KEBUDAYAAN MANUSIA DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
29 Agu 2010 2 Komentar
Teknologi, istilah yang satu ini memang menjadi kontroversi ketika muncul. Ada yang berpendapat teknologi merupakan suatu hal yang bebas nilai dan netral. Namun di sisi lain ada pendapat yang menyatakan bahwa kita tidak bisa memisahkan teknologi dengan kehidupan manusia yang notabene terpengaruh nilai-nilai seperti budaya, politik dan sosial. Lalu bagaimanan sebenarnya teknologi tersebut, apakah bebas nilai atau justru terpengaruh nilai-nilai tersebut. TEKNOLOGI : ANTARA PRAKTEK DAN BUDAYA
Ada dua pendapat yang muncul mengenai keberadaan makna dari teknologi. Di satu sisi ada argumen yang menyatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang netral baik dari segi budaya, moral, maupun politik. Teknologi diartikan sebagai sesuatu yang menyediakan perangkat yang bebas dari sistem nilai lokal yang bisa digunakan sebagian untuk mendukung gaya hidup yang bermacam-macam. Dengan demikian sebagian besar orang menganggap bahwa teknologi bersifat amoral, sesuatu yang jauh dari nilai-nilai, suatu perangkat yang dapat digunakan untuk tujuan yang baik maupun yang buruk. Jadi jika banyak orang yang kelaparan di negara-negara miskin, jika manusia merasa terancam kehidupannya karena penghancuran nuklir atau efek dari polusi zat-zat kimia maka teknologi tidak bisa dipersalahkan atas hal-hal tersebut. Semua itu terjadi karena penyalahgunaan teknologi oleh politikus, militer, para pemilik modal dan lain-lain.
Namun apakah benar bahwa teknologi netral dari segi budaya? Jawabannya bisa iya jika kita melihat dari konstruksi dasar mesin dan prinsip kerja sebuah teknologi. Akan tetapi, jika kita melihat dari kegiatan manusia yang dipengaruhi oleh mesin, meliputi penggunaan mesin tersebut perannya sebagai sebuah simbol status, dan bagaimana kemampuan dari si pemilik, maka teknologi tidak netral dari segi budaya. Dari segi pandang yang kedua, teknologi dilihat sebagai bagian dari kehidupan. Persoalannya adalah istilah teknologi itu sendiri telah menjadi sesuatu bentukkan kata yang unik, yang memiliki beragam makna.
Oleh karena itu, kita lebih baik melihat makna teknologi dari segi nilainya, kita akan memandang aspek mana dari teknologi yang erat kaitannya dengan nilai-nilai budaya dan aspek mana yang bebas nilai. Kita sebaiknya memandang teknologi sebagai aktivitas manusia dan bagian dari hidup. Kita sebaiknya tidak melihat teknologi hanya sebagai sebuah mesin atau inovasi serta teknik dan perkembangan dari pengetahuan saja, tapi juga sebagai sebuah karakter pola yang menjadi sebuah bagian dari sebuah organisasi dan tepat guna.
Ø Definisi Konsep Teknologi
Dalam mendefinisikan konsep dari praktek teknologi secara tepat, penting untuk memikirkan dan memperhatikan dari segi manusia dan aspek sosialnya. Mereka yang menulis tentang hubungan dan kontrol sosial dari teknologi cenderung untuk fokus terutama pada organisasi. Secara khusus mereka menekankan pada perencanaan dan administrasi, riset manajemen, sistem regulasi dari polusi dan penyalahgunaan lainnya serta organisasi profesional diantara para ilmuan dan pakar teknologi. Hal-hal tersebut memang merupakan topik yang penting namun ada jarak yang sangat besar dari sisi lain manusia dan hubungannya dengan penerapan teknologi yang luput dari perhatian beberapa penelitian, meliputi nilai dan pengalaman individu dari pekerjaan teknis.
Penerapan teknologi memiliki sisi teknis dan etis yang sama pentingnya dengan faktor organisasi atau manusia penggunanya, yang dapat kita jadikan acuan pandangan mengapa penerapan teknologi begitu berharga. Bagi orang-orang yang berpikiran politis, aspek organisasional dari sebuah teknologi sangatlah penting. Hal tersebut merepresentasikan banyak segi dari administrasi dan kebijakkan publik, yang berkaitan dengan kegiatan dari perancang, insinyur, teknisi dan para pekerja serta penggunaan dan konsumsi dari sebuah produksi. Walaupun begitu banyak orang yang mengidentifikasikan teknologi dari segi teknis, karena teknologi berkaitan dengan penggunaan mesin, teknik, pengetahuan dan berbagai aktivitas lainnya yang membuat teknologi bekerja. Di samping itu, ada nilai-nilai yang mempengaruhi kreativitas dari perancang dan penemu teknologi.
