parah lagi, pelanggaran terhadap ajaran agama bahkan dilembagakan dan ikut diatur oleh negara. Misal yang ekstrim, pengabsahan perkawinan homoseksual dan perlindungan hak pasangan di luar nikah. Setahu saya agama apapun melarang hal-hal seperti itu.
Bukannya hendak mengatakan saya setuju dengan apa yang terjadi di Inggris Raya ini. Tetapi haruslah proporsional melihat persoalan.
Dalam benak, beberapa hari terakhir ini, selalu terbayang wajah-wajah ramah, tulus dan bersahaja penduduk lereng Gunung Merapi. Walaupun berada ribuan kilometer jauhnya dari mereka, saya ikut merasakan kepiluan dengan bencana yang menimpa. Saya sakit hati ketika ada yang mengatakan mereka sepertinya layak mendapat bencana karena dikatakan tidak patuh menjalankan perintah agama.


Sumber:
Yusuf Arifin Yusuf Arifin 

Readmore »

Kamis, 28 Oktober 2010

Kecantikan Yang Haqiqi



Tidak cantik = Minder dan jarang disukai orang.
Cantik = Percaya diri, terkenal dan banyak yang suka.

AH MASA SIH??



Itulah sekelumit rumus yang ada dalam fikiran wanita atau bisa juga akhwat. Sebuah rumus simple namun amat berbahaya. Darimanakah asal muasal rumus ini? Bisa jadi dari media ataupun oleh opini masyarakat yang juga telah teracuni oleh media- baik cetak maupun elektronik- bahwa kecantikan hanya sebatas kulit luar saja. Semua warga Indonesia seolah satu kata bahwa yang cantik adalah yang berkulit putih, tinggi semampai, hidung mancung, bibir merah, mata jeli, langsing, dll. Akibatnya banyak kaum hawa yang ingin memiliki image cantik seperti yang digambarkan khalayak ramai, mereka tergoda untuk membeli kosmetika yang dapat mewujudkan mimpi-mimpi mereka dan mulai melalaikan koridor syari’at yang telah mengatur batasan-batasan untuk tampil cantik. Ada yang harap-harap cemas mengoleskan pemutih kulit, pelurus rambut, mencukur alis, mengeriting bulu mata, mengecat rambut sampai pada usaha memancungkan hidung melalui serangkaian treatment silikon, dll. Singkat kata, mereka ingin tampil secantik model sampul, bintang iklan ataupun teman pengajian yang qadarullah tampilannya memikat hati. Maka tidak heran setiap saya melewati toko kosmetik terbesar di kota saya, toko tersebut tak pernah sepi oleh riuh rendah kaum hawa yang memilah milih kosmetik dalam deretan etalase dan mematut di depan kaca sambil terus mendengarkan rayuan manis dari si mba SPG

Kata cantik telah direduksi sedemikian rupa oleh media, sehingga banyak yang melalaikan hakikat cantik yang sesungguhnya. Mereka sibuk memoles kulit luar tanpa peduli pada hati mereka yang kian gersang. Tujuannya? Jelas, untuk menambah deretan fans dan agar kelak bisa lebih mudah mencari pasangan hidup, alangkah naifnya. Faktanya, banyak dari teman-teman pengajian saya yang sukses menikah bukanlah termasuk wanita yang cantik ataupun banyak kasus yang muncul di media massa bahwa si cantik ini dan itu perkawinannya kandas di tengah jalan. Jadi, tidak ada korelasi antara cantik dan kesuksesan hidup!.

Teman-teman saya yang sukses menikah walaupun tidak cantik-cantik amat tapi kepribadiannya amat menyenangkan, mereka tidak terlalu fokus pada rehab kulit luar tapi mereka lebih peduli pada recovery iman yang berkelanjutan sehingga tampak dalam sikap dan prinsip hidup mereka, kokoh tidak rapuh. Pun, jika ada teman yang berwajah elok mereka malah menutupinya dengan cadar supaya kecantikannya tidak menjadi fitnah bagi kaum adam dan hanya dipersembahkan untuk sang suami saja, SubhanAlloh. Satu kata yang terus bergema dalam hidup mereka yakni bersyukur pada apa-apa yang telah Alloh berikan tanpa menuntut lagi, ridho dengan bentuk tubuh dan lekuk wajah yang dianugerahkan Alloh karena inilah bentuk terbaik menurut-Nya, bukan menurut media ataupun pikiran dangkal kita. Kalau kita boleh memilih, punya wajah dan kepribadian yang cantik itu lebih enak tapi tidak semua orang dianugerahi hal semacam itu, itulah ke maha adilan Alloh, ada kelebihan dan kekurangan pada diri tiap orang. Dan satu hal yang pasti, semua orang bertingkah laku sesuai pemahaman mereka, jika kita rajin menuntut ilmu agama InsyaAlloh gerak-gerik kita sesuai dengan ilmu yang kita miliki. Demikian pula yang terjadi pada wanita-wanita yang terpaku pada kecantikan fisik semata, menurut asumsi saya, mereka merupakan korban-korban iklan dan kurang tekun menuntut ilmu agama, sehingga lahirlah wanita-wanita yang berpikiran dangkal, mudah tergoda dan menggoda. Mengutip salah satu hadist, Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda :

“Siapa yang Alloh kehendaki kebaikan baginya, Alloh akan pahamkan ia dalam agamanya”(Shahih, Muttafaqun ‘alaihi).

Hadist diatas dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Baz bahwa ia menunjukkan keutamaan ilmu. Jika Alloh menginginkan seorang hamba memperoleh kebaikan, Alloh akan memahamkan agama-Nya hingga ia dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang bathil, mana petunjuk mana kesesatan. Dengannya pula ia dapat mengenal Rabbnya dengan nama dan sifat-sifat-Nya serta tahu keagungan hak-Nya. Ia pun akan tahu akhir yang akan diperoleh para wali Alloh dan para musuh Alloh.

Syaikh Ibnu Baz lebih lanjut juga mengingatkan betapa urgennya menuntut ilmu syari’at:

“Adapun ilmu syar’i, haruslah dituntut oleh setiap orang (fardhu ‘ain), karena Alloh menciptakan jin dan manusia untuk beribadah dan bertaqwa kepada-Nya. Sementara tidak ada jalan untuk beribadah dan bertaqwa kecuali dengan ilmu syar’i, ilmu Al-Qur’an dan as Sunnah”.

Dus, sadari sejak semula bahwa Alloh menciptakan kita tidak dengan sia-sia. Kita dituntut untuk terus menerus beribadah kepadaNya. Ilmu agama yang harus kita gali adalah ilmu yang Ittibaurrasul (mencontoh Rasulullah) sesuai pemahaman generasi terbaik yang terdahulu (salafusshalih), itu adalah tugas pokok dan wajib. Jika kita berilmu niscaya kita akan mengetahui bahwa mencukur alis (an-namishah), tatto (al-wasyimah), mengikir gigi (al-mutafallijah) ataupun trend zaman sekarang seperti menyambung rambut asli dengan rambut palsu (al-washilah) adalah haram karena perbuatan-perbuatan tersebut termasuk merubah ciptaan Alloh. Aturan-aturan syari’at adalah seperangkat aturan yang lengkap dan universal, sehingga keinginan untuk mempercantik diri seyogyanya dengan tetap berpedoman pada kaidah-kaidah syara’ sehingga kecantikan kita tidak mendatangkan petaka dan dimurkai Alloh. Apalah gunanya cantik tapi hati tidak tentram atau cantik tapi dilaknat oleh Alloh dan rasul-Nya, toh kecantikan fisik tidak akan bertahan lama, ia semu saja. Ada yang lebih indah dihadapan Alloh, Rabb semesta alam, yaitu kecantikan hati yang nantinya akan berdampak pada mulianya akhlaq dan berbalaskan surga. Banyak-banyaklah introspeksi diri (muhasabah), kenali apa-apa yang masih kurang dan lekas dibenahi. Jangan ikuti langkah-langkah syaitan dengan melalaikan kita pada tugas utama karena memoles kulit luar bukanlah hal yang gratis, ia butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit. Bukankah menghambur-hamburkan uang (boros) adalah teman syaitan?. JADI, mari kita ubah sedikit demi sedikit mengenai paradigma kecantikan.

Faham Syari’at = CANTIK
Tidak Faham Syari’at = Tidak CANTIK sama sekali!
Bagaimana? setuju?.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wa sallam bersabda:
”Innallaha la yanzhuru ila ajsamikum wa la ila shuwarikum walakin yanzhuru ila qulubikum”
”Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik kalian dan rupa kalian akan tetapi Allah melihat hati dan kalian” (HR. Muslim)

Mari kita simak syair indah dibawah ini:

Banyak lebah mendatangi bunga yang kurang harum
Karena banyaknya madu yang dimiliki bunga
Tidak sedikit lebah meninggalkan bunga yang harum karena sedikitnya madu

Banyak laki-laki tampan yang tertarik dan terpesona oleh wanita yang kurang cantik
Karena memiliki hati yang cantik
Dan tidak sedikit pula wanita cantik ditinggalkan laki-laki karena jelek hatinya

Karena kecantikan yang sejati bukanlah cantiknya wajah tapi apa yang ada didalam dada
Maka percantiklah hatimu agar dicintai dan dirindukan semua orang.Hingga menjadikan kecantikan yang Haqiqi.

Wallahu ‘alam bisshowab

oleh (ummu Zahwa).Maroji’:297 Larangan Dalam Islam dan Fatwa-Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Syaikh Ali Ahmad Abdul ‘Aal ath-Thahthawi.
Readmore »

Maksud Dari Seolah-olah Melihat Alloh

Didalam sebuah hadits shahih dari Umar bin Khottob yang menceritakan tentang kedatangan Jibril menemui Rasulullah saw yang saat itu tengah berkumpul bersama para sahabatnya. Diantara yang ditanyakan Jibril kepada Rasulullah saw adalah tentang makna ihsan lalu beliau saw menjawab,”(ihsan) hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya dan jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguh-Nya Dia melihatmu.” Dan jawaban ini pun dibenarkan oleh Jibril.

Hadits shahih ini diriwayatkan oleh Imam Muslim didalam “Shahih” nya, kitab ‘al Iman’, hadits no. 8. Juga Imam Tirmidzi didalam “Sunan” nya, kitab ‘al Iman’, hadits no. 2738. Juga Abu Daud didalam “Sunan” nya, kitab ‘as Sunnah’ bab ‘al Qodr’ hadits no. 4695 serta Imam Nasai didalam “Sunan” nya, kitab ‘al Iman’ bab ‘Na’tul Islam’ 8/97

Tentang makna “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya”, Ibnu Rajab didalam bukunya “Jami’ al Ulum wa al Hikam” mengatakan bahwa hadits ini menunjukkan seorang hamba yang beribadah kepada Allah swt dengan sifat ini, yaitu menghadirkan kedekatan Allah swt dan Allah berada dihadapannya seakan-akan dirinya melihat-Nya. Hal demikian akan memunculkan perasaan takut dan pengagungan-Nya sebagaimana disebutkan didalam riwayat Abu Hurairoh,”Takutlah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya.”

Perasaan itu juga akan memunculkan kemurnian didalam ibadah dan upaya sekeras mungkin untuk memurnikan dan menyempurnakan ibadahnya itu sebagaimana wasiat Nabi saw kepada para sahabatnya yang diriwayatkan Ibrahim al Hijriy dari Abu al Ahwash dari Abu Dzar berkata,”Kekasihku (Rasulullah saw) pernah memberikan wasiat kepadaku agar aku takut kepada Allah seakan-akan aku melihat-Nya dan jika aku tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatku.”

Kemudian Ibnu Rajab menjelaskan tentang makna “Dan jika kamu tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” Ada yang mengatakan bahwa bagian kedua ini merupakan penjelasan dari bagian pertama. Sesungguhnya jika seorang hamba diperintahkan untuk merasakan pengawasan Allah swt didalam ibadahnya dan menghadirkan kedekatan-Nya terhadap dirinya sehingga seakan-akan dirinya melihat Allah maka hal ini sangatlah sulit.

Untuk itu hendaklah dirinya meminta pertolongan dengan keimanannya bahwa Allah swt melihatnya, mengetahui segala yang tersembunyi dan tampak padanya, yang batin maupun yang lahir dan tak satupun dari perkaranya yang tersembunyi dari-Nya.

Ada juga yang mengatakan bahwa hadits itu mengisayaratkan bagi siapa saja yang kesulitan didalam beribadahnya kepada Allah swt seakan-akan dirinya melihat-Nya maka beribadahlah kepada Allah dengan keyakinan bahwa Allah melihat dirinya, memperhatikannya kemudian dirinya merasa malu atas penglihatan Allah kepadanya itu.

Sebagian orang-orang arif dari para salaf mengatakan,”Barangsiapa yang beramal karena Allah swt seakan-akan dia melihat-Nya maka ia adalah orang yang arif dan barangsiapa yang beramal dikarenakan Allah melihat-Nya maka ia adalah orang yang ikhlas.”

