Kisah Imigran Afghan yang Selamat dari Tenggelam Di Laut Prigi Trenggalek
19 Des 2011 Tulis Komentar
Radio Kurnia FM Trenggalek. Esmad tak menyangka jika keinginannya mencari penghidupan yang lebih baik di Australia berujung petaka. Aktivis United States Agency International for Development (USAID) itu harus kehilangan seluruh keluarganya saat kapal yang ditumpangi karam di perairan Prigi, Trenggalek, Jawa Timur, Sabtu, 17 Desember 2011.
Bersama orang tua, adik, dan kerabatnya, Esmad, 24 tahun, meninggalkan Afghanistan. Pekerjaannya sebagai aktivis USAID dianggap tak membawa perubahan signifikan dalam ekonomi keluarganya. "Kami ingin hidup cukup," kata Esmad dalam bahasa Inggris yang tak begitu lancar, Minggu, 18 Desember 2011.
Beberapa kenalannya menyarankan Esmad hijrah ke Pulau Christmas, Australia. Alasannya, pemerintah Negeri Kanguru ini lebih terbuka pada imigran, serta peluang kerja cukup luas dibanding negaranya yang kacau. Esmad sendiri tidak mengenal setiap imigran dalam satu rombongannya itu.
Dia hanya diminta masuk ke dalam kapal bersama ratusan imigran lain asal beberapa negara. Di antaranya dari Iran, Khazaktan, dan Turki. "Saat itu malam hari ketika saya naik ke kapal," kata Esmad tanpa menyebut dari mana dia berangkat.
Setelah menempuh perjalanan berhari-hari, dia merasakan kapal yang ditumpanginya oleng. Beberapa penumpang juga berteriak jika bagian lambung kapal pecah dan air telah masuk. Suasana panik menyelimuti seluruh penumpang yang berebut menyelamatkan diri. "Saya menggapai puing kapal agar tetap mengambang," katanya.
Upaya Esmad untuk menolong orang tua dan adiknya sia-sia ketika seluruh badan kapal tenggelam. Dia hanya mempererat pelukannya pada puing kapal agar tidak tenggelam. Situasi itu berlangsung hingga enam jam sampai sebuah perahu nelayan menemukan mereka.
Pada awalnya nelayan ragu-ragu untuk mendekat. Mereka khawatir perahunya tenggelam bila puluhan orang naik semua. Tetapi, 34 imigran yang berada dekat perahu nelayan, termasuk Esmad, mampu mereka tolong dan bawa hingga selamat.
Bersama orang tua, adik, dan kerabatnya, Esmad, 24 tahun, meninggalkan Afghanistan. Pekerjaannya sebagai aktivis USAID dianggap tak membawa perubahan signifikan dalam ekonomi keluarganya. "Kami ingin hidup cukup," kata Esmad dalam bahasa Inggris yang tak begitu lancar, Minggu, 18 Desember 2011.
Beberapa kenalannya menyarankan Esmad hijrah ke Pulau Christmas, Australia. Alasannya, pemerintah Negeri Kanguru ini lebih terbuka pada imigran, serta peluang kerja cukup luas dibanding negaranya yang kacau. Esmad sendiri tidak mengenal setiap imigran dalam satu rombongannya itu.
Dia hanya diminta masuk ke dalam kapal bersama ratusan imigran lain asal beberapa negara. Di antaranya dari Iran, Khazaktan, dan Turki. "Saat itu malam hari ketika saya naik ke kapal," kata Esmad tanpa menyebut dari mana dia berangkat.
Setelah menempuh perjalanan berhari-hari, dia merasakan kapal yang ditumpanginya oleng. Beberapa penumpang juga berteriak jika bagian lambung kapal pecah dan air telah masuk. Suasana panik menyelimuti seluruh penumpang yang berebut menyelamatkan diri. "Saya menggapai puing kapal agar tetap mengambang," katanya.
Upaya Esmad untuk menolong orang tua dan adiknya sia-sia ketika seluruh badan kapal tenggelam. Dia hanya mempererat pelukannya pada puing kapal agar tidak tenggelam. Situasi itu berlangsung hingga enam jam sampai sebuah perahu nelayan menemukan mereka.
Pada awalnya nelayan ragu-ragu untuk mendekat. Mereka khawatir perahunya tenggelam bila puluhan orang naik semua. Tetapi, 34 imigran yang berada dekat perahu nelayan, termasuk Esmad, mampu mereka tolong dan bawa hingga selamat.
Belum ada Komentar untuk "Kisah Imigran Afghan yang Selamat dari Tenggelam Di Laut Prigi Trenggalek"
Posting Komentar