ABILAWA
29 Mei 2011 Tulis Komentar
ABILAWA, JAGAL, adalah nama samaran yang digunakan oleh Bima ketika ia bersama saudara-saudaranya, para Pandawa lainnya, dan Dewi Drupadi bersembunyi di Kerajaan Wirata.Ini terjadi sesudah para Pandawa yang disertai Dewi Drupadi selesai menjalani masa pembuangan di hutan selama 12 tahun, karena kalah di meja judi. Menurut perjanjian yang telah disepakati antara pihak Pandawa dan Kurawa, sesudah masa pembuangan itu Pandawa harus bersembunyi dan menyamar selama satu tahun. Bilamana dalam waktu setahun itu salah seorang di antara para Pandawa dapat ditemukan dan dikenali penyamarannya oleh Kurawa, mereka harus menjalani hukuman pembuangan di hutan selama 12 tahun lagi.
Dalam penyamarannya Bima alias Abilawabekerja sebagai penyembelih hewan ternak — yang dalam bahasa Jawa disebut jagal, la bekerja pada seorang juru masak Istana Wirata bernama Jagal Welakas. Selama setahun bersembunyi di Kerajaan Wirata, Abilawa sempat membunuh tiga orang senapati Wirata yang bernama Rajamala, Rupakenca, dan Kenca-karupa. Mereka adalah ipar raja Wirata, Prabu Mats-wapati. Ketiga senapati Wirata yang sakti itu sebenarnya berniat hendak meruntuhkan wibawa raja, untuk kemudian mengambil alih kekuasan.
Rupakenca dan Kencakarupa menantang Seta, Utara, dan Wratsangka dalam pertandingan adu manusia sampai mati. Taruhannya adalah hak atas Kerajaan Wirata. Seta, Utara dan Wratsangka adalah putra Prabu Matswapati. Yang menjadi jago di pihak Rupakenca dan Kencakarupa adalah Rajamala. Sedangkan yang menjadi jago di pihak Seta, Utara, dan Wratsangka adalah Jagal Abilawa. Dengan bantuan Aijuna yang ketika itu menyamar sebagai Kendi Wrahatnala, Bima yang menggunakan nama Jagal Abilawa akhirnya dapat membunuh ketiga senapati Wirata itu. Itulah sebabnya, Prabu Mastwapati sangat berterima kasih pada Abilawa.
Dalam pedalangan , kisah terbunuhnya Rajamala diceritakan dengan amat menarik.
Perang tanding adu kesaktian antara Rajamala dan Bima terjadi sampai berhari-hari. Pada suatu kesempatan Bima berhasil menancapkan kuku Pancana-ka ke dada Rajamala, yang segera rebah ke tanah dan tewas. Bima merasa puas, karena kelelahannya membuahkan hasil. Tetapi saat itu Kencakarupa dan Rupakenca segera mengangkat mayat Rajamala dan diceburkan dalam sebuah kolam yang disebut Sendang Panguripan di tepi gelanggang. Begitu terbenam di air kolam itu, mendadak Rajamala hidup dan segar kembali.
Sambil berteriak-teriak menantang Abilawa, Rajamala masuk lagi ke gelanggang. Abilawa pun segara meladeni tantangan itu. Perang tanding berlanjut, dan Rajamala tewas lagi. Lalu Kencakarupa dan Rupakenca menceburkan lagi mayatnya ke Sendang Panguripan, dan hidup kembali.
Demikian berkali-kali sehingga Bima kehabisan tenaga. Ia mundur meninggalkan gelanggang. Hal ini menyebabkan Seta dan Utara marah. Keduanya mendesak Abilawa agar segera kembali ke gelanggang. Baru setelah Abilawa makan tujuh tumpeng nasi dan delapan ingkung ayam, ia kembali ke gelanggang. Kali ini ia membunuh Rajamala, Kencakarupa, dan Rupakenca sekaligus.
Mengenai kematian Rajamala ini, versi lain menyebutkan adanya peran Arjuna, yang pada masa itu juga menyamar dengan nama Kendi Wrahatnala.
Jelasnya begini.
Pada waktu Abilawa bertempur melawan Rajamala, Kendi Wrahatnala hadir berbaur dengan para penonton. Ia mengamati jalannya peristiwa, sewaktu Kencakarupa dan Rupakenca menggotong mayat Rajamala, kemudian menceburkannya ke dalam Sendang Panguripan, dan Rajamala hidup kembali.