Dari perkataan tersebut menunjukkan adanya dua posisi :

Posisi Ikhlas; yaitu seorang hamba yang beramal dengan menghadirkan penglihatan Allah terhadap dirinya, pengamatan-Nya dan kedekatan-Nya dengan dirinya. Maka apabila seorang hamba menghadrikan seperti itu didalam amalnya dan beramal karena itu maka ia adalah seorang yang ikhlas karena Allah karena menghadirkan hal demikian didalam amalnya menghalanginya dari berpaling kepada selain Allah dan kehendak-Nya dengan amal yang dilakukannya.

Posisi Musyahadah (menyaksikan); yaitu seorang hamba yang beramal sebagai tuntutan karena dirinya menyaksikan Allah dengan hatinya dikarenakan hatinya telah diterangi oleh cahaya keimanan, mata hatinya menembus pengetahuan sehingga menjadikan sesuatu yang ghaib seakan-akan terihat, inilah hakekat ihsan yang diisyaratkan didalam hadits Jibril diatas.

Dengan demikian yang dimaksudkan kalimat “seakan-akan engkau melihat-Nya” adalah melihat dengan hatinya yang dipenuhi dengan cahaya keimanan kepada Allah swt bukan dengan matanya dan bukan pula membayangkan dzat Allah swt dengan akal fikirannya yang serba terbatas untuk bisa mencapainya. Karena dilarang bagi seorang hamba yang menghabiskan waktunya untuk merenungi atau memikirkan dzat Allah swt akan tetapi diperintahkan baginya untuk merenungi berbagai ciptaan-Nya yang ada di sekitarnya dikarenakan keterbatasan yang ada pada dirinya, sebagaimana firman Allah swt :

لاَّ تُدْرِكُهُ الأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ


Artinya : “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.” (QS. Al An’am : 103)

Wallahu A’lam
Readmore »

Keindahan Dalam Kehidupan

Di dalam Al-Qur`an, Allah memaparkan dengan rinci tentang sifat, moralitas tertinggi, dan pola pikir khas orang-orang beriman. Perasaan takut kepada Allah yang menghunjam di dalam kalbu mereka, keyakinan mereka yang tak tertandingi dan upaya yang tak pernah goyah untuk mendapatkan ridha-Nya, kepercayaan yang mereka gantungkan kepada Allah, seperti juga keterikatan, keteguhan, ketergantungan, dan banyak lagi kualitas superior serupa, semuanya disuguhkan Al-Qur`an. Lebih jauh, di dalam Kitab-Nya, Allah menyanjung kualitas-kualitas moral semacam itu, seperti keadilan, kasih sayang, rendah hati, sederhana, keteguhan hati, penyerahan diri secara total kepada-Nya, serta menghindari ucapan tak berguna.

Seiring dengan penyajian rinci tentang orang beriman model ini, Al-Qur`an juga bertutur mengenai kehidupan orang-orang beriman pada masa dahulu dan bercerita kepada kita bagaimana mereka berdo'a, berperilaku, berbicara, baik di kalangan mereka sendiri maupun dengan orang-orang lain di luar mereka, dan dalam menanggapi berbagai peristiwa. Melalui perumpamaan ini, Allah menarik perhatian kita kepada sikap dan perbuatan yang disenangi-Nya.

Titik pandang sebuah masyarakat yang jauh dari moralitas Al-Qur`an (masyarakat jahiliyah) terhadap tingkah laku yang secara sosial bisa diterima bisa saja berubah, sesuai dengan tahapan waktu, suasana, budaya, peristiwa-peristiwa, dan manusianya sendiri. Akan tetapi, perilaku dari mereka yang kokoh berpegang pada ketetapan hukum Al-Qur`an tetap tak tergoyahkan oleh adanya perubahan kondisi, waktu, dan tempat. Seseorang yang beriman senantiasa tunduk-patuh kepada perintah dan peringatan Al-Qur`an. Karena itulah, ia mencerminkan akhlaq terpuji.

Pada bagian ini, akan kami perlihatkan sejumlah contoh perilaku yang layak mendapat penghargaan sesuai penilaian Allah. Akan tetapi, kami tidak menguraikan semua kualitas perilaku terpuji dari orang-orang beriman yang secara panjang lebar telah terteradalam Al-Qur`an. Kami hanya memfokuskan perhatian pada moralitas terpuji yang masih terselubung dengan segala keagungan-keagungannya yang terpendam.


Konsep Kesucian

Allah menyeru orang-orang beriman supaya membersihkan (menyucikan) diri mereka, yang sesuai dengan fitrah jiwa mereka dan sunnah alam. Kesucian dianggap sebagai satu bentuk lain dari ibadah orang beriman dan, dengan begitu, merupakan satu sumber kelapangan dan kesenangan yang besar bagi mereka sendiri. Di dalam banyak ayat, Allah memerintahkan orang beriman agar memperhatikan kesucian jiwa dan raga. Nabi kita saw. juga menekankan pentingnya memelihara kesucian,

"Kebersihan adalah sebagian dari iman." (HR Muslim)

Di bawah ini ada sejumlah rincian berkaitan dengan kebersihan.

1. Kesucian Jiwa

Pengertian qur`ani tentang kesucian berbeda makna dengan yang dipahami oleh masyarakat awam. Menurut Al-Qur`an, suci adalah keadaan yang dialami dalam jiwa seseorang. Demikianlah, kesucian berarti seseorang telah sama sekali membersihkan dirinya dan nilai-nilai moral masyarakatnya, bentuk pola pikirnya, dan gaya hidup yang bertentangan dengan Al-Qur`an. Dalam hal ini, Al-Qur`an menganugerahkan ketenangan jiwa kepada orang-orang beriman.

Tahap awal dari keadaan suci ini berwujud dalam pemikiran. Tak diragukan lagi, ini merupakan satu kualitas terpenting. Kesucian jiwa yang dialami manusia tersebut akan terpancar dalam segala aspek kehidupan. Dengan demikian, moral terpuji orang tersebut akan nyata bagi siapa saja.

Manusia yang berjiwa suci akan menjauhkan pikirannya dari segala bentuk kebatilan. Mereka tidak pernah berniat menyakiti, cemburu, kejam, dan mementingkan diri sendiri, yang semuanya merupakan perasaan tercela yang diserap dan ditampilkan oleh orang-orang yang jauh dari konsep moral Al-Qur`an. Orang-orang beriman memiliki jiwa kesatria, karena mereka merindukan moral terpuji. Inilah sebabnya, terlepas dari penampilan ragawi, orang-orang beriman pun menaruh perhatian besar pada penyucian jiwa mereka-dengan cara menjauhi semua keburukan yang muncul dari kelalaian-dan mengajak orang lain untuk mengikuti hal yang serupa.

2. Kesucian Ragawi

Di dunia ini, orang-orang beriman berupaya membina suatu lingkungan yang mirip dengan surga. Di dunia ini, mereka ingin menikmati segala sesuatu yang akan Allah anugerahkan kepada mereka di surga. Sebagaimana kita pahami dari Al-Qur`an, kesucian ragawi merupakan salah satu dari kualitas-kualitas yang dimiliki manusia surga. Ayat yang berbunyi, "... anak anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan," (ath-Thuur [52]: 24) sudah otomatis menjelaskan hal itu. Sebagai tambahan, Allah menginformasikan kepada kita dalam banyak ayat lainnya, bahwa di surga tersedia, "pasangan-pasangan hidup yang senantiasa suci sempurna." (al-Baqarah [2]: 25)

Di ayat lain, Allah menekankan perhatian pada kesucian raga adalah yang merujuk pada Nabi Yahya a.s., "Kami anugerahkan kepadanya... kesucian dari Kami." (Maryam [19]: 12-13)

3. Pakaian yang Bersih

Al-Qur`an juga merujuk pada pentingnya pakaian bersih, seperti dalam ayat, "Dan pakaianmu sucikanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah." (al-Muddatstsir [74]: 4-5)

Lebih jauh, kebersihan ragawi adalah hal yang penting, sebab hal ini menunjukkan penghargaan seseorang kepada orang lain. Sesungguhnya, penghormatan pada orang lain mensyaratkan pemeliharaan tampilan fisik seseorang. Orang-orang beriman bukan sekadar menghindari kotoran, ta

pi juga memberikan kesan rapi yang tak mencolok yang memperjelas besarnya rasa hormat mereka kepada orang lain. Salah satu cara untuk menunjukkan rasa hormat adalah memakai pakaian bersih. Melalui Al-Qur`an, Allah memerintahkan kepada kita,

"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid...." (al-A'raaf [7]: 31)

Dalam pemahaman ini, menjaga kebersihan raga dan kerapian serta mengupayakan yang terbaik dalam berbagai hal, merupakan kualitas yang disenangi Allah. Kualitas-kualitas semacam ini tidak diutamakan oleh orang-orang yang bodoh. Nabi kita saw. juga mempertegas pengesahan Allah akan kualitas-kualitas seperti itu, sebagaimana disebutkan dalam hadits,

"Seseorang bertanya, 'Bagaimana tentang seseorang yang suka mengenakan pakaian dan sepatu yang indah-indah?' Rasulullah menjawab, 'Semua ciptaan Allah adalah indah dan Dia menyukai keindahan.'" (HR Muslim)

Kita harus memperhatikan hal berikut ini. Umumnya, setiap orang cenderung untuk berupaya sebaik mungkin memberikan kesan terhadap sesuatu yang mereka anggap penting pada setiap pertemuan dengan orang lain. Demikian halnya orang beriman, sesuai moralitas yang dikehendaki Al-Qur`an, mereka tampak sangat mementingkan kerapian dengan segenap ketelitiannya dengan tujuan untuk menyenangkan Allah.

Orang beriman memang layak mendapatkan surga dan, di dunia ini, mereka terikat untuk selalu berupaya menjaga diri dan lingkungannya agar tetap bersih, sehingga mereka bisa mendapatkan kesucian dan keindahan surga di dunia ini.

4. Memelihara Kebersihan Lingkungan

Umat Islam sangat berhati-hati dalam menjaga lingkungan terdekat mereka agar tetap bersih. Satu contoh tentang itu disebutkan dalam surah al-Hajj. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk memelihara Ka'bah agar tetap bersih untuk orang-orang beriman yang berdo'a di sekitar tempat itu,

"Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), 'Janganlah kamu menyekutukan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang ruku dan sujud.'" (al-Hajj [22]: 26)

Sebagaimana dikehendaki ayat tersebut, kebersihan lingkungan tempat suci yang sejenis (mushala, masjid, majelis taklim, Ed.) harus dipelihara, terutama sekali bagi orang-orang beriman lainnya yang hendak menunaikan ibadah untuk mendapatkan ridha Allah. Karena itu, semua orang beriman yang mengikuti langkah Ibrahim a.s. harus menjaga tempat tinggal mereka agar tetap bersih dan rapi, sebab hal itu dapat menyenangkan hati mereka.

Konsep qur`ani tentang kebersihan jelas berbeda dengan pemahaman orang-orang yang tidak beriman. Allah memerintahkan orang-orang beriman supaya "bersih dan suci" baik lahir maupun batin. Dengan kata lain, hal ini bukanlah bersih dalam pengertian klasik atau kuno, melainkan sebuah upaya berkesinambungan.

Menurut kaidah ini, penggambaran Al-Qur`an tentang kehidupan di surga juga bersifat perintah. Lingkungan surga sudah dibersihkan dari segala bentuk kotoran yang dapat kita lihat di sekitar kita. Surga adalah sebuah tempat yang penuh dengan kebahagiaan, dengan kebersihan yang sempurna. Tiap detail yang terwujud di sana berada dalam keserasian yang sempurna dengan setiap detail lainnya. Dalam cahaya ilustrasi seperti ini, insan beriman senantiasa harus berupaya menjaga lingkungan mereka agar bersih dan mengalihkan kenangan mereka pada tempat-tempat yang mengingatkan mereka kepada surga.

5. Memakan Makanan yang Bersih

Mengonsumsi pangan bersih adalah satu perintah Ilahiah yang harus selalu ada dalam kalbu semua makhluk beriman,

"Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, melainkan mereka menganiaya diri mereka sendiri." (al-Baqarah [2]: 57)

"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dan baik dan apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (al-Baqarah [2]: 168)

Sebagai tambahan, Allah memasukkan dalam hitungan kelompok As-habul Kahfi untuk menunjukkan bahwa orang-orang beriman cenderung kepada makanan bersih. Sebagaimana dapat kita baca,

"…Seorang di antara mereka berkata, 'Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lama kamu sudah berada di sini. Utuslah salah seorang dari kamu ke kota dengan uang perakmu ini, agar dia bisa melihat makanan mana yang lebih baik, dan membawakan makanan itu untukmu…." (al-Kahfi [18]: 19)

Kita akan kembali ke topik ini pada bab lain dalam judul, "Makanan Bermanfaat yang Disebut di Dalam Al-Qur`an".


Berlatih, Berenang, dan Air Minum

Perilaku lain yang disebutkan dalam Al-Qur`an tercantum di dalam ayat-ayat yang berkaitan dengan ungkapan Nabi Ayyub a.s.,

"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya, 'Sesungguhnya, aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.'(Allah berfirman) 'Hentakkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.'" (Shaad [38]: 41-42)

Dalam menanggapi keluhan kesulitan dan penderitaan, Allah menasihati Nabi Ayyub a.s. supaya "menghentakkan kaki". Nasihat itu dapat dianggap satu pertanda yang berkenaan dengan manfaat kegiatan olahraga dan berlatih.

