Hikmah Patuh pada Guru (Bima , Dewa Ruci)
16 Jun 2011 Tulis Komentar
Ada sebuah pelajaran,siapa yang benar benar teguh menjalankan, maka bakan menemukan.Yaitu mendapat wahyu dari Yang Mahasuci.BIMA patuh kepada apa yang diperintahkan gurunya.Ia tidak sadar kalau dikehendaki kematiannya oleh saudara saudaranya dari kurawa.
Ia diperintahkan oleh gurunya,Resi DORNA untuk mendaki gunung Arga Muka untuk mencari sarang angin.Padahal digunung itu ada dua raksasa kembar yang ganas.Selain sakti, kedua raksasa itu juga pemakan manusia.Siapa saja yang naik gunung itu pasti akan binasa,dibunuhnya.Karena itu, tidak ada seorangpun yang berani menjamah tempat itu. Namun BIMA justru berhasil mengalahkan kedua raksasa itu,yang ternyata keduanya merupakan samaran dua dewa,yaitu DEWA INDRA dan DEWA BAYU
Setelah kembali kewujud aslinya yaitu DEWA INDRA dan DEWA BAYU, lantas memberinya ilmu angin. Juga memberitahu bahwa,apa yang sedang dicarinya itu,tidak ada.Setelah kembali lagi kepada gurunya ,Resi DORNA, BIMA disuruh mencari air suci. Keberadaan air yang dimaksud berada ditengah tengah samudra.Padahal, ditengah laut tersebuat ada seekor ular raksasa yang siap memangsa siapa saja.Ular itu bernama Naga Nabatnawa. BIMApun bertemu dengan ular itu dan hendak dimangsanya.Namun, BIMA berhasil Mengalahkanya.
Setelah laut dikoyaknya,dia tidak menemukan apa apa.Begitu semakin ketengah samudra, BIMA mendapati samudra semakin dalam dan dalam tapi tenang. Dalam ketenangan itulah, dia menemukan sosok dirinya. Wujudnya sama persis dirinya,tapi ukuran tubuhnya kecil.Setelah berkenalan,sosok kecil itu menyebut dirinya ‘DEWARUCI’’.
DEWARUCI memberikan pelajaran pelajaran mengenai hakikat,hikmah dan makrifat. Secara bergantian, DEWARUCI memasuki diri BIMA. Didalam tubuh BIMA, DEWARUCI mencuci hati muridnya itu sehingga menjadi bening,sebening kaca tanpa noda. Didalam sana dia berdialog dengan BIMA, dan yang diajak dialog mengerti.Padahal, hakikat dialog itu adalah dialog hati.Karena itu,walaupun BIMA buta huruf bisa membaca Kitab Kehidupan. Ketika DEWARUCI memasuki tubuh fisik BIMA, jalannya melalui telinganya, karena pintu hati,pintu batin adalah telinga. Bukan mulut, hidung atau mata.Masuknya pelajaran pelajaran dalam hati melalui telinga dengan cara mendengar.
Ketika ganti BIMA disuruh masuk kedalam diri DEWARUCI,dia kebingungan melalui jalan mana, Sebab tubuhnya yang sangat besar, sementara DEWARUCI hanya sebesar genggaman tangan.Apa bisa masuk? “ sudahlah, masuk saja kedalam diriku!’’. Lalu, BIMA memasukinya,dan ternyata seperti semut yang memasuki gua. Didalam sana BIMA mendapati kondisi yang sangat luas, seperti luasnya samudra yang tidak bertepi, itulah SAMUDRA ILMU.
Jadi,BIMA memasuki tubuh DEWARUCI hakikatnya bukan tubuh fisiknya ,akan tetapi rohnya atau pribadi halusnya.Sementara DEWARUCI dalam pewayangan, hakikatnya adalah khasanah batin BIMA sendiri. Wujud dirinya yang sedang tenggelam dalam samudra ilmu hakikat. Mengapa demikian? Karena ketika BIMA dalam pengembaraan itu dikawal oleh DEWA ISMAYA atau SEMAR secara ruhani. SEMAR melakukan tafakur, melepas raga mengawal anak asuhnya itu. Ketika BIMA dibawa pulang dalam kondisi tak sadarkan diri. Dia merasa betah dan senang berada di alam itu, sehingga tidak mau kembali ke alam kehidupan nyata. Bila dibiarkan dan tidak dbangunkan oleh SEMAR, maka dia akan berada di alam kematian raga, yang istilah awamnya pingsan atau koma.
