21 Jan 2012 Tulis Komentar
Bahasa siaran radio memiliki ciri – ciri :
- singkat
- padat
- sederhana
- lugas
- menarik.
Singkat dan padat berhubungan dengan jumlah kata dalam kalimat. Dengan menggunakan kata – kata yang sedikit saja maknanya sudah dapat ditangkap oleh pendengar. Sedangkan kesederhanaan bisa disandarkan kepada pilihan kata atau ungkapan, juga dalam gaya bahasanya.
Kelancaran tuturan berhubungan dengan struktur kalimat. Dan kelugasan bahasa bisa diartikan sebagai penghindaran terhadap pengungkapan yang bertele – tele.
Ihwal bahasa yang menarik pasti terkait dengan aspek kreatif seorang penutur bahasa di radio, dalam hal ini adalah para penyiarnya.
Bahasa siaran ditentukan oleh dua faktor :
01. Faktor Kaidah Kebahasaan : Struktur Bahasa Siaran
Bahasa (termasuk kosa kata) apapun yang dipergunakan dalam siaran di radio harus memenuhi kaidah kebahasaan, dalam ukuran dapat dipertanggungjawabkan.
Kalau kaidah kebahasaan umumnya terkait dengan persoalan tata bahasa, berhubungan dengan struktur kata, kalimat, wacana dan studi makna (leksikal), maka secara khas radio memiliki tatanan kebahasaan yang dikenal sebagai Struktur Bahasa Siaran.
Struktur Bahasa Siaran tidak merupakan pola kata, ungkapan atau kalimat. Struktur ini lebih terkait dengan permainan emosi pendengar lewat tuturan. Aspek psikologi lebih berperan di sini ketimbang aspek kebahasaannya. Dengan kata – kata atau ungkapan yang sederhana, dengan pola kalimat yang sederhana pula emosi pendengarnya harus dapat digerakkan.
Azas Struktur Bahasa Siaran terdiri atas :
1. Attention Getter (Pemicu Perhatian).
Tariklah perhatian pendengar dengan kalimat pertama. Kalau kalimat pertama belum atau tidak menarik, maka jangan harap pendengar akan memberikan nilai lebih atasa sajian suatu siaran.
2. Mengemukakan Sesuatu
Tuturan di radio berupa untaian kata yang harus mengemukakan sesuatu, kecuali sapaan. Yang dapat dikemukakan :
- Fakta
- Opini atau Pendapat
- Ibarat atau Perumpamaan
- Gejala.
3. Reaktif Awak radio harus menuturkan fakta, opini, ibarat dan gejala dengan pendekatan yang reaktif, yang dapat menimbulkan reaksi bagi pendengarnya. Utamakan tuturan yang dapat :
- Mempengaruhi
- Mengajak
- Memberi jalan keluar (solutive) atas suatu permasalahan
Ketiga hal ini bisa dituturkan secara eksplisit atau langsung, atau bisa juga secara imlisit atau terselubung.
4. Azas Manfaat
Sajikan hanya tuturan yang bila didengar akan memberikan manfaat kepada pendengar. Hal-hal yang sangat umum perlu dihindarkan.
5. Pilihan Kosakata
Tak perlu yang harus mengernyitkan dahi, tapi pilihlah yang pas dengan kemampuan nalar pendengar.
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi.
Tepat berkaitan dengan pemilihan diantara beberapa alternatif kata yang bersinonim. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Bervariasi berkait dengan penggunaan kata-kata yang tidak itu ke itu juga.
Pendengar akan lebih tertarik dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk, dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing.
Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu hendaknya dipilih kata-kata konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Kata-kata konkret yang menunjukkan aktivitas akan lebih mudah dipahami pembicara.