Berlatih, khususnya melatih otot-otot panjang seperti terdapat pada otot-otot kaki (sebagai contoh: gerakan-gerakan isometrik), melancarkan aliran darah dan, karena itu, meningkatkan volume oksigen untuk masuk ke sel-sel tubuh. Selain itu, berlatih mengurangi elemen-elemen racun dari tubuh yang dapat melenyapkan penat, memberikan rasa lega dan kesegaran,1 dan memberikan kemampuan pada tubuh untuk memperbesar resistensi terhadap mikroba. Latihan teratur juga menjaga urat-urat darah tetap bersih dan lebar, yang, dengan kondisi demikian, dapat mencegah: 1)penggumpalan pada urat-urat dan menurunkan risiko penyakit koroner arteri2 dan 2) mengurangi risiko diabetes dengan mempertahankan kadar gula darah pada taraf tertentu dan meningkatkan jumlah kolesterol yang aman di dalam liver.3 Di samping itu, menghentakkan kaki ke tanah merupakan cara paling efektif untuk 3) melepaskan arus listrik statis yang sudah menumpuk di dalam tubuh, yang kerap mengakibatkan badan kaku.

Sebagai tambahan, sebagaimana disebutkan ayat di atas, mandi diakui merupakan metode paling ampuh untuk menghilangkan kebekuan arus listrik di tubuh. Ia juga melenyapkan ketegangan dan kerumitan pikiran, serta membersihkan badan. Karena itu, mandi merupakan satu penyembuhan efektif untuk stres dan banyak ketidakteraturan (gangguan) fungsi fisik dan kejiwaan.

Ayat tadi juga menarik perhatian kita pada manfaat-manfaat tak terhingga dari air minum. Hampir setiap fungsi jaringan tubuh dipantau dan dikendalikan agar menyerap air secara efisien melalui jalur pendistribusian. Fungsi-fungsi dari banyak organ tubuh (misalnya otak, kelenjar peluh, perut, usus, ginjal, dan kulit) sangat bergantung pada kecukupan distribusi air. Memastikan bahwa tubuh mendapat jatah air yang cukup tidak saja membuat tubuh berfungsi lebih berdaya guna, bahkan mungkin menolong seseorang terhindar dari beragam masalah kesehatan. Peningkatan taraf konsumsi air telah terbukti membantu mengurangi berbagai keluhan sakit kepala (migren, kolesterol darah tinggi, sakit saluran rheumatoid penyebab rematik, dan tekanan darah tinggi. Sebagai tambahan pada beragam manfaat tersebut, air juga menghilangkan letih dan kantuk, sebab serapan air yang teratur dan mencukupi membantu menghilangkan anasir racun dari tubuh.

Menaati semua anjuran ini, yang semuanya penting dan vital bagi kesehatan raga dan mental kita, insya Allah akan membuahkan hasil terbaik.

Berjalan Kaki

Orang-orang congkak mengira sikap angkuh bisa menimbulkan rasa kagum manusia lain. Dan, dengan begitu, secara berlebih-lebihan, mereka memamerkan gaya berjalan, berbicara, dan memandang dengan penuh sikap sombong. Tanda-tanda arogansi semacam itu tampak nyata dari gaya berjalan seseorang.

Ayat-ayat yang merujuk kepada nasihat bijak Luqman kepada putra beliau mengungkapkan secara gamblang keangkuhan sikap dan penampilan seseorang,

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." (Luqman [31]: 18)

Dalam ayat lain, orang-orang beriman dianjurkan untuk tidak berjalan dengan sikap angkuh,

"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (al-Israa` [17]: 37)

Dengan ayat-ayat ini, Allah memberitahukan kepada kita bahwa Dia tidak menyukai mereka yang sombong dan memperingatkan kita agar menjauhi sikap seperti itu. Kita harus senantiasa ingat bahwa kesombongan setan, yang tampak dari tuntutannya bahwa dia lebih tinggi dari makhluk-makhluk lainnya ciptaan Allah, yang menyebabkan dia tersingkir dari hadapan Allah. Orang beriman yang sadar akan keburukan kualitas-kualitas seperti ini tentu saja menjauhi semua itu.

Tak seorang pun yang senang berada di sekitar orang sombong. Siapa pula yang merasa nikmat berdampingan dengan orang-orang semacam itu? Umumnya setiap orang mengetahui bahwa orang-orang angkuh dan merasa diri lebih tinggi derajatnya, dalam kenyataannya, tak lebih dari manusia biasa yang penuh dengan beragam ketidaksempurnaan dan kelemahan-kelemahan. Akibatnya, orang sombong, meskipun menderita oleh keangkuhan dirinya sendiri, takkan pernah mencapai tujuan untuk menikmati prestise di kalangan manusia lain di sekitarnya dan sering tercekam dalam kehinaan.

Al-Qur`an juga menekankan perhatian kita kepada kenyataan bahwa orang-orang beriman harus memiliki sikap berjalan yang tidak berlebih-lebihan atau mengada-ada, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat, "Dan sederhanalah kamu dalam berjalan...." (Luqman [31]: 19) Di dalam mematuhi perintah Allah, manusia yang sederhana akan berjalan dengan sikap sederhana, dan dengan demikian meraih kemuliaan dalam pandangan Allah dan orang-orang beriman seluruhnya.


Intonasi Suara

Tinggi-rendahnya (intonasi) suara adalah bagian penting dari ungkapan perasaan positif seseorang. Bagaimana seorang menggunakan intonasi mencerminkan kualitas orang bersangkutan. Bahkan, suara merdu sekalipun dapat menyakiti jika diartikulasikan dengan tidak sepatutnya. Allah menasihati hamba-hamba-Nya melalui ucapan Luqman,

"... lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya, seburuk-buruk suara ialah suara keledai." (Luqman [31]: 19)

Seseorang yang bicara dalam suara keras atau menghardik orang lain tidak akan memberi kesan menyenangkan pada pihak lain. Di samping itu, pada kebanyakan kasus, hal seperti ini terasa tak tertahankan, seperti mendengarkan raungan keledai.

Dengan kata lain, cara orang bicara adalah hal yang penting. Suara orang yang sedang dirundung berang mungkin terdengar tak mengenakkan, meskipun suara lelaki atau perempuan itu, dalam suasana normal, mungkin terasa sedap ditelinga. Sebaliknya juga begitu, seseorang dengan lantunan suara tak sedap bisa saja terdengar lebih merdu kalau mengikuti nilai-nilai terpuji dari Al-Qur`an. Suara merdu, di pihak lain, mungkin saja terkesan menyerang dan tak tertahankan, jika orang itu angkuh dan berkesan menyakitkan. Karena suara orang tersebut, yang merupakan pantulan sifat negatif diri, baik lelaki atau perempuan, cenderung berkeluh kesah dan menghasut.

Sebagaimana halnya suara, mereka yang berakhlaq mulia selalu memiliki sifat rendah hati, santun, bersahaja, damai, dan konstruktif. Dengan sudut pandang positif dalam kehidupan, mereka selalu ceria, bersemangat, cerah, dan gembira. Sifat sempurna ini, yang timbul dari kehidupan dengan akhlaq perilaku seperti dijelaskan dalam Al-Qur`an, termanifestasikan dalam lantun suara seseorang.


Luhur Budi


Al-Qur`an menginformasikan kepada kita bahwa manusia beriman pada kenyataannya adalah orang-orang yang sangat bermurah hati. Akan tetapi, konsep Al-Qur`an tentang akhlaq mulia agak berbeda dari yang secara umum ditemukan dalam masyarakat. Manusia mewarisi sifat santun dari keluarga mereka atau menyerapnya dari lingkungan masyarakat sekitar. Akan tetepi, pengertian ini berbeda dari satu strata ke strata lain. Wujud keluhuran budi yang berlandaskan nilai-nilai qur`ani, walau bagaimanapun, melebihi dan di atas nilai dari pemahaman mana pun, karena ia tidak akan pernah berubah, baik oleh keadaan maupun manusia. Mereka yang menyerap unsur akhlaq mulia, sebagaimana pandangan Al-Qur`an, memandang setiap manusia sebagai hamba-hamba Allah, dan karena itu memperlakukan mereka dengan segala kebaikan, walaupun tabiat mereka mungkin saja tidak sempurna. Orang-orang semacam ini menjauhi penyimpangan dan tingkah laku yang tidak patut, teguh dalam pendirian, bahwa berketetapan dalam kebaikan mendatangkan kasih sayang Allah, sebagaimana ditandaskan dalam sebuah hadits,

"Allah itu baik dan menyukai kebaikan dalam segala hal." (HR Bukhari dan Muslim)

Sebagaimana ditunjukkan ayat berikut, Allah mendorong manusia supaya berbuat baik dan santun kepada orang lain,

"Dan ingatlah ketika Kami mengambil janji dari bani Israel, 'Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil dari kalian, dan kamu selalu berpaling." (al-Baqarah [2]:83)

Al-Qur`an menghendaki kebaikan kemutlakan. Dengan kata lain, manusia beriman tidak boleh berpaling dari perilaku baik, sekalipun kondisi lingkungannya tampak menginginkan keburukan dan ketidaksenangan. Kelemahan fisik, kehabisan tenaga, atau kesukaran tidak akan pernah menghalangi mereka dari keajekan mereka dalam kebaikan. Sementara itu, tak peduli mereka kaya atau miskin, menikmati kedudukan gemerlap atawa jadi orang dalam bui, manusia beriman memperlakukan setiap orang dengan baik, karena mereka sadar bahwa Nabi kita saw. menegaskan pentingnya tiap orang beriman untuk berbuat demikian, sebagaimana tersebut dalam hadits, "Manakala kebaikan ditambahkan pada sesuatu, itu akan memperindahnya; apabila kebaikan ditarik keluar dari sesuatu, itu akan meninggalkan cacat."(HR Muslim). Moralitas agung ini diperkuat dalam ayat berikut, sebagaimana sudah diutarakan dalam bagian sebelumnya,

"... berbuat baiklah pada ibu bapak, kaum kerabat, dan anak-anak yatim, dan fakir miskin, serta ucapkanlah kata kata yang baik kepada manusia...." (al-Baqarah [2]: 83)

Orang-orang beriman juga harus sangat berhati-hati terhadap cara mereka memperlakukan orang tua mereka sendiri. Di dalam Al-Qur`an, Allah memerintahkan supaya mereka diperlakukan dengan segala kebaikan,

"Dan Tuhanmu telah perintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (al-Israa` [17]: 23)

Satu contoh dalam surah Yusuf menegaskan pentingnya menghormati orang tua. Nabi Yusuf a.s. pernah dipisahkan dari keluarganya, untuk waktu lama, karena saudara-saudaranya menjebloskan beliau ke dalam sebuah sumur. Tak lama kemudian, beliau ditemukan oleh satu rombongan pedagang yang membawanya ke Mesir dan menjualnya sebagai budak. Kemudian, karena dakwaan palsu, dia dijebloskan ke penjara selama bertahun-tahun, dan dibebaskan, hanya berkat pertolongan Allah, untuk diangkat menjadi bendahara kerajaan Mesir. Kemudian, setelah semua ini, beliau memindahkan seluruh keluarganya dari Madyan ke Mesir dan menyambut mereka seperti terlukis dalam ayat berikut,

"Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, Yusuf merangkul ibu bapaknya dan dia berkata, 'Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.' Dan dia naikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana…." (Yusuf [12]: 99-100)

Dengan demikian, kita mengetahui bahwa Nabi Yusuf a.s., terlepas dari status terhormatnya, berperilaku yang luar biasa santun kepada kedua orang tuanya. Mengangkat keduanya ke atas singgasana, menandakan hormat dan cintanya kepada keduanya, dan juga menunjukkan akhlaqnya nan mulia.


Ramah Tamah

Bagi umat beriman, yang mengikuti moralitas Al-Qur`an, memuliakan tamu mereka merupakan wujud kepatuhan pada salah satu perintah Allah serta satu kesempatan untuk mengaplikasikan moralitas yang tinggi. Sebab itulah, hamba-hamba beriman menyambut tamu-tamu mereka dengan penuh takzim.

Di dalam masyarakat yang tidak beriman, orang umumnya menganggap tamu sebagai satu beban, baik dari sudut material maupun spiritual, karena mereka tidak dapat melihat kejadian-kejadian semacam itu sebagai kesempatan untuk mendapatkan kesenangan Allah dan memperagakan akhlaq mulia. Sebaliknya, orang yang tidak beriman beranggapan bahwa santun dan sopan pada tamu tak lebih dari merupakan keharusan kemasyarakatan. Hanya karena mengharapkan suatu imbalan keberuntunganlah yang menggugah mereka untuk ramah dan santun pada tamu.

Al-Qur`an secara khusus menekankan perhatian agar manusia beriman menunjukkan akhlaq mulia kepada tamu. Sebelum yang lain-lainnya, manusia beriman menyuguhkan hormat, cinta, damai dan santun kepada setiap tamu. Sambutan biasanya didasarkan pada mempersiapkan tempat dan kebutuhan-kebutuhan lainnya, yang tanpa ungkapan hormat, cinta, dan damai, tidak bakal menyenangkan sang tamu. Di dalam ayat berikut, Allah mempertegas betapa Dia menyenagi kemolekan jiwa di atas apa pun selain itu,

"Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya, Allah memperhitungkan segala sesuatu." (an-Nisaa` [4]: 86)

Sebagaimana tersurat dalam ayat di atas, moralitas qur`ani mendorong manusia beriman agar berlomba-lomba dalam amal kebaikan, walau sekadar perbuatan biasa seperti menyambut tamu, sebagai satu sikap yang sudah dicontohkan di sini.