Itulah yang dimaksud pentingnya guru, dalam istilah tasawuf sufi, semar berkedudukan sebagai mursyid atau guru pembimbing rohani. Perwujudan dua raksasa penghuni gunung Arga Muka dan seekor naga penghuni lautan hakikatnyaat, adalah perwujudan nafsu-nafsu angkara, rakus dan serakah yang ada pada diri manusia.BIMA mendapatkan ilmu makrifat .menemukan ilmu hakikat karena keteguhannya dalam menjalankan dan mampu mengalahkan dirinya sendiri
Ia diperintahkan oleh gurunya,Resi DORNA untuk mendaki gunung Arga Muka untuk mencari sarang angin.Padahal digunung itu ada dua raksasa kembar yang ganas.Selain sakti, kedua raksasa itu juga pemakan manusia.Siapa saja yang naik gunung itu pasti akan binasa,dibunuhnya.Karena itu, tidak ada seorangpun yang berani menjamah tempat itu. Namun BIMA justru berhasil mengalahkan kedua raksasa itu,yang ternyata keduanya merupakan samaran dua dewa,yaitu DEWA INDRA dan DEWA BAYU
Setelah kembali kewujud aslinya yaitu DEWA INDRA dan DEWA BAYU, lantas memberinya ilmu angin. Juga memberitahu bahwa,apa yang sedang dicarinya itu,tidak ada.Setelah kembali lagi kepada gurunya ,Resi DORNA, BIMA disuruh mencari air suci. Keberadaan air yang dimaksud berada ditengah tengah samudra.Padahal, ditengah laut tersebuat ada seekor ular raksasa yang siap memangsa siapa saja.Ular itu bernama Naga Nabatnawa. BIMApun bertemu dengan ular itu dan hendak dimangsanya.Namun, BIMA berhasil Mengalahkanya.
Setelah laut dikoyaknya,dia tidak menemukan apa apa.Begitu semakin ketengah samudra, BIMA mendapati samudra semakin dalam dan dalam tapi tenang. Dalam ketenangan itulah, dia menemukan sosok dirinya. Wujudnya sama persis dirinya,tapi ukuran tubuhnya kecil.Setelah berkenalan,sosok kecil itu menyebut dirinya ‘DEWARUCI’’.
DEWARUCI memberikan pelajaran pelajaran mengenai hakikat,hikmah dan makrifat. Secara bergantian, DEWARUCI memasuki diri BIMA. Didalam tubuh BIMA, DEWARUCI mencuci hati muridnya itu sehingga menjadi bening,sebening kaca tanpa noda. Didalam sana dia berdialog dengan BIMA, dan yang diajak dialog mengerti.Padahal, hakikat dialog itu adalah dialog hati.Karena itu,walaupun BIMA buta huruf bisa membaca Kitab Kehidupan. Ketika DEWARUCI memasuki tubuh fisik BIMA, jalannya melalui telinganya, karena pintu hati,pintu batin adalah telinga. Bukan mulut, hidung atau mata.Masuknya pelajaran pelajaran dalam hati melalui telinga dengan cara mendengar.
Ketika ganti BIMA disuruh masuk kedalam diri DEWARUCI,dia kebingungan melalui jalan mana, Sebab tubuhnya yang sangat besar, sementara DEWARUCI hanya sebesar genggaman tangan.Apa bisa masuk? “ sudahlah, masuk saja kedalam diriku!’’. Lalu, BIMA memasukinya,dan ternyata seperti semut yang memasuki gua. Didalam sana BIMA mendapati kondisi yang sangat luas, seperti luasnya samudra yang tidak bertepi, itulah SAMUDRA ILMU.
Jadi,BIMA memasuki tubuh DEWARUCI hakikatnya bukan tubuh fisiknya ,akan tetapi rohnya atau pribadi halusnya.Sementara DEWARUCI dalam pewayangan, hakikatnya adalah khasanah batin BIMA sendiri. Wujud dirinya yang sedang tenggelam dalam samudra ilmu hakikat. Mengapa demikian? Karena ketika BIMA dalam pengembaraan itu dikawal oleh DEWA ISMAYA atau SEMAR secara ruhani. SEMAR melakukan tafakur, melepas raga mengawal anak asuhnya itu. Ketika BIMA dibawa pulang dalam kondisi tak sadarkan diri. Dia merasa betah dan senang berada di alam itu, sehingga tidak mau kembali ke alam kehidupan nyata. Bila dibiarkan dan tidak dbangunkan oleh SEMAR, maka dia akan berada di alam kematian raga, yang istilah awamnya pingsan atau koma.
Itulah yang dimaksud pentingnya guru, dalam istilah tasawuf sufi, semar berkedudukan sebagai mursyid atau guru pembimbing rohani. Perwujudan dua raksasa penghuni gunung Arga Muka dan seekor naga penghuni lautan hakikatnyaat, adalah perwujudan nafsu-nafsu angkara, rakus dan serakah yang ada pada diri manusia.BIMA mendapatkan ilmu makrifat .menemukan ilmu hakikat karena keteguhannya dalam menjalankan dan mampu mengalahkan dirinya sendiri
Belum ada Komentar untuk "Hikmah Patuh pada Guru (Bima , Dewa Ruci)"
Posting Komentar