Wayang Kulit sebagai Salah Satu Alat Penyebaran Islam Di Indonesia
19 Mei 2011 Tulis Komentar
Wayang kulit sebagai salah satu dari berbagai akar budaya seni tradisional Indonesia, pada masa lampau, terutama di Jawa, ikut berperan penting terhadap perkembangan agama Islam di negeri ini.
Agama Islam berkembang ke berbagai pelosok dunia termasuk di Indonesia. Kedatangan agama Islam ke negeri ini telah melewati beberapa negara di dunia sudah barang tentu memiliki adat, kebiasaan dan kebudayaan sendiri yang sedikit banyak telah memengaruhi perkembangan agama Islam yang masuk ke Indonesia. Sehingga telah mengalami penyesuaian-penyesuaian, termasuk penyebaran melalui seni tradisional wayang kulit.
Bahkan ada sekelompok tokoh ulama yang besar peranannya dalam menopang berdirinya kerajaan Demak, yang dikenal dengan sebutanwali sanga (sembilan wali).
Kesembilan wali yang bergelar sunan itu adalah: Sunan Ampel, Sunan Gunungjati, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Kalijaga, dan Syeh Siti Jenar (Syeh Lemah Abang).
Mereka adalah para ulama yang sangat terkenal khususnya di Jawa, sebagai penyebar ajaran Islam. Tokoh sunan memiliki kelebihan-kelebihan gaib, dan kekuatan batin yang lebih serta memiliki ilmu yang tinggi, mereka adalah orang yang dekat dengan Allah.
Para wali tidak hanya berkuasa di dalam keagamaan, tetapi juga berkuasa dalam pemerintahan dan politik. Di samping itu para wali merupakan pengembang kebudayaan dan kesenian yang handal.
Oleh mereka kesenian Jawa berkembang hingga mencapai puncaknya yang kemudian dikenal dengan seni klasik. Salah satu kesenian yang hinga kini tetap populer adalah wayang kulit purwa.
Asli Indonesia
Banyak orang beranggapan bahwa seni wayang berasal dari Negeri India. Padahal menurut R.Gunawan Djajakusumah dalam bukunya Pengenalan Wayang Golek Purwa di Jawa Barat, hal itu tidak benar. Wayang adalah kebudayaan asli Indonesia (khususnya di Pulau Jawa).
Perkataan wayang berasal dari Wad an Hyang, artinya "leluhur", tapi ada juga yang berpendapat yaitu dari kata "bayangan". Adapun yang berpendapat bahwa wayang berasal dari negeri India mungkin melihat dari asal ceritanya yaitu mengambil dari cerita Ramayana dan Mahabrata. Tetapi selanjutnya cerita-cerita itu diubah dan direkayasa disesuaikan dengan kebudayaan di Jawa, katanya.
Wayang kulit merupakan produk budaya yang dihasilkan jauh sebelum agama Islam masuk di Indonesia yang keberadaannya masih dipertahankan. Namun dalam kelangsungannya wayang kulit ini mengalami perubahan drastis baik menyangkut bentuk maupun pemaknaannya.
Wayang kulit purwa yang telah menemukan bentuknya pada masa Hindu di Jawa, di masa Islam ini mengalami perubahan di segala bidang dari tampilan wujud maupun fungsi disesuaikan dengan ajaran-ajaran dan aturan dalam agama Islam.
Memasuki masa Islam di Indonesia, wayang kulit purwa berkembang pesat setelah terjadi akulturasi antara budaya lama dengan budaya baru yaitu ajaran Islam, sehingga wujud wayang kulit menjadi suatu karya seni yang tinggi nilainya.
Pada masa Islam ini ditegaskan bahwa penggunaan kulit sebagai bahan baku wayang yang sebelumnya belum disebutkan secara jelas, tetapi pada masa ini digunakan kulit binatang kerbau.
Stilasi bentuk wayang kulit purwa sudah sangat jauh dari sumbernya, namun demikian bentuk wayang kulit masih dapat dikenali bagian-bagiannya. Bentuk wayang kulit purwa yang telah digayakan sedemikian jauh itu membuat sangat berbeda dengan wujud manusia.
Gaya penggambaran wayang kulit purwa yang demikian itu merupakan pilihan para ahli pada saat itu dan merupakan akibat dari langkanya penggambaran secara realistik.
Hal ini ditempuh agar wayang kulit purwa dapat tampil dengan baik dan tidak melanggar larangan menurut ajaran agama Islam, dengan demikian wayang kulit purwa sudah dapat diterima dalam agama Islam, karena tidak lagi menggambarkan manusia atau binatang secara realistis.
Kenyataannya wujud wayang kulit purwa sudah berbeda jauh dengan gambaran manusia, walau wayang kulit memiliki mata, hidung, dan mulut orang.
Namun demikian dengan hidung yang runcing, mata sipit dan panjang, serta bentuk mulut yang berkelok-kelok, dan leher yang kecil sebesar lengan, tangan yang panjang hingga menyentuh kaki tokoh, Arjuna nampak sebagai sosok yang bagus dan rupawan, sehingga menjadi idola masyarakat pendukung wayang kulit purwa. Sumber Ide
Budaya keislaman dalam wayang kulit purwa tidak saja dijumpai pada wujudnya saja, tetapi ditemukan pula pada istilah-istilah dalam bahasa padhalangan, bahasa wayang, nama tokoh wayang, dan lakon (cerita) yang dipergelarkan.
Satu hal yang sangat menonjol dalam pengambaran wayang kulit terlihat pada penggambaran tokoh Bathara Guru salah satu tokoh dewa yang bertangan empat, masih mengacu pada penggambaran tokoh dari masa-masa hindu yang terdapat pada relief candi.
Wayang kulit purwa yang diwujudkan dalam masa Islam di Indonesia ini berkembang di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur termasuk Madura, dan Yogyakarta, serta daerah lain yang mendapat pengaruh agama Islam.
Jenis wayang kulit purwa ini tetap lestari hidup hingga sekarang dan menjadi sumber ide dalam penciptaan bentuk wayang kulit baru yang sesuai dengan jiwa sekarang dan perkembangan jaman.
Pengaruh Islam dalam wayang kulit purwa tidak saja pada bentuknya, tetapi telah merambah pula pada aspek simbolisasi dan berkaitan pula dengan aspek lainnya yang berhubungan dengan pergelaran wayang kulit purwa. Sehingga kelestariannya patut untuk dijaga, karena merupakan salah satu bagian dari seni budaya bangsa yang menjadi saksi sejarah perkembangan bangsa, khususnya perkembangan agama Islam di Indonesia.
Sumber :REPUBLIKA
Agama Islam berkembang ke berbagai pelosok dunia termasuk di Indonesia. Kedatangan agama Islam ke negeri ini telah melewati beberapa negara di dunia sudah barang tentu memiliki adat, kebiasaan dan kebudayaan sendiri yang sedikit banyak telah memengaruhi perkembangan agama Islam yang masuk ke Indonesia. Sehingga telah mengalami penyesuaian-penyesuaian, termasuk penyebaran melalui seni tradisional wayang kulit.
Bahkan ada sekelompok tokoh ulama yang besar peranannya dalam menopang berdirinya kerajaan Demak, yang dikenal dengan sebutanwali sanga (sembilan wali).
Kesembilan wali yang bergelar sunan itu adalah: Sunan Ampel, Sunan Gunungjati, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Kalijaga, dan Syeh Siti Jenar (Syeh Lemah Abang).
Mereka adalah para ulama yang sangat terkenal khususnya di Jawa, sebagai penyebar ajaran Islam. Tokoh sunan memiliki kelebihan-kelebihan gaib, dan kekuatan batin yang lebih serta memiliki ilmu yang tinggi, mereka adalah orang yang dekat dengan Allah.
Para wali tidak hanya berkuasa di dalam keagamaan, tetapi juga berkuasa dalam pemerintahan dan politik. Di samping itu para wali merupakan pengembang kebudayaan dan kesenian yang handal.
Oleh mereka kesenian Jawa berkembang hingga mencapai puncaknya yang kemudian dikenal dengan seni klasik. Salah satu kesenian yang hinga kini tetap populer adalah wayang kulit purwa.
Asli Indonesia
Banyak orang beranggapan bahwa seni wayang berasal dari Negeri India. Padahal menurut R.Gunawan Djajakusumah dalam bukunya Pengenalan Wayang Golek Purwa di Jawa Barat, hal itu tidak benar. Wayang adalah kebudayaan asli Indonesia (khususnya di Pulau Jawa).