Al-Qur`an juga menginginkan kita memperlakukan tamu agar mereka merasa nyaman dengan menanyakan apa saja keperluan mereka, dan memenuhinya, sebelum sang tamu mengutarakannya. Cara Nabi Ibrahim a.s. melayani tamu beliau merupakan satu contoh bagus tentang ini dan merupakan peragaan satu wujud penting dari keramahtamahan,

"Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim yang dimuliakan? Ingatlah ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan 'Salamun!'; Ibrahim menjawab 'salaman', kalian adalah orang-orang tidak dikenal. Maka dia pergi secara diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkan kepada mereka (tetapi mereka tidak mau makan)." (adz-Dzaariyaat [51]: 24-27)

Satu hal penting dari ayat-ayat ini yang menarik perhatian kita: akan lebih baik kita lebih dulu menanyakan keperluan tamu, laki atau perempuan, sebelum dia memintanya, karena tamu yang sopan biasanya menunda-nunda mengemukakan keperluannya. Di luar dari pemikirannya, tamu semacam ini bahkan mencoba menolak apa yang mungkin ditawarkan tuan/nyonya rumah. Bila ditanya apakah dia memerlukan sesuatu, sang tamu mungkin akan menjawab "tidak" dan berterima kasih atas tawaran tersebut. Untuk alasan seperti itu, moral qur`ani akan memikirkan sejak awal tentang apa saja yang mungkin diperlukan tamunya.

Perilaku lain yang disukai berkenaan dengan hal ini adalah menawarkan bantuan tanpa menunda-nunda. Di atas segalanya, perilaku seperti ini mengedepankan rasa senang tuan rumah bila tamu merasa bahagia berada di sana. Sebagaimana disebutkan ayat tadi, menawarkan sesuatu "dengan segera" mengungkap kemauan tulus tuan/nyonya rumah untuk melayani tamunya.

Tingkah laku mulia lainnya yang dapat dipetik dari ayat-ayat tadi adalah walaupun Nabi Ibrahim a.s. belum pernah kedatangan tamu sebelumnya, dia berupaya keras untuk melayani mereka sebaik mungkin dan bersegera menyuguhkan daging bakar "anak sapi gemuk", sejenis daging yang terkenal sangat sedap rasanya, sehat dan bergizi. Dus, bisa kita tambahkan bahwa selain dari mencukupi layanan-layanan yang telah disebutkan, tuan/nyonya rumah harus pula mempersiapkan dan menawarkan makanan kualitas prima, enak, dan segar.

Di luar semua ini, Allah juga menekankan perhatian akan daging yang hendak disajikan untuk tamu
Readmore »

PERAN CINTA DAN KEINDAHAN DALAM KEHIDUPAN SPIRITUAL

Oleh Seyyed Hossein Nasr
Pengembaraan di jalan menuju Taman Kebenaran memerlukan bukan hanya pencapaian dan perwujudan pengetahuan pemersatu, melainkan juga keterbenaman di dalam cinta dan ketertarikan pada keindahan di tingkat tertingginya. Allah telah menjadikan mungkin bagi kita manusia untuk dapat meraih-Nya tidak hanya melalui pengetahuan tetapi juga melalui cinta dan keindahan. Taman itu adalah Taman Kebenaran, sekaligus juga Taman Cinta, yang Keindahannya melebihi dan melampaui semua yang dapat kita bayangkan atau telah kita alami sebagai sesuatu yang menyenangkan dan indah di bumi ini. Tukang Kebunnya juga sang Kekasih, yang tidak hanya harus diketahui, tetapi juga dicintai dan direnungkan dalam keindahannya yang tak berhingga, yang membakar penonton dan menggiring kepada ekstasi penyatuan serta kedamaian puncak. Laki-laki dan perempuan mengalami berbagai macam cinta dan menyaksikan banyak objek yang indah dalam kehidupan di bawah sini, tetapi kebanyakan tidak mencapai Taman Kebenaran melalui pengalaman seperti itu. Oleh karena itu kita harus bertanya pada diri kita sendiri apakah cinta dan keindahan dalam konteks Tasauf dan mengapa kaum Sufi, yang begitu menekankan pengetahuan prinsipal dan mencerahkan, sangat sering berbicara tentang cinta dan keindahan, yang saling terkait tanpa terpisahkan satu sama lain.

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, penting untuk mencuplik hadis qudsi dari Nabi mengenai hubungan antara pengetahuan dan cinta: Dia yang mencari-Ku akan menemukan-Ku.
Dia yang menemukan-Ku akan mengetahui-Ku.
Dia yang mengetahui-Ku akan mencintai-Ku.
Dia yang mencintai-Ku, akan Aku cintai.
Dia yang Kucintai, akan Aku tebas.
Dia yang Kutebas, akan Aku tebus.
Dia yang Kutebus, Diriku sendirilah penebusnya.