Setelah menyaksikan kejadian itu berulang kali. Kendi Wrahatnala segera mengambil anak panah pusakanya, Pasopati, lalu secara diam-diam mencelupkannya di air sendang itu. Karena pengaruh kesaktian Pasopati, ketika beberapa waktu kemudian mayat Rajamala diceburkan ke sendang itu, mayat itu segera melepuh dan hancur menjadi bubur.
Melihat hal itu Kencakarupa dan Rupakenca marah dan mengamuk. Namun mereka berdua segera dibunuh oleh Abilawa.
Kematian ketiga senapati andalan Kerajaan Wirata itu dimanfaatkan oleh para Kurawa yang berkuasa atas Kerajaan Astina. Atas hasutan Patih Sengkuni, penguasa Astina itu mengajak raja Trigarta bernama Prabu Susarma untuk bersama-sama menyerbu Wirata.
Serbuan tidak terduga itu membuat prajurit Wirata yang dipimpin oleh para putra Prabu Matswapati kewalahan. Bahkan raja Wirata sempat ditawan Prabu Susarma dari Kerajaan Trigarta.
Melihat hal ini, Bima dan adik-adiknya, masih tetap dalam keadaan menyamar, segera membantu prajurit Wirata menahan para penyerbu. Bima dan Arjuna ber-hasil membebaskan Prabu Matswapati dan mengusir tentara Trigarta dan Astina. Nakula dan Sadewa juga membantu pasukan Wirata membendung serangan prajurit sekutu Astina dan Trigarta. Para Kurawa yang menyaksikan sepak terjang Jagal Abilawa yang bertubuh tinggi besar dalam pertempuran segera mengenali bahwa sesungguhnya Abilawa adalah Bima. Mereka lalu menuntut agar para Pandawa menjalani hukuman pembuangan lagi selama 12 tahun. Namun para pinisepuh (tetua) Astina, yakni Begawan Drona dan Resi Bisma menyatakan bahwa pada hari itu, Pandawa sudah genap setahun bersembunyi dan menyamar. Sesuai dengan perjanjian, Pandawa bebas dari penambahan hukuman.
Pada pedalangan gagrak Jawatimuran, Jagal Abilawa yang di daerah itu lebih populer dengan sebutan Balawa, dikisahkan lebih dramatik. Agar penyamarannya sempurna, Balawa dan keempat saudaranya selama berada di Wirata sengaja tidak mempedulikan perawatan tubuhnya. Sebagian dalang di Jawa Timur bahkan mengatakan Balawa tidak pernah mandi, tidak pernah bersisir, sehingga rambutnya menjadi gimbal, lengket satu sama lain..
Menurut Kitab Mahabarata, nama samaran Bima ketika bersembunyi di Wirata adalah Balawa atau Wa-lala. dan bekerja sebagai juru masak sekaligus pemotong hewan. Sedangkan nama senapati Wirata yang dibunuh Balawa adalah Kincaka, karena Kincaka berbuat kurang sopan pada Dewi Drupadi yang waktu itu menyamar dengan nama Malini, atau Sairandri, atau Sairindri, atau Syarindri. Ia menjadi pelayan pribadi permaisuri raja Wirata. Sebagai senapati, Kincaka yang menaruh hati pada Sairindri – yakin bahwa Sairindri mudah untuk diajak berolah-asmara. Tetapi Sairindri ternyata menolak. Pelayan istana itu mensa. takan, ia bersuami seorang gandarwa. Jika Kincaka menginginkannya, maka senapati Wirata itu harus lebih dulu membunuh gandarwa itu. Kincaka minta dipertemukan dengan sang Gandarwa, yang tak lain adalah Balawa. Maka matilah Kincaka di tangan Balawa. Nama Rajamala dan Rupakenca tidak disebut-sebut dalam Mahabarata.
Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, baik gagrak Surakarta maupun Yogyakarta, tokoh Jagal Abilawa diujudkan mirip dengan Bratasena, yakni Bima di kala muda, tetapi dengan rambut lebih terurai. Sementara itu pada seni kriya Wayang Kulit Purwa gagrak Banyumas, rambut Jagal Abilawa lebih terurai dan lebih panjang lagi. Pada seni kriya Wayang Kulit Purwa gagrak Jawatimuran, rambut Jagal Abilawa, yang di daerah ini disebut Balawa, sudah menjadi rambut gimbal karena tidak terurus. Rambut gimbal itu bukan hanya terurai ke punggung, tetapi juga menutupi dadanya. Dedaunan dan ranting pohon melekat pada rambut itu.
Belum ada Komentar untuk "ABILAWA"
Posting Komentar