Namun, pilihan kata itu tentu harus kita sesuaikan dengan pokok pembicaraan dan siapa target audiens kita. Kalau si pembicara memaksakan diri memilih kata-kata yang tidak dipahaminya dengan maksud supaya lebih mengesankan, malah akibatnya sebaliknya. Timbul kesan seolah-olah dibuat-buat dan berlebihan. Demikian juga sebaliknya, karena penutur ingin memaksa diri mendekati khalayak yang bukan sasarannya, maka ia menggunakan bahasa yang populer atau kata-kata yang tidak baku. Tetapi akibatnya kedengarannya juga tidak wajar. Dalam hal ini hendaknya penutur musti menyadari siapa pendengarnya dan apa pokok pembicaraannya, dan menyesuaikan pilihan katanya dengan pokok pembicaraan dan pendengarnya.
Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau penyiar berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya, dalam arti yang betul-betul menjadi miliknya, baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara.
Selain itu, pilihan kata juga disesuaikan dengan pokok pembicaraan. Kalau pokok pembicaraan kita masalah ilmiah, tentu pemakaian istilah memahaminya karena pendengarnya juga orang-orang tertentu. Tentu dalam situasi ini kita tidak bertutur secara santai mengenai masalah-masalah yang rumit dan serius, dan sebaliknya berbicara secara serius mengenai hal-hal yang santai.
Keragaman atau variasi kosakata bisa digali lewat kamus sinonim. Dalam penuturan atau penulisan bahasa Inggris kita bisa meragamkan kosakata dengan memanfaatkan Thesaurus, kamus bahasa yang mengelompokkan kosakata bersepadan untuk berbagai makna dan penggunaan. Sayang, belum ada kamus seperti itu dalam bahasa Indonesia.
6. Kepribadian (air personality)
Tuturkan secara khas, dengan gaya yang benar-benar milik sosok awak radio. Bukan dengan gaya yang sekedar menirukan.
7. Kaidah CBS
CBS (Columbia, Broadcasting Service) merupakan lembaga penyiaran yang intensif mengarahkan awak siarnya. Dalam hal struktur bahasa siaran konsep CBS dikenal sebaga ‘4-C’ :
1) Correstness : cermat
2) Clarity : jelas
3) Concise : ringkas
4) Colour : warna, berkepribadian
- singkat
- padat
- sederhana
- lugas
- menarik.
Singkat dan padat berhubungan dengan jumlah kata dalam kalimat. Dengan menggunakan kata – kata yang sedikit saja maknanya sudah dapat ditangkap oleh pendengar. Sedangkan kesederhanaan bisa disandarkan kepada pilihan kata atau ungkapan, juga dalam gaya bahasanya.
Kelancaran tuturan berhubungan dengan struktur kalimat. Dan kelugasan bahasa bisa diartikan sebagai penghindaran terhadap pengungkapan yang bertele – tele.
Ihwal bahasa yang menarik pasti terkait dengan aspek kreatif seorang penutur bahasa di radio, dalam hal ini adalah para penyiarnya.
Bahasa siaran ditentukan oleh dua faktor :
01. Faktor Kaidah Kebahasaan : Struktur Bahasa Siaran
Bahasa (termasuk kosa kata) apapun yang dipergunakan dalam siaran di radio harus memenuhi kaidah kebahasaan, dalam ukuran dapat dipertanggungjawabkan.
Kalau kaidah kebahasaan umumnya terkait dengan persoalan tata bahasa, berhubungan dengan struktur kata, kalimat, wacana dan studi makna (leksikal), maka secara khas radio memiliki tatanan kebahasaan yang dikenal sebagai Struktur Bahasa Siaran.
Struktur Bahasa Siaran tidak merupakan pola kata, ungkapan atau kalimat. Struktur ini lebih terkait dengan permainan emosi pendengar lewat tuturan. Aspek psikologi lebih berperan di sini ketimbang aspek kebahasaannya. Dengan kata – kata atau ungkapan yang sederhana, dengan pola kalimat yang sederhana pula emosi pendengarnya harus dapat digerakkan.
Azas Struktur Bahasa Siaran terdiri atas :
1. Attention Getter (Pemicu Perhatian).
Tariklah perhatian pendengar dengan kalimat pertama. Kalau kalimat pertama belum atau tidak menarik, maka jangan harap pendengar akan memberikan nilai lebih atasa sajian suatu siaran.