Jalan menuju Kebenaran menghasilkan penemuan Kebenaran, yang berarti pengetahuan mengenai-Nya. Lebih jauh lagi, Kebenaran itu sedemikian sehingga orang tidak dapat mengetahui-Nya tanpa mencintai-Nya. Dan cinta itu akhirnya mengantarkan ke dalam rengkuhan Allah, yang pada gilirannya mencintai orang-orang di antara hamba-hamba-Nya yang mencintai Dia. Akan tetapi, dalam pengertian metafisik, cinta Allah mendahulu cinta manusia, seperti yang akan kita tinjau di bawah ini.
HAKIKAT CINTA
Apa gunanya menulis tentang cinta? Orang harus mengalami cinta agar dapat memahami apa itu cinta. Seperti dikatakan Rūmī, ketika harus menjelaskan hakikat cinta, pena patah dan tak kuasa menulis. Namun demikian, meskipun berhadapan dengan kata-kata dan konsep, menulis tentang cinta dapat membangkitkan kesadaran tertentu dalam pikiran dan jiwa pembaca, yang pada gilirannya dapat membuatnya siap untuk mengalami cinta pada beberapa tingkat. Tapi cinta itu sendiri tidak dapat direduksi ke dalam deskripsinya meskipun amat jelas dan puitis, sementara pada saat yang sama kata-kata yang berasal dari orang-orang yang benar-benar telah mencinta dapat menghadirkan ingatan dan membangkitkan di dalam diri sebagian orang cinta yang tersimpan di dalam jiwa semua manusia laki-laki dan perempuan. Api cinta dapat dinyalakan melalui kata-kata yang tepat jika substansi jiwa siap untuk terbakar dalam api cinta, yang tanpanya hidup yang menjadi kehilangan nilai, karena sekali lagi mengutip Rumi: “Barangsiapa tidak memiliki api ini, hendaklah ia tidak ada.”3
Mari kita mulai dengan metafisika cinta. Cinta adalah sebagian dan sepenggal dari kenyataan. Cintalah yang menarik wujud kepada satu sama lain dan kepada Sumber mereka. Cinta tak lain adalah api yang nyalanya menerangi dan yang panasnya menghidupkan hati dan menganugerahkan kehidupan. Ia juga badai yang dapat menjungkirbalikkan jiwa dan menumbangkan keberadaan yang biasa. Cinta adalah kehidupan tetapi bisa pula kematian. Ia mencakup kerinduan dan pedih keterpisahan serta gairah penyatuan. Cinta juga tak terpisahkan dari keberadaan dalam berbagai bentuknya. Bukan hanya dalam Kekristenan Allah dianggap cinta, menurut Al-Quran salah satu dari Nama-Nya adalah Cinta atau al-Wadūd. Dan karena cinta adalah bagian dari Hakikat Ilahi, semua keberadaan, yang memancar dari-Nya, dijalari oleh cinta. Allah adalah cahaya langit dan bumi, seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran. Kecerahan cahaya ini berkaitan dengan pengetahuan dan kehangatannya dengan cinta.
Tidak ada ranah eksistensi tanpa cinta ada di dalamnya, kecuali jika dilihat dari sudut pandang tertentu pada tingkatan manusiawi, karena Allah telah memberi kita kehendak bebas untuk mencinta atau tidak; namun demikian, bahkan pada tatanan manusiawi dapat dikatakan bahwa bahkan orang-orang yang tidak mencintai Allah atau tetangga mereka masih mencintai dirinya sendiri. Sejauh menyangkut kosmos, cinta dapat dilihat di mana-mana andai saja kita sadar akan realitasnya. Cabang-cabang pohon tumbuh ke arah cahaya karena cinta, dan hewan-hewan menyayangi anak-anak mereka sebagai akibat dari cinta. Bahkan langit bergerak karena kekuatan cinta, yang kita reduksi menjadi sekadar fisika dan kuantitatif, dan kita sebut gravitasi. Seperti yang ditulis Dante pada bagian paling akhir dari Divine Comedy, kesatuan rohani tertinggi melibatkan pengalaman dan realisasi dari “l’amor che move il sole e l’altre stelle,” yaitu, “cinta yang menggerakkan matahari dan bintang-bintang lainnya.”
Cinta mengalir di dalam nadi alam semesta, demikian pula rahmat, dan kita sebagai manusia dapat dan benar-benar mencinta, objek cinta kita mulai dari makhluk duniawi, terutama seseorang, hingga Allah itu sendiri. Tetapi seperti yang telah disebutkan, pada kenyataannya cinta berasal Allah dan tidak bersama kita. Dalam dua perintah dasarnya Kristus meminta para pengikutnya untuk mencintai Allah yang mencintai makhluknya dan mencintai tetangga. Al-Quran menyediakan dasar metafisikal untuk cinta ini dengan menegaskan bahwa Allah akan membawa orang-orang “yang Dia cintai dan mereka mencintai-Nya” (QS Al-Mâ’idah [5]:54). Ayat ini, yang telah berkali-kali dikutip oleh tulisan-tulisan Sufi mengenai cinta, makin menjelaskan bahwa pertama-tama Allah mencintai makhluk-Nya, dan sebagai konsekuensi dari cinta kita bisa mencintai-Nya. Selain itu, seperti yang dinyatakan dua perintah Kristus, cinta Allah memiliki kedudukan lebih tinggi daripada cinta tetangga, yang berarti semua makhluk dan bukan hanya manusia.
Karena itu, dari sudut pandang manusia, ada tahap-tahap cinta yang dipahami secara metafisikal dan seperti yang dijelaskan oleh kaum Sufi. Yang pertama-tama adalah cinta Allah untuk diri-Nya sendiri dan kemudian Cinta-Nya untuk makhluk-Nya, termasuk kita, yang sebagai akibatnya cinta menjalari inti substansi makhluk di semua tingkat eksistensi. Kemudian, ada cinta kita kepada Yang Ilahi, dan akhirnya ada cinta kita kepada makhluk-makhluk lain, yang menurut mereka yang percaya diturunkan dari cinta kepada Allah. Pemahaman spiritual tentang cinta ini karenanya mentransendensi cinta ego pada dirinya sendiri, cinta palsu yang telah menjadi lumrah pada kebanyakan laki-laki dan perempuan. Hanya melalui hirarki ini dan hubungan di antara berbagai tingkatannya kekuatan spiritual dan transformatif cinta, yang bahkan dapat mengubah cinta ego pada dirinya sendiri menjadi cinta kepada Allah dan yang lainnya, dapat dimengerti. Tetapi ada unsur lain yang lebih halus yang melibatkan instrumen serta kandungan wahyu yang mengikatkan kita kepada Allah. Bisakah seseorang mencintai Allah sebagai seorang Kristen tanpa mencintai Kristus? Jawabannya cukup jelas. Kebenaran yang sama berlaku bagi Islam, di mana cinta kepada Nabi merupakan prasyarat bagi cinta kepada Allah. Kebenaran ini dirangkum sebagai berikut: untuk mencintai Allah, Dia harus terlebih dahulu mencintai kita, dan Allah tidak mencintai orang yang tidak mencintai Nabi atau rasul-Nya dan risalahnya.
Karena cinta berasal dari Allah dan memancar dari-Nya, cinta sejati di dunia ini pada akhirnya tidak lain daripada cinta kepada Allah. Orang-orang Kristen awal berbicara tentang agape dan eros untuk membedakan cinta Tuhan dan manusia atau kosmik, dan pembedaan ini masih penting dalam banyak teologi Kristen, terutama teologi Katolik. Kaum Sufi mengambil rute yang berbeda. Mereka tidak menggariskan perbedaan yang tajam antara agape dan eros, memandang yang kedua sebagai bayangan dan juga tangga menuju yang pertama. Sebaliknya, mereka berbicara tentang cinta sejati (al-‘isyq al-haqīqī), yaitu cinta manusia bagi Allah, dan cinta metaforis (al-‘isyq al-majāzī), yang meliputi segala bentuk cinta yang kelihatannya berada di luar dan bebas dari ikatan cinta antara Allah dan manusia. Menurut pandangan ini, sebagian besar dari apa yang kita anggap sebagai cinta bukanlah cinta yang sejati sama sekali melainkan cinta hanya dalam pengertian kiasan. Selain itu, terdapat satu hierarki lagi dalam cinta yang dimulai dari berbagai tingkatan cinta metaforis hingga cinta sejati, yang selalu melibatkan Allah dan dapat mencakup cinta pada seseorang atau sesuatu, tetapi di dalam Allah. Namun bahkan cinta metaforis adalah kilau dari cinta sejati karena akhirnya hanya ada satu Cinta dengan banyak tingkatan manifestasi.
Kaum Sufi juga berbicara tentang bentuk lain gradasi dan hierarki cinta. Mereka memulai dengan kondisi manusia biasa dan berakhir dengan keadaan orang-orang suci. Keadaan cinta terendah dari sudut pandang ini adalah cinta ego atau cinta diri atau cinta untuk dirinya sendiri. Ini masih cinta, tetapi karena sifatnya memenjarakan objeknya, cinta itu melumpuhkan dan menghalangi pertumbuhan jiwa dan kemungkinan baginya untuk mencapai tingkatan cinta yang lebih tinggi. Kemudian ada cinta kepada yang lain, entah itu manusia, hewan, atau benda-benda seperti tanaman, mineral, dan juga artefak bikinan manusia, terutama karya-karya seni. Tetapi tingkat cinta ini masih terbatas dan berhingga serta dalam banyak kasus bersifat sementara. Sering kali ia menimbulkan keterikatan pada dunia sehingga menghalangi jiwa dari mengalami tingkat cinta yang lebih tinggi, yang secara paradoks juga melibatkan keterlepasan dari hal-hal yang bersifat keduniawian. Kemudian ada cinta untuk realitas suci, mencakup para nabi, kitab-kitab yang diwahyukan, orang-orang suci, seni yang suci, dan sebagainya, yang datang dari Allah, mengarahkan jiwa kepada-Nya, asalkan manusia tetap sadar akan Sumber dari semua yang suci. Akhirnya, ada cinta kepada Allah, yang Suci adanya, yang tak berbatas dan membebaskan bukannya mengikat karena objek dari cinta ini adalah yang Tak Berbatas. Cinta tingkat tertinggi adalah cinta Allah untuk diri-Nya sendiri, dan inilah Cinta yang membuat semua bentuk cinta lain menjadi mungkin. Bahkan, segala bentuk cinta merupakan pantulan, meskipun sangat samar, dari cinta tertinggi ini.
Dari sudut pandang spiritual semua tingkatan yang disebutkan di atas bisa positif, dan masing-masing tingkat yang lebih rendah dapat mengantarkan ke tingkatan yang lebih tinggi alih-alih bersifat membatasi. Cinta pada diri sendiri dapat membuka kesadaran tentang sifat ego yang mudah mengelabui dan cepat berlalu dari ingatan serta efeknya yang memenjara, mengarahkan seseorang kepada pencarian akan dirinya yang lebih tinggi. Cinta pada yang lain dapat mengakibatkan rasa sakit dan penderitaan serta membantu jiwa untuk mencari cinta yang tidak pernah binasa. Cinta pada alam dapat menimbulkan rasa ingin tahu akan hikmat Allah dan cinta kepada Pencipta makhluk-makhluk yang menjadi objek kecintaan kita. Adapun cinta pada objek-objek suci, teofani dan yang sejenisnya, hampir selalu mengantarkan kepada cinta kepada Wujud Yang merupakan sumber dari karunia dan keindahan yang hadir di dalamnya. Hierarki cinta dengan demikian dapat dipandang sebagai tangga pendakian menuju Kerajaan Langit dan sebagai deskripsi tentang keterbatasan dan pemenjaraan yang lebih besar atas jiwa saat seseorang saat ia turun ke tingkatan yang lebih rendah dari hierarki tersebut.
SIGNIFIKANSI SPIRITUAL CINTA MANUSIA
Mencintai dengan sungguh-sungguh berarti hidup dengan sungguh-sungguh, dan orang yang menjalani kehidupan tanpa cinta belum benar-benar menjalani kehidupan manusia dengan sepenuhnya. Keyakinan para Sufi ini menunjuk pada kebenaran penting bahwa cinta bukan hanya merupakan bagian dari kehidupan, melainkan juga memainkan peran spiritual yang sangat penting dalam perkembangan batin kita. Seperti yang telah disebutkan, kekuatan cinta bersifat transformatif. Ia memiliki efek alkemis pada jiwa dan dapat mengubah substansi jiwa itu sendiri. Perkawinan alkemis antara raksa dan belerang yang menghasilkan berbagai substansi konkret (menurut alkemi) melambangkan transformasi batin yang dihasilkan oleh rangkulan cinta terhadap jiwa, memungkinkannya meraih kesatuan dengan Roh dalam cara yang konkret.
Seorang manusia dapat mengalami berbagai bentuk cinta. Kita bisa mencintai orang tua kita, anak-anak dan kerabat kita. Kita bisa mencintai kota, negara, dan budaya kita. Ada cinta pada alam dan seni. Ada cinta pada agama dan hal-hal yang suci, semua mengarah kepada cinta Tuhan. Semua bentuk cinta ini membawa seseorang keluar melampaui egonya, melakukan pengorbanan dan menderita, memberi dan memberi lagi. Juga semua bentuk cinta merupakan pertanda hasrat jiwa yang mendalam akan cinta murni yang bersifat ilahiah. Tetapi ada satu jenis cinta yang paling kuat pada tataran manusia—dan tentu saja tidak dalam kaitannya dengan Tuhan—dan itu adalah cinta lelaki untuk perempuan atau cinta perempuan untuk laki-laki. Cinta konjugal dan romantis adalah ranah ujian bagi pertumbuhan jiwa secara emosional dan spiritual, dan ini terkait langsung dengan cinta dan pada akhirnya kesatuan antara jiwa dan Roh. Pernyataan ini tentu saja tidak menghapuskan kemungkinan keterlepasan dari cinta seperti itu demi Allah, seperti yang kita lihat dalam tindakan membujang yang dipraktekkan agama-agama tertentu.
Cinta yang sejati dan otentik dalam pengertian romantis, dan bukan ketertarikan seksual semata, merupakan sebentuk rahmat dan karunia dari Langit. Ia menghunjam ke dalam jiwa kita seperti badai yang kuat, menumbangkan keterikatan dan kebiasaan kita yang lama. Mencabut akar-akar jiwa kita dari ranah kepuasan diri dan egoisme. Menyebabkan sukacita sekaligus derita, kegairahan serta kerinduan. Melepaskan jiwa dari semua pertalian dengan yang lain dan mengikatkannya pada objek kecintaannya, bahkan mengatasi pikiran yang terserak-serak dan memusatkannya pada satu objek itu saja. Sifat kemutlakan cinta kepada Allah tercermin dalam cinta manusia yang seperti itu, yang memerlukan peluruhan seluruh sikap mementingkan diri sendiri dan memberi tanpa batas. Cinta seperti itu, jika otentik, tidak akan berkurang tatkala yang dicintai menjadi kurang cantik secara lahiriah dan kehilangan daya tarik lahiriahnya, sebab objek dari cinta itu adalah sosoknya dan bukan atributnya, yang mungkin menyenangkan hati pecintanya pada satu momen dan tidak demikian pada momen lainnya. Itulah sebabnya cinta romantis yang otentik bertumbuh bukannya berkurang sering berjalannya waktu. Cinta seperti itu adalah karunia dari Allah kepada makhluk-Nya, yang Dia ciptakan berpasang-pasangan, seperti yang ditegaskan Al-Quran, dan cinta ini dalam pengertian terdalamnya tidak dapat dipisahkan dari cinta kepada Allah dan cinta Allah kepada kita. Inilah arti penting spiritual dari cinta manusia.
Dimensi seksual dari cinta itu sendiri penuh dengan signifikansi spiritual. Kesatuan seksual adalah cerminan duniawi atas prototipe surgawi. Laki-laki mengalami yang Tak Terbatas dan perempuan mengalami yang Mutlak di dalam kesatuan duniawi ini, yang mengembalikan, meski untuk sejenak, manusia ke dalam keutuhan androginik. Kebahagiaan kesatuan seksual juga merupakan pendahuluan dari kebahagiaan kesatuan jiwa dengan Roh, seperti yang dibicarakan oleh Hermetisisme Kristen serta beberapa mazhab mistisisme Kristen lainnya. Seperti disebutkan di atas, jiwa tentunya dapat menarik diri dari pesona duniawi ini melalui sikap zuhud demi mencari perkawinan langsung dengan Roh, seperti yang kita lihat dalam monastisisme dan berbagai bentuk spiritualitas Kristen, namun kesatuan seksual tetap penting secara rohani, khususnya dalam Tasauf yang, seperti Islam selebihnya, memandang seksualitas sebagai kenyataan sakral, sehingga harus diatur oleh Hukum Suci, bukan sebagai perbuatan dosa semata yang hanya berasal dari kejatuhannya dari surga. Kesatuan seksual dapat mengantarkan kepada pengalaman fanā’ atau anihilasi dan karenanya kebebasan, betapa pun sejenak, dari belenggau keberadaan yang terpisah dan keterbatasan kesadaran sehari-hari. Dari sudut pandang Sufi, dorongan ke arah kesatuan seksual, yang merupakan dorongan sensual yang paling kuat di dalam sebagian besar manusia, pada kenyataannya merupakan pencarian jiwa akan kesatuan dengan Allah, terutama ketika kesatuan manusia digabungkan dengan cinta. Setiap kekasih pada akhirnya merupakan pantulan dari Sang Kekasih atau ma’syūq, sebagaimana dikatakan para Sufi, yang tak lain adalah Allah di dalam kenyataan batin-Nya, kenyataan yang sering dirujuk kaum Sufi dalam bentuk feminin. Zat Allah disebut Al-Dzāt dalam bahasa Arab, dan itu secara gramatikal bergender feminin. Dipandang sebagai Kekasih, dimensi batin dari yang Ilahi adalah Keindahan feminin yang dirindukan oleh jiwa lelaki. Namun dalam aspek-Nya sebagai Pencipta dan Pemelihara ciptaan, Allah dianggap maskulin. Dari sudut pandang metafisika murni, Allah tentu saja di atas mengatasi perbedaan lelaki-perempuan dalam cara yang sama seperti dalam doktrin-doktrin Timur Jauh Tao tertinggi mentransendensi dualisme yin dan yang.
Al-Quran menggunakan kata-kata yang berasal dari akar hubb ketika merujuk kepada cinta. Kaum Sufi juga menggunakan istilah seperti itu, tetapi mereka menambahkan ke istilah ‘isyq, yang menyiratkan cinta yang intens, dan mereka mengklaim bahwa Al-Quran, sebagai kitab suci, tidak menggunakan istilah ini lantaran keekstreman dan intensitasnya. Kata ‘isyq, menurut sumber-sumber tradisional, diturunkan dari nama untuk tanaman anggur yang melilitkan dirinya ke seputar sebatang pohon dan menekan begitu keras pada batangnya sehingga pohon itu mati. Etimologi puitis ini merujuk kepada kebenaran yang mendalam bahwa cinta melibatkan kematian. Seperti dikatakan Rūmī, “sang Kekasih hidup dan sang pecinta mati.” Di sini kita teringatkan pada “Nyanyian Cinta-Kematian” (Liebestod) dalam opera Wagner yang terkenal, Tristan und Isolde.
Kisah cinta yang hebat biasanya berakhir dalam kematian, seperti yang kita lihat misalnya dalam kisah-kisah literatur Barat seperti Tristan dan Isolde serta Romeo dan Juliet. Kematian mereka tampak dari luar seperti berkaitan dengan kekuatan dan keadaan lahiriah tetapi secara batiniah menunjukkan hubungan antara cinta yang intens dengan kematian. Dikatakan bahwa untuk setiap lelaki ada seorang perempuan—dan sebaliknya—yang merupakan pasangan pelengkap sedemikian sempurna sehingga ketika keduanya bertemu di bumi intensitas cinta mereka akan menyebabkan mereka mati. Cinta manusia bahkan yang berada di bawah tahap ekstrem ini selalu bercampur dengan beberapa derajat kematian—kematian terhadap ego sendiri, terhadap hasrat sendiri, terhadap kesenangan-kesenarangan sendiri demi kepentingan yang lain. Dan ini disebabkan cinta manusia itu sendiri merupakan pantulan dari Cinta Tuhan, yang bisa kita alami hanya setelah kematian ego kita, dan dapat mengantarkan kepada Tuhan jiwa-jiwa mereka yang cukup beruntung untuk mengalami cinta ini. Itulah sebabnya pula mengapa kisah-kisah cinta legendaris tampak dari luar seperti menyangkut cinta manusia dan dari dalam menyangkut cinta untuk Tuhan dan dari Tuhan dan karena itu sering berakhir dengan kematian sang pahlawan lelaki atau perempuan atau keduanya.
Ada begitu banyak dongeng dalam Tasauf , dan mungkin yang paling terkenal adalah kisah Laylā dan Majnūn. Cerita aslinya, yang memiliki banyak versi yang lebih baru, sederhana saja. Seorang pemuda Arab Badui bernama Qays bertemu Laylā dalam perkumpulan para wanita. Pertemuan ini berbekas begitu mendalam padanya. Ia jatuh cinta dengannya dan mengorbankan untanya untuk pesta itu. Ketika seorang lelaki bernama Manāzil datang ke pertemuan itu, perhatian semua perempuan kecuali Laylā terarah kepadanya, yang membalas cinta Qays kepadanya. Qays kemudian meminta dia dari tangan ayahnya, tetapi ayahnya menolak, mengatakan bahwa gadis itu telah bertunangan dengan orang lain. Dalam derita dan kesedihan mendalam, Qays kehilangan akal dan pikiran lalu mengembara di padang gurun setengah telanjang, hidup bersama binatang liar. Julukan Majnūn, yang berarti tergila-gila atau gila, yang kemudian disematkan untuknya, muncul akibat perilaku ini. Ayah Qays membawa berziarah ke Makkah dengan harapan bahwa ia akan sembuh, tapi pengalaman ini hanya kian menguatkan cintanya pada Laylā. Ketika sadar, Majnūn menggubah beberapa puisi mengungkapkan cintanya kepada Laylā, tetapi ia hanya bertemu dengannya satu kali lagi sebelum kematiannya.
Atas dasar puisi anonim ini, banyak versi prosa ditulis. Kisah ini menjadi terkenal dalam sastra Arab dan kemudian menjadi bagian dari tradisi sastra Persia. Barangkali adikarya terbesar yang didasarkan pada cerita ini, tetapi dengan sangat panjang lebar, adalah karya penyair Persia abad kedua belas Nizhāmī, yang mengubahnya menjadi salah satu adikarya puisi liris Persia. Sufi seperti Ahmad Ghazzālī, Attār, dan Rūmī mengubah cerita ini menjadi adalah contoh cinta Allah dan manusia sebagaimana yang dipahami dalam Tasauf. Amīr Khusraw, penyair terkemuka Persia abad keempat belas dari India, juga menyusun sebuah karya berjudul Laylī dan Majnūn (Laylī sebagai versi Persia dari Laylā) dan mendedikasikannya untuk Nizhām al-Awliyā’, orang suci Delhi yang terkenal. Selain itu, Sufi penyair abad kelima belas Jāmī menyusun sebuah karya besar dengan judul ini. Kisah Laylā dan Majnūn menjadi terkenal bukan hanya dalam sastra Arab melainkan juga Turki, Kurdi, Pashto, dan beberapa bahasa lainnya. Dalam versi Sufi ini kisah cinta terkenal ini, Laylā atau Laylī dipahami sebagai melambangkan Zat Ilahi. Nama Laylā/Laylī berasal dari kata bahasa Arab untuk malam (layl), dan itu berarti keindahan malam yang gelap, dari sinilah akar pengaitannya dengan “cahaya gelap” Zat Ilahi, yang menghitam karena intensitas cahayanya, mengatasi cahaya yang terlihat, yang melambangkan manifestasi. Ada pun Majnūn, artinya yang biasa sebagai seorang gila juga dilihat secara simbolis. Cinta juga melibatkan sejenis kegilaan, dan bahkan cinta manusia biasa sering melanggar logika dan akal sehat serta tampak bagi mereka yang tidak ditimpanya sebagai sejenis ketidakwarasan. Orang yang mencintai Allah dengan seluruh dirinya tentu akan tampak seperti ditimpa sebentuk keedanan dalam pandangan orang-orang yang menganggap keadaan yang normal sikap abai terhadap Cinta Allah yang mencirikan sebagian besar masyarakat. Kisah indah Laylā dan Majnūn karena itu merupakan sarana untuk mengekspresikan Cinta Allah terbungkus dalam bahasa cinta manusia.
CINTA ALLAH
Telah disebutkan bahwa Allah mencintai kita terlebih dahulu sebelum kita memiliki kemungkinan untuk mencintai-Nya. Prioritas ontologis ini harus selalu diingat. Allah dapat saja menciptakan makhluk yang tidak bisa apa-apa kecuali memuliakan Dia, dan Dia melakukan itu dalam menciptakan malaikat. Tetapi dalam kasus manusia, Dia menciptakan makhluk yang dianugerahi kehendak bebas, makhluk yang mampu mencintai-Nya secara sadar, tetapi juga mampu untuk tidak mencintai-Nya. Tidak ada cinta dengan paksaan. Cinta Allah adalah kenyataan yang meliputi penciptaan melalui tindakan penciptaan itu sendiri oleh Allah yang juga Maha Penyayang, Maha Pengasih, dan Maha Pencinta. Tetapi dari sisi manusia, adalah mungkin untuk tidak mencintai Allah sebagaimana mungkin pula untuk menolak keberadaan-Nya sendiri. Hidup di dunia ini bukan hanya ujian bagi iman kita, seperti ditegaskan Al-Quran, tetapi juga bagi cinta kita kepada Allah dan kemungkinan membalas cinta-Nya kepada kita dalam keterbatasan kita. Seperti disebutkan dalam hadis qudsi yang dikutip pada awal bab ini, adalah hak laki-laki dan perempuan untuk menjadikan Allah kekasih mereka. Atas dasar kenyataan ini, Allah meminta kita untuk menjadi kekasih bagi-Nya dalam kepenuhan kehendak bebas kita.
Halangan terbesar untuk merespons secara positif terhadap imbauan ilahi ini adalah bahwa ada banyak hal lain yang dapat menjadi objek kecintaan kita, mulai dari ego kita sendiri. Allah mengetahui keadaan ini, sehingga wahyu agama-agama dan kekuatan spiritual yang terkandung di dalamnya, dapat melepaskan ikatan kecintaan jiwa pada yang sementara dan fana lalu membelokkannya ke arah Allah. Ketika kaum Sufi berbicara tentang cinta, atau ‘isyq, mereka berpikir tentang aspeknya yang membebaskan dan bukan yang mengikat. Mencintai Allah secara penuh berarti memiliki kebebasan penuh dari setiap ikatan lain, dan karena Allah itu mutlak dan tak terbatas, maka itu berarti mengalami kebebasan mutlak dan tak terbatas.
Dalam salah satu ghazal-nya yang paling terkenal Hāfizh, penulis syair dan puisi mistik terindah dalam bahasa Persia, melantunkan:
Aku ungkapkan dan puas dengan kata-kataku,
Aku adalah hamba cinta dan terbebas dari kedua dunia.
Dulu aku terbang di dalam Taman suci, bagaimana aku bisa menjelaskan keterpisahanku?
Bagaimana aku lalu terjerat di dalam perangkap dunia ini?
Dulu aku malaikat dan surga yang agung adalah tempat tinggalku,
Adam membawaku ke biara reruntuhan kota ini.

