Mahal Betul Pendidikan Ini

Apa yang sebenarnya kita pelajari di universitas yang membuat kita berbeda dari mereka yang tidak menempuh jenjang pendidikan ini?

Apakah kemajuan pemikiran, peradaban dan kebudayaan manusia sangat ditentukan oleh jenjang pendidikan tertinggi ini?
Layakkah kita membayar mahal untuk jenjang pendidikan tertinggi ini?
Atau jangan-jangan universitas hanyalah sebuah sistem pendidikan yang menjual mimpi? Sebuah kebohongan yang menjanjikan penyempurnaan cara berpikir tetapi jauh panggang dari api?
Jelas Surat dari London ini tak hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan besar itu.
Pertanyaan-pertanyaan itu terbersit bukan karena sedang memikirkan masa depan dunia. Tidak sehebat itu. Tetapi lebih sederhana, yaitu ketika mendengar rekomendasi Lord Browne of Madingley, bekas boss perusahaan minyak BP, tentang dana pendidikan universitas di Inggris.
Uang kuliah naik
Pada intinya rekomendasi Lord Browne adalah agar universitas-universitas Inggris mulai 2012 dibebaskan dari plafon penetapan uang kuliah agar tetap bisa bersaing dengan universitas lain di dunia.
Selama ini uang kuliah di Inggris ditetapkan maksimum £3.290 atau Rp. 46,5 juta per tahun. Kuliah tiga tahun berarti £9.870 atau hampir Rp.140 juta.
Dalam perhitungan Lord Browne, kalaupun dibebaskan, kemungkinan universitas di Inggris hanya akan menarik sekitar 6 hingga 7 ribu Poundsterling per tahunnya.
Walau ada yang menghitung universitas-universitas top semacam Oxford dan Cambridge akan menetapkan uang kuliah hingga £12 ribu per tahunnya atau hampir Rp. 170 juta.
Tak heran kalau kalangan orang tua menyatakan kemarahan atas rekomendasi yang diminta oleh pemerintah koalisi Konservatif dan Liberal Demokrat ini.
Mereka khawatir anak-anak mereka akan terbebani hutang yang sangat berat, yang mungkin baru akan terbayarkan lunas di batas usia hidup mereka.
Maklum kecuali anak-anak orang kaya di Inggris ini, rata-rata mahasiswa harus membayar sendiri uang kuliah mereka. Dan rata-rata mereka meminjam uang dari badan peminjam keuangan khusus untuk mahasiswa yang berbunga sangat rendah. Tetapi serendah apapun tetap saja itu utang yang harus dibayar dan berbunga.

Pertanyaan yang muncul, kalau untuk menempuh pendidikan di universitas seorang mahasiswa begitu lulus sudah terbebani utang minimum £20 ribu atau Rp. 280 juta, cukup layakkah itu?
Orang juga bertanya kalau sampai pemerintah sepakat dengan rekomendasi Lord Browne, kapan bola bisa dihentikan agar tidak bergulir? Lima tahun lagi, 10 tahun lagi, berapa kenaikan biaya yang harus dibayar?
Alasan tidak logis
Mereka yang sekarang menjadi orang tua, rata-rata adalah mahasiswa 25 silam. Mereka masih ingat bahwa hingga 22 tahun silam, pendidikan tinggi di Inggris ini masih gratis.
Adalah dibawah pemerintahan Margaret Thatcher mulai diperkenalkan uang kuliah. Salah satu alasannya sama, konon untuk meningkatkan mutu pendidikan dan bersaing dengan universitas lain di dunia.
Untuk kasus yang sekarang, alasan itu dengan mudah sebenarnya bisa dibantah. Karena rencana peningkatan uang kuliah itu bersamaan dengan rencana pemerintah untuk mengurangi dana pendidikan tinggi hingga setidaknya £ 3,9 milliar per tahunnya. Sama saja mengatakan bahwa peningkatan uang kuliah sebenarnya untuk menutup lobang yang tergali karena kebijakan pemerintah itu.
Lalu lewat sebuah perhitungan yang rumit ditetapkan oleh Lord Browne diketahui bahwa seberapapun uang kuliah yang ditarik oleh universitas, mereka hanya berhak maksimum sekitar 7 ribu Pound uang itu.
Sisanya harus dialokasikan oleh universitas untuk membantu kalangan mahasiswa miskin yang tertatih-tatih membayar uang kuliah. Bukankah itu sama dengan mengatakan bahwa kalau dulu pendidikan mahasiswa yang miskin atau siapa saja ditanggung oleh pemerintah, maka kini akan ditanggung oleh universitas menggunakan dana dari mahasiswa sendiri?
Terus terang ini terasa seperti pemerintah sedang melakukan swastanisasi tanggung jawab saja.
Alasan peningkatan mutu dan bersaing dengan universitas lain terbaik di dunia juga seperti akal-akalan belaka. Kalau memang peningkatan mutu berbanding lurus dengan kucuran dana, maka peningkatan uang kuliah seharusnya jangan diikuti dengan pengurangan dana dari pemerintah, itu tidak masuk akal. Malah seharusnya pemerintah ikut menambah dana pendidikan yang dikucurkan.
Jujur saja saya termasuk orang tua yang ikut resah dengan perkembangan di dunia pendidikan Inggris ini. Dalam tiga empat tahun lagi, kalau tak ada aral melintang, anak semata wayang kami akan menjadi satu dari ribuan calon mahasiswa di Inggris ini. Namun dari sekarang saku dibaju ini sudah terasa sangat tipis.

Sumber:
Yusuf Arifin Yusuf Arifin
Radio Kurnia FM Trenggalek Selain Radio Kami Juga melayani Jasa Dokumentasi Video Shooting berbagai macam acara, kami juga melayani Live Streaming Di Channel Youtube, Kunjungi Youtube Kami "KURNIA FM'' dan KURNIA PRODUCTION

Belum ada Komentar untuk "Mahal Betul Pendidikan Ini"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel