Musik dan Emosi
5 Okt 2010 Tulis Komentar
Sriwijaya Post - Selasa, 5 Oktober 2010 11:03 WIB
ENTAH kapan musik dikenal, mungkin dari jaman nabi Adam musik sudah ada. Definisinya bermacam-macam salah satunya musik adalah gabungan berbagai suara yang diciptakan secara sengaja. Semua suka musik, tapi mengapa semua orang suka musik. Apakah perasaan yang membawa mereka menyukai musik.
Di saat jatuh cinta banyak yang suka mendengarkan lagu melankolis, mendayu-dayu, berlirik cinta, sehingga mereka bisa mengekspresikan perasaan yang sedang dirasakanya mungkin hal ini menambah kegembiraan di hati. Di saat patah hati banyak lagu sedih yang didengarkan, sedikit ngerockpun tidak masalah asal kesedihan bisa terhapus. Yang sedang rindu biasanya mendengarkan lagu-lagu nostalgia dimana dia bisa merasakan kedekatan dengan yang dirindui, mengenang, merasakan yang dulu dirasakan. Di saat Ramadhan kita sering mendengar lagu religi, yang menenangkan jiwa, menambah kedekatan kita dengan sang pencipta. Di malam hari sebelum tidur pun kita bisa mendengarkan lagu yang slow, sederhana, menenangkan, yang mengantarkan kita tidur dengan relaks. Dari sisi psychology emosi yang ada dalam musik berpengaruh erat dengan keadaan perasaan kita.
Di saat kita sedih, gembira, jatuh cinta maka kita akan menyukai atau memilih musik yang mengekspresikan perasaan tersebut. Apalagi ditambah lirik yang juga mendukung perasaan kita, bisa dipastikan kita tidak akan merasa bosan mendengarkannya.
Menurut Alf Gabrielsson, seorang ahli di bidang psikologi musik, untuk memahami ekspresi emosi dalam musik, kita perlu membedakan antara proses “emotion perception” dan “emotion induction”. Maksudnya, seorang pendengar musik dapat saja menangkap ekspresi emosi dari sebuah musik tanpa perlu mengalami emosi itu sendiri. Proses inilah yang dimaksud dengan emotion perception atau persepsi emosi yang terkandung dalam musik. Itu artinya ada nilai “objektif” dari fungsi emosional musik, yang membuat kita sebagai pendengar dapat mengenali musik yang bernuansa ’sedih’, ‘gembira’, ‘relaxing’ , dan sebagainya. Lebih jauh lagi, saat mendengar sebuah musik, kita dapat ‘mengalami’ emosi tertentu. Inilah proses emotion induction, di mana musik membawa kita hanyut dalam emosi tertentu. Seseorang, karenanya, dapat dengan bebas memberikan respon emosi terhadap musik yang didengarnya. Secara gamang, emotion perception dimaksudkan sebagai kerja intelektual (sebatas proses persepsi kognitif) sementara emotion induction melibatkan respon emosional (apa yang dirasakan saat mendengar musik tertentu).
Musik dapat mengubah yang sedih menjadi gembira, yang rindu bisa terobati, yang malas menjadi semangat. Dengarkan musik untuk hal yang positif. Pilih musikmu.
Di saat jatuh cinta banyak yang suka mendengarkan lagu melankolis, mendayu-dayu, berlirik cinta, sehingga mereka bisa mengekspresikan perasaan yang sedang dirasakanya mungkin hal ini menambah kegembiraan di hati. Di saat patah hati banyak lagu sedih yang didengarkan, sedikit ngerockpun tidak masalah asal kesedihan bisa terhapus. Yang sedang rindu biasanya mendengarkan lagu-lagu nostalgia dimana dia bisa merasakan kedekatan dengan yang dirindui, mengenang, merasakan yang dulu dirasakan. Di saat Ramadhan kita sering mendengar lagu religi, yang menenangkan jiwa, menambah kedekatan kita dengan sang pencipta. Di malam hari sebelum tidur pun kita bisa mendengarkan lagu yang slow, sederhana, menenangkan, yang mengantarkan kita tidur dengan relaks. Dari sisi psychology emosi yang ada dalam musik berpengaruh erat dengan keadaan perasaan kita.
Di saat kita sedih, gembira, jatuh cinta maka kita akan menyukai atau memilih musik yang mengekspresikan perasaan tersebut. Apalagi ditambah lirik yang juga mendukung perasaan kita, bisa dipastikan kita tidak akan merasa bosan mendengarkannya.
Menurut Alf Gabrielsson, seorang ahli di bidang psikologi musik, untuk memahami ekspresi emosi dalam musik, kita perlu membedakan antara proses “emotion perception” dan “emotion induction”. Maksudnya, seorang pendengar musik dapat saja menangkap ekspresi emosi dari sebuah musik tanpa perlu mengalami emosi itu sendiri. Proses inilah yang dimaksud dengan emotion perception atau persepsi emosi yang terkandung dalam musik. Itu artinya ada nilai “objektif” dari fungsi emosional musik, yang membuat kita sebagai pendengar dapat mengenali musik yang bernuansa ’sedih’, ‘gembira’, ‘relaxing’ , dan sebagainya. Lebih jauh lagi, saat mendengar sebuah musik, kita dapat ‘mengalami’ emosi tertentu. Inilah proses emotion induction, di mana musik membawa kita hanyut dalam emosi tertentu. Seseorang, karenanya, dapat dengan bebas memberikan respon emosi terhadap musik yang didengarnya. Secara gamang, emotion perception dimaksudkan sebagai kerja intelektual (sebatas proses persepsi kognitif) sementara emotion induction melibatkan respon emosional (apa yang dirasakan saat mendengar musik tertentu).
Musik dapat mengubah yang sedih menjadi gembira, yang rindu bisa terobati, yang malas menjadi semangat. Dengarkan musik untuk hal yang positif. Pilih musikmu.
Belum ada Komentar untuk "Musik dan Emosi"
Posting Komentar