Cinta Ilahi membebaskan kita tidak hanya dari dunia yang ini tetapi juga yang berikutnya, dipahami dalam bahasa agama biasa sebagai dunia yang penduduknya akan dihakimi dan mendapat balasan sesuai perbuatan baik atau buruknya di dunia ini. Melalui Cinta Ilahi kita kembali ke Taman suci tempat kita berada dalam kedekatan dengan Tuhan sebelum kejatuhan kita, Taman suci yang juga merupakan Taman kesatuan di atas seluruh keadaan penebusan dosa, di atas tempat tinggal di neraka dan surga seperti yang biasanya dipahami.
HARUSKAH MENCINTA UNTUK MENCAPAI TAMAN KEBENARAN?
Karena Taman Kebenaran dicapai melalui pengetahuan yang mencerahkan seperti yang dibahas dalam bab yang lalu, maka dapat ditanyakan apakah cinta merupakan pengiring yang diperlukan di jalan gnosis. Untuk menjawab pertanyaan mendasar ini penting untuk membedakan antara cinta sebagai emosi dan signifikansi metafisika cinta. Ada jalan mistik yang didasarkan hanya pada cinta yang menggiring manusia, melalui penggunaan emosi cinta yang ditujukan kepada Allah, kepada Allah sendiri.
Kebanyakan mistisisme Kristen adalah mistisisme cinta, seperti halnya bhakti marga dalam Hindu. Tasauf bukan jalan seperti itu meskipun Sufi tak hentinya berbicara tentang cinta. Dalam Tasauf cinta adalah pelengkap ma’rifah dan terkait dengan kenyataan yang diwujudkan oleh pengetahuan. Tentu saja, sebagian Sufi menekankan cinta dan pengetahuan yang lain, tetapi baik pengetahuan maupun cinta selalu hadir dalam setiap ajaran Sufi yang terpadu, sebagaimana halnya unsur tindakan, yang akan kita bicarakan dalam bab berikutnya. Rūmī adalah salah seorang penggubah lirik terindah tentang cinta dalam Tasauf , dan Matsnawī-nya diawali dengan syair-syair penuh dengan pujian terhadap cinta, namun buku yang sama disebut “samudra ma’rifah” oleh orang-orang yang mengenal karyanya dengan baik. Yang lain, seperti sahabatnya Shadr al-Dīn Qunyawī, menekankan ma’rifah tetapi tidak mengabaikan cinta. Singkatnya, jalan Tasauf menggabungkan pengetahuan dan cinta, dan jarang kita temukan seseorang atau sebuah mazhab dalam Tasauf yang ajarannya, meskipun menekankan cinta, tidak memiliki dimensi sapiential, yang murni bhakti dan bergenre sama dengan mistisisme Kristen serta beberapa bentuk spiritualitas Hindu.
Untuk pertanyaan apakah kita dapat mencapai Taman Kebenaran tanpa cinta, jawabannya adalah tidak, tapi pada saat yang sama harus ditekankan bahwa kesalehan sentimental, walaupun berharga pada tingkatannya sendiri, tidak dengan sendirinya memadai untuk tugas tersebut. Harus ada pengetahuan yang direalisasi, tetapi realisasi ini melibatkan seluruh wujud kita dan karenanya harus meliputi realitas cinta. Lebih jauh lagi, cinta mengantarkan kepada persatuan, dan Allah mencintai makhluk-Nya, sehingga tidak ada cara untuk mencapai Tuhan tanpa mengalami api cinta itu, yang membinasakan keberadaan kita yang terpisah lalu mengubah kita menjadi abu, yang darinya jiwa kita yang abadi muncul kembali dengan kehidupan yang baru. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa orang yang tidak mencinta sesungguhnya tidaklah hidup.
KEINDAHAN—ILAHI, MANUSIA, KOSMIS
Keindahan dan cinta adalah dua aspek dari kenyataan yang sama jika dilihat dari sudut pandang tertentu, yang satu memiliki sifat aktif dan yang lainnya pasif. Yang satu seperti api yang membakar sedangkan yang lainnya sebuah danau tenang dan tak terganggu, walaupun ada dimensi ketenangan dalam cinta setelah direalisasi dan keindahan juga dapat dilihat dalam petir dan kilat. Ada komplementaritas di dalam komplementaritas yang pertama, yaitu sebuah elemen pasif di dalam sifat cinta yang aktif dan elemen aktif di dalam sifat keindahan yang pasif. Kita bahkan dapat dengan mudah menerapkan doktrin Timur Jauh tentang komplementaritas dari yin dan yang serta kehadiran yin di dalam yang dan yang di dalam yin pada hubungan mendasar antara cinta dan keindahan ini. Singkatnya, keduanya tak terpisahkan pada tingkat tertentu, karena bagaimana mungkin orang tidak mencintai apa yang indah dan bagaimana mungkin sesuatu yang kita cintai tidak akan tampak indah pada tingkat tertentu (dan bukan hanya pada bentuk lahiriah dan tampilan luarnya)?
Dengan cara yang sama Al-Quran dan Hadis berbicara tentang cinta, keduanya juga berbicara tentang keindahan dan bahkan Al-Quran merujuk kepada Nama Tuhan, yang mengungkapkan Sifat-Nya kepada kita, sebagai nama yang indah. Ada Hadis, kumpulan ucapan Nabi mengatakan, “Tuhan itu indah dan Dia mencintai keindahan” secara praktis merupakan dasar estetika Islam. Selain itu, Nama-Nama Allah secara keseluruhan disebut Nama-Nama yang Indah. Dua istilah dasar yang digunakan untuk keindahan dalam sumber-sumber dasar Islam pada umumnya dan Tasauf khususnya adalah husn atau ihsān, dan jamāl. Yang terakhir ini adalah Nama Allah, sebagaimana disebut di dalam hadis yang sudah dikutip—dan juga disebutkan di dalam Al-Quran—sementara yang pertama menyangkut Allah sekaligus manusia, serta jalan kepada-Nya. Husn dalam bahasa Arab pada saat bersamaan berarti keindahan, kebaikan, dan keutamaan, yang dari sudut pandang Sufi tidak lain daripada keindahan jiwa. Tasauf itu sendiri didefinisikan sebagai ihsān, yang, seperti dijelaskan oleh sebuah hadis qudsi, berarti menyembah Allah seakan-akan kita melihat Dia dan jika kita tidak melihat-Nya, seolah-olah Dia melihat kita. Jalan menuju Taman Kebenaran ditutupi oleh berbagai bentuk keindahan yang semuanya merupakan teofani Keindahan Wajah Sang Kekasih, dan jalur ini tidak bisa ditempuh kecuali oleh orang yang menghias jiwanya dengan keindahan. Lalu bagaimanakah para Sufi memahami kenyataan penting ini dalam kehidupan ruhani?
Seperti halnya wujud, keindahan adalah kenyataan universal yang tidak dapat dibatasi, dan definisi logis tidak merangkum semua kenyataannya. Kita dapat menunjuk kepadanya dalam kontras dengan kejelekan, namun itu tidak mencukupi karena pada intisarinya keindahan melampaui dualisme, termasuk dualisme biasa keindahan dan kejelekan, yang kita alami melalui indera kita. Akan tetapi, sebagian guru bijak selama berabad-abad telah berusaha untuk mendefinisikan keindahan. Salah satu yang paling termasyhur adalah Plato, yang mengatakan, “Keindahan adalah kecemerlangan Kebenaran.” Kaum Sufi akan siap untuk menerima pernyataan ini, kecuali bahwa mereka akan menambahkan bahwa karena Kebenaran juga Kenyataan dalam perspektif mereka, seperti terlihat dalam kata al-haqīqah, yang berarti keduanya, keindahan dapat dikatakan sebagai kecemerlangan Kenyataan itu sendiri. Semua kenyataan memancar dari yang Satu, Yang merupakan satu-satunya Realitas mutlak yang juga Keindahan mutlak. Ketika yang Satu mewujudkan yang banyak pada berbagai tingkatan eksistensi kosmik, Keindahan mutlak ini juga mewujud bersamaan dengan eksistensi, di mana ia seperti aura di sekitar matahari. Apa yang tampak jelek oleh kita muncul dari non-eksistensi yang menampakkan diri sebagai eksistensi. Karena eksistensi itu sendiri memancar dari yang Nyata, yang auranya adalah keindahan, yang muncul sebagai kejelekan merupakan akibat tiadanya cahaya Wujud dan bayangan yang terbentuk sebagai akibat jauhnya jarak dari Sumber cahaya ini.
Kaum Sufi juga setuju sepenuhnya dengan Plato ketika dalam Philebus ia menegaskan bahwa keindahan adalah bagian dari realitas hal-hal dan tidak bergantung pada apresiasi subyektif atau persepsi kita mengenainya. Keindahan adalah bagian dari realitas objektif setiap wujud. Ia tidak tergantung pada penontonnya kecuali hingga sejauh mana setiap penonton itu mempersepsi keindahan sesuai partikularitas jiwanya dan hingga sejauh mana jiwanya indah dan mampu mengapresiasi keindahan. Tetapi itu tidak berarti bahwa keindahan semata-mata berdasarkan pada penilaian subjektif kita, sebagaimana ketidaktahuan kita tentang struktur geologi sebuah gunung karena kurangnya pengetahuan kita tidak membuat struktur itu menjadi subjektif. Ya, kita harus melatih mata dan telinga kita untuk melihat dan mendengar keindahan, dan itu hanya dapat dilakukan, dalam peristilahan spiritual, jika jiwa telah terlatih dan dibiasakan dan dibuat indah melalui perolehan kebaikan. Akan tetapi, pelatihan ini bukan satu-satunya syarat sejauh menyangkut apresiasi pada manifestasi keindahan universal. Tentu saja juga diperlukan penguasaan bahasa formal yang digunakan untuk mewujudkan jenis keindahan tertentu. Seorang Persia lazimnya tidak bisa mengapresiasi keindahan Sanctus dari Mass in B Minor karya Bach atau seorang Jerman pada keindahan musik raga India tanpa pelatihan tentang “bahasa” formal yang digunakan. Namun beberapa jenis keindahan bersifat universal dan melintasi kekhasan budaya. Bagi mereka yang mengapresiasi keindahan alam, pegunungan Himalaya menunjukkan keagungan dan keindahan yang nyata, yang diapresiasi manusia baik yang berasal dari Brasil, Nigeria, ataupun Jepang. Dan keindahan seorang manusia dapat dipersepsi ke mana pun orang tersebut pergi di muka bumi. Bahkan dalam domain seni, di mana masing-masing peradaban memiliki bahasa formal yang berbeda, beberapa adikarya besar menampilkan keindahan universal. Kita hanya perlu mengingat Chartres Cathedral, Alhambra, atau lukisan Sung. Singkatnya, pelatihan jiwa dalam bahasa formal berbagai kesenian dalam banyak kasus harus menyertai pendekorasian jiwa dengan keindahan batin, sementara Allah telah memanifestasikan keindahan dengan cara tertentu sehingga beberapa jenis keindahan melintasi seluruh batas budaya seolah-olah untuk mengingatkan kita bahwa Keindahan seperti itu dimiliki oleh yang Tak Berbentuk dan melampaui partikularitas semua “bahasa” formal.
Dalam Tasauf estetika tidak terpisah dari disiplin rohani dan etika. Orang tidak dapat terbang dengan sayap keindahan menuju kebebasan dunia spiritual tanpa disiplin dan tanpa menjadi sadar dan mencintai Keindahan mutlak Allah yang dirindukan oleh jiwa, terlepas apakah ia menginsafinya atau tidak, dalam pencariannya akan setiap bentuk keindahan duniawi. Pencarian ini tidak mungkin dilakukan tanpa etika dan disiplin rohani. Seperti yang pernah dikatakan oleh Plotinus, yang disebut kaum muslim Shaykh, atau guru rohani, dari Yunani, jiwa mengejar keindahan dan keindahan merupakan manifestasi dari kuasa rohani yang menggerakkan semua tingkatan realitas. Kaum Sufi sepenuhnya setuju dengan pandangan ini, yang dulu pernah mendominasi estetika Barat namun kemudian terpinggirkan di Barat bersama ajaran Neoplatonik tentang subjek ini, pada abad kedelapan belas.
Bagaimanakah keindahan yang didambakan jiwa ini dirasakan dan dialami? Karena keindahan bersemayam di kedalaman jiwa, dan pada saat yang sama jiwa pun mendambakannya, Allah telah menjadikannya dapat dialami melalui semua fakultas, baik lahiriah maupun batiniah, yang dimiliki oleh jiwa itu. Semua indera lahiriah kita dapat merasakan keindahan terutama fakultas penglihatan dan pendengaran. Bahkan, kerap kali ketika kita merujuk pada keindahan, keindahan yang terdengar atau terlihatlah yang ada dalam pikiran kita. Tetapi fakultas batiniah dari jiwa kita juga dapat mempersepsi citra-citra keindahan yang tersembunyi dari mata lahiriah kita. Fakultas imaginal dapat mempersepsi citra-citra yang indah. Pikiran dapat melihat keindahan bentuk-bentuk matematis dalam dunia matematika murni terlepas dari alam material. Ia juga dapat memahami harmoni, yang tak dapat dipisahkan dari keindahan. Akal yang bersinar di dalam diri kita dapat merenungkan yang dapat dipahami secara murni dan alam malakuti. Adapun hati, ketika matanya dibuka, ia dapat melihat Keindahan wajah sang Kekasih itu sendiri. Melalui cara apa pun kesadaran kita berhubungan dan menjadi sadar akan realitas objektif, ada kemungkinan untuk mengalami keindahan, sebuah kualitas yang menjalari semua tingkatan dan modus keberadaan.
Walaupun keindahan ada di mana-mana, entah kita menyadarinya atau tidak, keindahan juga memiliki hierarki, sebagaimana halnya pada realitas, wujud dan cinta. Keindahan tertinggi adalah keindahan Realitas Tertinggi; keindahan mutlak adalah keindahan dari yang Mutlak. Bahkan keindahan paling intens yang dialami di dunia ini dalam wajah indah seseorang yang dicintai atau karya seni terhebat alam yang perawan atau bahkan semerbak jiwa seorang suci merupakan pantulan dari Keindahan ilahi. Mutlak dan tak terbatas secara sekaligus, Keindahan ini dapat dialami Kecantikan tetapi tidak dijelaskan dalam kata-kata manusia, sebagai realitas yang benar-benar tak terucapkan. Keindahan ini merupakan mahkota dari hierarki keindahan dan pada saat yang sama sumber setiap bentuk keindahan. Di bawahnya dalam hierarki itu terdapat keindahan dunia yang terpahamkan secara murni dan dunia malakuti, dan setelah itu dunia ruang-waktu yang mencerminkan dunia arketipal dan terpahamkan hampir secara langsung. Kategori terakhir bentuk-bentuk yang terikat oleh waktu dan ruang ini tentu saja mencakup alam perawan sebagaimana yang diciptakan oleh sang Seniman Tertinggi dan karenanya mencerminkan keindahan Penciptanya dengan sangat mencengangkan. Seni suci yang didasarkan pada inspirasi surgawi dan yang memungkinkan pengalaman langsung dunia spiritual dalam bentuk material juga termasuk dalam kategori ini.
Menurut ucapan Hermetik termasyhur, “Apa yang terendah melambangkan apa yang tertinggi.” Prinsip ini juga berhubungan dengan pengalaman keindahan Meskipun dunia material merupakan yang terendah dalam hierarki eksistensi, ia mencerminkan dunia tertinggi. Keindahan suatu bentuk material dengan demikian dapat mencerminkan keindahan tertinggi dan akhirnya Keindahan Ilahi. Banyak Sufi sepanjang zaman telah sepenuhnya sadar akan kebenaran ini dan memandang setiap bentuk yang indah sebagai bentuk pantulan Keindahan Wajah Dia.
Adapun mengenai keindahan manusia penting untuk dijelaskan di mana kedudukannya di dalam hierarki ini. Karena keadaan manusia mencakup semua tingkat keberadaan di dalam dirinya sendiri, dapat dikatakan bahwa manusia dapat merangkul seluruh hierarki. Manusia dapat memiliki keindahan fisik, keindahan karakter, keindahan jiwa, keindahan pikiran dan akal, dan keindahan hati. Dalam wilayah keduniaan, manusia sebenarnya merupakan bentuk keindahan tertinggi, terutama keindahan Manusia Universal, yang di dalamnya semua kemungkinan manusia terwujudkan. Adapun keindahan fisik bagi manusia biasa, itu adalah pemberian Allah, terutama ketika seseorang masih belia. Ketika kita semakin tua tindakan-tindakan kita yang didasarkan pada pilihan dan kehendak bebas akan semakin tercermin di dalam penampilan luar kita, dan kecantikan batin, dalam kasus orang-orang yang memiliki keindahan seperti itu, mulai mendominasi tampilan luar sementara keindahan lahiriah pemberian Allah akan semakin memudar. Tetapi keindahan lahiriah bukannya tidak berarti. Itu sebenarnya merupakan sebuah berkah yang besar dari Allah, membawa bersamanya banyak hak istimewa tetapi juga tanggung jawab besar. Kaum Sufi sering mengatakan bahwa merenungkan keindahan wajah seorang perempuan bagi seorang Sufi laki-laki adalah jalan yang paling langsung untuk merenungkan Keindahan Ilahi, dan yang sebaliknya juga benar. Ibn ‘Arabī dan Syabistarī, misalnya, menulis bagaimana setiap sisi wajah perempuan mengungkapkan Sifat Tuhan dan menyingkapkan sebuah Misteri Ilahi. Ibn ‘Arabī menulis ketika berada di Makkah dia bertemu dengan seorang wanita Persia muda dan ketika melihat wajahnya semua ilmu esoterik seolah-olah secara tiba-tiba terungkapkan baginya. Singkatnya, kaum Sufi, baik laki-laki maupun perempuan, bukan hanya pecinta Allah, tetapi mereka juga pencinta keindahan, yang tak dapat dipisahkan dari Realitas Ilahi dan yang, karena terkait dengan ketidakterbatasan Ilahi, menghadirkan kedamaian total dan membebaskan jiwa dari semua belenggu yang membatasi keberadaan.
Meskipun banyak Sufi gencar mengejar keindahan dan bentuk-bentuk yang indah, ada beberapa yang memperingatkan terhadap pencarian akan keindahan jika jiwa belum bersiap untuk pengalaman total Keindahan melalui bentuk-bentuk yang indah dengan membersihkan diri batinnya dari berbagai ketidaksempurnaan dan keburukan. Persis karena keindahan menarik jiwa, ia juga dapat menjebaknya dan bertindak sebagai sarana yang kuat untuk mengalihkannya dari Sumber segala keindahan. Itulah mengapa beberapa guru bijak dan mistikus di semua agama menganggap keindahan sebagai pedang bermata dua dan mencoba untuk menahan diri mereka dari mengapresiasi bentuk-bentuk lahiriah keindahan pada tahap tertentu dalam perjalanan spiritual. Orang-orang seperti itu disebut asketik (zuhhād dalam Islam), dan ada banyak orang yang demikian dalam sejarah awal Tasauf sebelum dimensi cinta dan pengetahuan mekar sepenuhnya. Tokoh-tokoh ini, sebenarnya, mempersiapkan landasan yang diperlukan bagi perkembangan itu. Apa yang dilakukan dan dikatakan oleh orang-orang suci dan peramal seperti itu adalah bahwa jiwa jangan sampai terperangkap di dalam sesuatu yang terbatas dan menghalanginya untuk naik ke tingkat kesempurnaan. Dengan demikian mereka berkonsentrasi hanya pada Allah sebagai yang Esa melebihi semua manifestasi dan segala bentuk.
Bahaya yang menjadi keprihatinan mereka berkaitan dengan kekeliruan menganggap suatu bentuk keindahan yang terbatas sebagai realitas yang mandiri, terlepas dari Allah sebagai Sumber segala keindahan. Persis lantaran sifat keindahan itulah maka ia memiliki kekuatan untuk menarik kepada dirinya sendiri dalam cara tertentu sehingga jiwa lupa akan Sumber keindahan ini dan juga fakta bahwa keindahan bentuk duniawi bersifat sementara. Tak banyak orang yang teralihkan dari Allah lantaran sesuatu yang buruk. Biasanya yang menyibukkan jiwa dan menjauhkannya dari Taman Kebenaran adalah sebuah bentuk yang memiliki beberapa jenis keindahan, yang padanya jiwa kemudian menjadi tertarik. Bayangan Keindahan Wajah Dia mulai bersaing di dalam jiwa dengan Keindahan mutlak, disebabkan oleh ketidaktahuannya jiwa tidak dapat membedakan antara yang Nyata dan pantulannya. Singkatnya, dalam visi Tasauf yang integral, keindahan akan tetap menjadi kenyataan di pusat kehidupan spiritual. Taman Kebenaran itu indah, dan tak seorang pun dapat memasukinya yang tidak menghargai keindahan dan yang tidak indah secara batin, yang tidak dapat membedakan antara keindahan dan kejelekan, yang berkaitan dengan mencermati perbedaan antara yang nyata dan tak nyata, yang salah dan yang benar.
Keindahan tidak dapat dipisahkan dari yang nyata dan benar karena, seperti mereka, ia mendampingi pantulan dari yang Esa di dalam yang banyak. Ia membukakan pintu bagi yang terbatas menuju yang Tidak Terbatas dan membebaskan jiwa dari kungkungan bentuk-bentuk terbatas, meskipun ia termanifestasi dalam tatanan formal. Harmoni merupakan hasil dari pantulan yang Esa di dalam yang bermacam-macam, dan karena itu ia terkait erat dengan keindahan. Objek keindahan memiliki harmoni kualitatif yang terkait dengan realitas seperti warna. Mereka tidak hanya dapat memiliki harmoni kualitatif tetapi juga kuantitatif. Ini dapat ditemukan, misalnya dalam musik, yang, di samping kualitas suara, terkait secara kuantitatif dengan pengukuran dan matematika, disiplin yang dipelajari dalam sains harmonik. Seni Islam dicirikan oleh proporsi harmonis, kejelasan matematis, dan berbagai tingkat simetri.
Dalam dunia spiritual lainnya yang tidak simetris juga dapat menjadi kendaraan bagi keindahan, sebagaimana yang dapat kita lihat pada taman Zen, tetapi dalam perspektif Sufi simetri biasanya dianggap terkait dengan harmoni dan harmoni dengan keindahan. Keindahan jenis ini melibatkan akal, dan kemampuan akal untuk mengerti, termasuk keindahan matematis, dianggap sebagai kualitas keindahan yang dirasakan pada tingkatan yang tinggi. Di bawahnya terletak keindahan yang dicerap oleh pancaindera dan di atasnya keindahan tak terlukiskan dari dunia yang mentransendensi segala bentuk. Tetapi seperti yang sudah disebutkan, semua tingkat keindahan ini adalah pantulan dari Keindahan puncak Wajah sang Kekasih, yang dialami oleh kita manusia saat berada dalam keadaan Surgawi.
Pengalaman keindahan itu masih berdiam jauh di dalam jiwa. Salah satu fungsi keindahan dalam kehidupan manusia adalah untuk memunculkan ingatan tentang Keindahan surgawi. Jika dipahami secara spiritual, keindahan itu sendiri menjadi sarana pemusatan perhatian dan penemuan kembali watak sejati kita sebagaimana Allah telah menciptakan kita, watak yang masih kita bawa jauh di dalam diri kita meskipun sudah terlupakan sebagai akibat dari kejatuhan kita ke dalam keadaan ketidaktahuan dan tidak lagi mengenal siapa diri kita. Setelah menjadi sepenuhnya terlahiriahkan (exteriorized), kita cenderung untuk hanya melihat pada bentuk lahiriah dan mencari keindahan lahiriah, sedangkan para Sufi merenungkan, melalui bentuk-bentuk lahiriah, makna batiniahnya dan keindahan batiniah yang terkandung di dalamnya. Seperti kata penyair Sufi Persia abad ketiga belas Awhad al-Dīn Kirmānī,
Lalu aku memandang wajah dunia dengan mata optik,
Karena bentuk lahiriah membawa tanpa Makna batin.
Dunia tak lain adalah bentuk dan kita harus hidup dalam bentuk:
Kita tak dapat melihat Makna lahiriah kecuali dalam bentuk.