Perkataan wayang berasal dari Wad an Hyang, artinya "leluhur", tapi ada juga yang berpendapat yaitu dari kata "bayangan". Adapun yang berpendapat bahwa wayang berasal dari negeri India mungkin melihat dari asal ceritanya yaitu mengambil dari cerita Ramayana dan Mahabrata. Tetapi selanjutnya cerita-cerita itu diubah dan direkayasa disesuaikan dengan kebudayaan di Jawa, katanya.
Wayang kulit merupakan produk budaya yang dihasilkan jauh sebelum agama Islam masuk di Indonesia yang keberadaannya masih dipertahankan. Namun dalam kelangsungannya wayang kulit ini mengalami perubahan drastis baik menyangkut bentuk maupun pemaknaannya.
Wayang kulit purwa yang telah menemukan bentuknya pada masa Hindu di Jawa, di masa Islam ini mengalami perubahan di segala bidang dari tampilan wujud maupun fungsi disesuaikan dengan ajaran-ajaran dan aturan dalam agama Islam.
Memasuki masa Islam di Indonesia, wayang kulit purwa berkembang pesat setelah terjadi akulturasi antara budaya lama dengan budaya baru yaitu ajaran Islam, sehingga wujud wayang kulit menjadi suatu karya seni yang tinggi nilainya.
Pada masa Islam ini ditegaskan bahwa penggunaan kulit sebagai bahan baku wayang yang sebelumnya belum disebutkan secara jelas, tetapi pada masa ini digunakan kulit binatang kerbau.
Stilasi bentuk wayang kulit purwa sudah sangat jauh dari sumbernya, namun demikian bentuk wayang kulit masih dapat dikenali bagian-bagiannya. Bentuk wayang kulit purwa yang telah digayakan sedemikian jauh itu membuat sangat berbeda dengan wujud manusia.
Gaya penggambaran wayang kulit purwa yang demikian itu merupakan pilihan para ahli pada saat itu dan merupakan akibat dari langkanya penggambaran secara realistik.
Hal ini ditempuh agar wayang kulit purwa dapat tampil dengan baik dan tidak melanggar larangan menurut ajaran agama Islam, dengan demikian wayang kulit purwa sudah dapat diterima dalam agama Islam, karena tidak lagi menggambarkan manusia atau binatang secara realistis.
Kenyataannya wujud wayang kulit purwa sudah berbeda jauh dengan gambaran manusia, walau wayang kulit memiliki mata, hidung, dan mulut orang.
Namun demikian dengan hidung yang runcing, mata sipit dan panjang, serta bentuk mulut yang berkelok-kelok, dan leher yang kecil sebesar lengan, tangan yang panjang hingga menyentuh kaki tokoh, Arjuna nampak sebagai sosok yang bagus dan rupawan, sehingga menjadi idola masyarakat pendukung wayang kulit purwa. Sumber Ide
Budaya keislaman dalam wayang kulit purwa tidak saja dijumpai pada wujudnya saja, tetapi ditemukan pula pada istilah-istilah dalam bahasa padhalangan, bahasa wayang, nama tokoh wayang, dan lakon (cerita) yang dipergelarkan.
Satu hal yang sangat menonjol dalam pengambaran wayang kulit terlihat pada penggambaran tokoh Bathara Guru salah satu tokoh dewa yang bertangan empat, masih mengacu pada penggambaran tokoh dari masa-masa hindu yang terdapat pada relief candi.
Wayang kulit purwa yang diwujudkan dalam masa Islam di Indonesia ini berkembang di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur termasuk Madura, dan Yogyakarta, serta daerah lain yang mendapat pengaruh agama Islam.
Jenis wayang kulit purwa ini tetap lestari hidup hingga sekarang dan menjadi sumber ide dalam penciptaan bentuk wayang kulit baru yang sesuai dengan jiwa sekarang dan perkembangan jaman.
Pengaruh Islam dalam wayang kulit purwa tidak saja pada bentuknya, tetapi telah merambah pula pada aspek simbolisasi dan berkaitan pula dengan aspek lainnya yang berhubungan dengan pergelaran wayang kulit purwa. Sehingga kelestariannya patut untuk dijaga, karena merupakan salah satu bagian dari seni budaya bangsa yang menjadi saksi sejarah perkembangan bangsa, khususnya perkembangan agama Islam di Indonesia.
Sumber :REPUBLIKA
Belum ada Komentar untuk "Wayang Kulit sebagai Salah Satu Alat Penyebaran Islam Di Indonesia"
Posting Komentar