2. Mengemukakan Sesuatu
Tuturan di radio berupa untaian kata yang harus mengemukakan sesuatu, kecuali sapaan. Yang dapat dikemukakan :
- Fakta
- Opini atau Pendapat
- Ibarat atau Perumpamaan
- Gejala.
3. Reaktif Awak radio harus menuturkan fakta, opini, ibarat dan gejala dengan pendekatan yang reaktif, yang dapat menimbulkan reaksi bagi pendengarnya. Utamakan tuturan yang dapat :
- Mempengaruhi
- Mengajak
- Memberi jalan keluar (solutive) atas suatu permasalahan
Ketiga hal ini bisa dituturkan secara eksplisit atau langsung, atau bisa juga secara imlisit atau terselubung.
4. Azas Manfaat
Sajikan hanya tuturan yang bila didengar akan memberikan manfaat kepada pendengar. Hal-hal yang sangat umum perlu dihindarkan.
5. Pilihan Kosakata
Tak perlu yang harus mengernyitkan dahi, tapi pilihlah yang pas dengan kemampuan nalar pendengar.
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi.
Tepat berkaitan dengan pemilihan diantara beberapa alternatif kata yang bersinonim. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Bervariasi berkait dengan penggunaan kata-kata yang tidak itu ke itu juga.
Pendengar akan lebih tertarik dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk, dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing.
Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu hendaknya dipilih kata-kata konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Kata-kata konkret yang menunjukkan aktivitas akan lebih mudah dipahami pembicara.
Namun, pilihan kata itu tentu harus kita sesuaikan dengan pokok pembicaraan dan siapa target audiens kita. Kalau si pembicara memaksakan diri memilih kata-kata yang tidak dipahaminya dengan maksud supaya lebih mengesankan, malah akibatnya sebaliknya. Timbul kesan seolah-olah dibuat-buat dan berlebihan. Demikian juga sebaliknya, karena penutur ingin memaksa diri mendekati khalayak yang bukan sasarannya, maka ia menggunakan bahasa yang populer atau kata-kata yang tidak baku. Tetapi akibatnya kedengarannya juga tidak wajar. Dalam hal ini hendaknya penutur musti menyadari siapa pendengarnya dan apa pokok pembicaraannya, dan menyesuaikan pilihan katanya dengan pokok pembicaraan dan pendengarnya.
Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau penyiar berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya, dalam arti yang betul-betul menjadi miliknya, baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara.
Selain itu, pilihan kata juga disesuaikan dengan pokok pembicaraan. Kalau pokok pembicaraan kita masalah ilmiah, tentu pemakaian istilah memahaminya karena pendengarnya juga orang-orang tertentu. Tentu dalam situasi ini kita tidak bertutur secara santai mengenai masalah-masalah yang rumit dan serius, dan sebaliknya berbicara secara serius mengenai hal-hal yang santai.
Keragaman atau variasi kosakata bisa digali lewat kamus sinonim. Dalam penuturan atau penulisan bahasa Inggris kita bisa meragamkan kosakata dengan memanfaatkan Thesaurus, kamus bahasa yang mengelompokkan kosakata bersepadan untuk berbagai makna dan penggunaan. Sayang, belum ada kamus seperti itu dalam bahasa Indonesia.
6. Kepribadian (air personality)
Tuturkan secara khas, dengan gaya yang benar-benar milik sosok awak radio. Bukan dengan gaya yang sekedar menirukan.
7. Kaidah CBS
CBS (Columbia, Broadcasting Service) merupakan lembaga penyiaran yang intensif mengarahkan awak siarnya. Dalam hal struktur bahasa siaran konsep CBS dikenal sebaga ‘4-C’ :
1) Correstness : cermat
2) Clarity : jelas
3) Concise : ringkas
4) Colour : warna, berkepribadian
Belum ada Komentar untuk ""
Posting Komentar