Menurut hadis Nabi, Allah telah menuliskan keindahan di atas wajah segala sesuatu. Inilah wajah yang dipalingkan setiap makhluk kepada Allah. Realisasi spiritual berarti melihat wajah ini dan keindahan yang tertulis di atasnya serta mendengarkan musik indah dari seruan setiap makhluk, yang membentuk inti eksistensinya. Ini berarti melihat bentuk-bentuk dalam kebeningan metafisikal mereka dan bukan kegelapan lahiriah mereka. Kebeningan itu tak terpisahkan dari keindahan karena ia seperti jendela yang melaluinya Cahaya dari yang Tak Berhingga dan bersamanya pantulan dari Keindahan-Nya memasuki substansi bentuk itu sendiri, membuatnya menjadi kendaraan yang, melalui kecantikan mereka, membawa kita kepada yang Tak Berbentuk dan kepada Sumber dari semua keindahan.
Ya Tuhan Engkau yang paling mengetahui itu kini dan nanti,
Kami tidak melihat apa pun kecuali keindahan Wajah-Mu
Yang indah di dunia ini adalah cermin dari Keindahan-Mu
Kami telah melihat di Wajah Raja yang Maha Perkasa.

Akan tetapi, untuk meraih tujuan perenungan Keindahan Allah di dalam bentuk-bentuk duniawi, jiwa harus memperoleh kembali keindahan realitas purbanya, yang tak lain dari ihsān, dan yang dengan demikian juga berarti menjadi berhiaskan kebajikan-kebajikan—kebajikan yang memperindah jiwa dan yang akhirnya merupakan milik Allah. Jiwa yang indah tertarik kepada Keindahan Ilahi seperti ngengat tertarik kepada cahaya lilin dan senantiasa mengalami di dalam setiap keindahan duniawi Keindahan Ilahi dari sang tukang Kebun di Taman Kebenaran, sebuah keindahan yang tak terpisahkan dari tujuan akhir kehidupan manusia.
Para raja menjilati tanah yang darinya keindahan ini dibuat,
Sebab Allah telah mencampur di dalam tanah berdebu
Seteguk keindahan dari cangkir paling terpilih-Nya.
Inilah dia, kekasih tersayang—bukan bibir tanah liat itu—
Yang engkau kecup dengan ratusan gairah,
Maka bayangkanlah, seperti apa kiranya andai ia tak bercela!

Rūmī
KEDAMAIAN
Kita tidak dapat membicarakan makna spiritual keindahan tanpa berpaling kepada soal kedamaian. Keindahan menarik jiwa, dan di dalamnya jiwa menemukan semua yang dicarinya. Jadi mengapa pergi ke tempat lain? Mengapa dia terusik? Menyaksikan keindahan membutuhkan ketenangan dan kesenangan, ketenteraman dan kedamaian. Dalam tatanan formal, selama jiwa tertarik oleh keindahan bentuk tersebut, ia tetap dalam keadaan damai, tetapi dalam banyak kasus jiwa segera berhadapan dengan keterbatasan eksistensi dari bentuk dan, mendapati keterbatasan ini bersifat membelenggu, mengalihkan perhatiannya ke tempat lain dan meninggalkan keadaan damai karena usikannya. Akan tetapi, bagi kaum Sufi, keindahan bentuk merupakan simbol dan pantulan dari arketipe surgawinya, yang ia renungkan melalui bentuk tersebut. Keindahan bentuk dengan demikian mengantarkan orang seperti itu kepada wajah Keindahan Tak Terbatas, tempat ditemukannya kedamaian sejati. Dalam Keindahan Tak Terbatas tidak terdapat batasan eksistensial, dan tidak ada yang dapat mengganggu keadaan mengalami kedamaian tertinggi seperti itu dengan mengalihkan perhatian jiwa ke tempat lain karena jiwa berada dalam keadaan di mana pada kenyataannya tidak ada tempat lain baginya untuk beralih. Ini adalah sebuah keadaan yang oleh sebagian Sufi Asia Tengah disebut perdamaian universal (shulh-i kull). Itu adalah ketika kedamaian yang diraih ketika seseorang terbenam di dalam Realita yang melampaui semua ketegangan dan dualisme, di mana hal-hal yang berlawanan bertemu, coincidentia oppositorum .
Adalah luar biasa bahwa jiwa manusia mendamba kedamaian sementara hidup di dunia yang penuh dengan perselisihan, pertikaian, perlawanan, perjuangan, dan peperangan. Apabila kita merenungkan istilah peace, shalom, shanti, dan salam dalam Kekristenan, Yudaisme, Hindu, dan Islam secara berturut-turut dan penggunaannya di mana-mana oleh para pengikut agama ini, serta istilah dengan arti yang sama yang digunakan di tempat lain, kita menjadi sadar akan keuniversalan kerinduan ini. Tasauf menekankan pentingnya kerinduan ini di dalam jiwa dan pentingnya mewujudkan tujuan dari kerinduan ini. Tetapi kaum Sufi berulang kali menekankan bahwa perdamaian ini tidak dapat ditemukan di dunia oposisi dan dualisme sementara kita tetap terikat ke dunia ini, itu hanya dapat ditemukan dengan mentransendensi dunia ini dan meraih Realitas Ilahi, yang sebagai Keindahan mutlak, juga merupakan kedamaian mutlak. Seperti yang dikatakan:
Tiada ketenteraman kecuali di dalam rengkuhan ruhani Kebenaran Ilahi (haqq).
Menurut Al-Quran dan sebuah hadis Nabi, ucapan sambutan dari para penghuni Surga, Taman itu, adalah salām atau damai; itulah ucapan salam yang biasa di kalangan Muslim, al- salām ‘alaykūm, atau “damai atasmu.” Nah, Taman itu bersinar dengan keindahan yang agung, yang dulu kita saksikan sebelum Kejatuhan kita dan orang-orang yang diberkati akan kembali mengalaminya setelah kematian. Keindahan seperti itu tidak dapat tidak kecuali berpadu dengan kedamaian dan ketenangan. Jiwa yang tidak merasakan ketenangan di dalam Keindahan Ilahi tidak layak mendapatkan Surga. Dia bahkan harus membawa ketenangan batin dan ketenangan jiwa ke ranah surgawi melalui pencapaian kebajikan-kebajikan spiritual agar dapat memasuki Taman itu dan mampu memetik manfaat dari kedamaian di ranah yang ke dalamnya jiwa-jiwa yang diberkati diperbolehkan masuk. Dengan cara yang sama jiwa yang diberkati harus menambahkan sesuatu pada Bait jannati agar orang itu layak untuk berada di sana.
Singkatnya, damai (al-salām) berada pada level tertinggi Nama Tuhan, dan Allah adalah kedamaian itu sendiri sekaligus pemberi kedamaian, karena Dia adalah indah dan sumber segala keindahan. Al-Quran menegaskan dalam sebuah ayat yang memainkan peran penting dalam amalan Sufi, ” Dialah yang telah menurunkan ketenangan (al-sakīnah) ke dalam hati orang-orang mukmin” (QS Al-Fath [48]:4). Sakīnah ini, yang memiliki kesesuaian dengan Shekinah menurut Kabbalis, merupakan kedamaian yang bersifat surgawi dan berpadu dengan rahmat, karena Allah adalah sumber langsungnya. Tetapi kita harus siap untuk menerima karunia yang besar ini dengan menyelaraskan diri dengan kebenaran, beriman dan mencintai Allah, dan mengarahkan jiwa kita kembali kepada Sumber dari semua keindahan dengan cara mengamalkan kebajikan. Melihat Keindahan Wajah sang Kekasih tidak dapat dipisahkan cinta mutlak dan tak bersyarat pada Dia yang Sendirinya mutlak dan tak bersyarat, dan ini dipisahkan dari mengalami kedamaian “yang melampaui semua pemahaman.”
Mari kita ingat bahwa jalan spiritual melibatkan pengetahuan, di satu sisi, serta cinta dan keindahan, di sisi yang lain. Akan tetapi, konsekuensi berikut mengikuti jalan ini juga menyebabkan diraihnya kedamaian yang didambakan jiwa. Selain itu, seperti yang kita akan lihat dalam bab berikutnya, jalan pengetahuan, cinta, dan keindahan memerlukan tindakan benar dan baik, yang tanpanya seseorang tidak dapat menyadari sepenuhnya pengetahuan ilahi dan tidak akan mampu untuk mencintai Allah dan melihat Keindahan-Nya dengan sepenuhnya wujud dirinya. Akibatnya, tanpa kebaikan dan kebajikan orang tidak bisa mencapai perdamaian yang pada tingkatannya yang paling mendalam tidak dapat dipisahkan dari keindahan dan yang kita semua cari jauh di kedalaman diri kita bahkan di tengah hiruk-pikuk, kekacauan, dan ketegangan dunia tempat kita hidup.
 cuplikan dari buku
GARDEN OF TRUTH
Seyyed Hossein Nasr
Penerbit Mizan
Januari 2010
Rp 57.500
Readmore »