Dari hal ini dapat diindikasikan dengan berbicara tentang aspek idiologis atau budaya dari praktek teknologi, apabila sejalan dengan berbagai kepercayaan berpikir kebiasaan memikirkan aktivitas teknis dan ilmu. Jika kita telaah lebih lanjut ada tumpang tindih pengertian, berbicara tentang ideologi organisasi teknik dan perangkat teknologi adalah aspek-aspek yang membentuk kebudayaan dalam suatu masyarakat. Namun dalam pengertian umum kebudayaan mengacu pada nilai, ide dan aktivitas kreatif, dan penggunaan makna ini lebih banyak digunakan.
Teknologi kemudian diidentifikasikan seluruhnya dengan aspek teknisnya, dan kata teknik lebih sering digunakan untuk merujuk pada istilah teknologi. Walaupun begitu makna yang lebih umum dari kata tersebut dapat disamakan dengan praktek teknologi yang sama sekali bebas nilai dan netral secara politik. J.K. Galbraith mengartikan teknologi sebagai aplikasi sistematis dari sebuah ilmu atau pengetahuan terorganisir lainnya untuk mempraktekan operasi. Memang definisi tersebut terlihat sempit, namun sebenarnya Galbraith berpikir bahwa teknologi adalah sebuah aktivitas yang melibatkan organisasi dan sistem nilai yang kompleks.
Ø Aspek-Aspek Yang Melatarbelakangi Teknologi
Sebuah masalah timbul dari penggunaan kata teknologi dalam kehidupan sehari-hari, dimana aspek yang lebih luas dari teknologi terabaikan. Perdebatan pun muncul tentang apa sebenarnya manfaat teknologi bagi masyarakat. Sebuah proyek yang melibatkan teknologi yang amat canggih sekalipun bisa saja mengalami keggalan walaupun sudah setengah jalan. Hal ini disebabkan karena aspek manusia sebagai pengguna teknologi dan pola mereka dalam berorganisasi diabaikan. Jadi apabila sebuah teknologi dirancang dan disesuaikan dengan kebudayaan tertentu, butuh usaha yang cukup keras untuk membuat teknologi tersebut cocok dengan masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda.
Sebagai contoh pengenalan teknologi pompa air di India. Untuk mengatasi kekeringan pada tahun 1960, di India diterapkan teknologi pompa air untuk memudahkan masyarakat mengambil air. Sekitar 150 ribu pompa air ditempatkan di berbagai tempat di India. Namun ternyata teknologi ini tidak bertahan lama di India, selang beberapa waktu 2/3 dari seluruh pompa air yang terpasang di India mengalami kerusakan. Setelah dilakukan penyelidikan, ternyata ditemukan sejumlah kesalahan yang menyebabkan kerusakan tersebut yaitu pada disain pompa air dan standar dari industri pembuat pompa air tersebut. Akan tetapi walaupun kesalahan tersebut telah dibetulkan pompa air tersebut tidak dapat beroperasi dengan baik. Kemudian disadari bahwa kerusakan tersebut bukan kesalahan pompa air semata, faktor manajemen dan administrasi dari penggunaan pompa air tersebut juga turut andil. Pengaturan penggunaan pompa air tersebut tidak efektif. Selain itu, tanggung jawab dan rasa memiliki orang India terhadap pompa air tersebut juga masih sangat kurang. Setelah semua faktor yang menghamabt kinerja pompa air tersebut teratasi penggunaan pompa air pun berjalan kembali.
Dari kejadian diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya dalam menerapkan sebuah teknologi, integrasi antara mesin dan manusia sangat penting. Sebuah terobosan teknologi dapat dijalankan jika aspek pengaturan penggunaan – dari segi manusianya - dan aspek rancangan teknik – dari segi mesin – dapat saling mendukung. Namun terkadang teknologi hanya dilihat dari segi teknisnya saja, dengan mengabaikan aspek budaya yang meliputinya.
Apabila dilihat dari kasus teknologi pompa air di India, ada dua hal yang membuat teknologi tidak dapat diterapkan dengan baik. Pertama, cara berpikir seorang teknisi yang selalu menganggap penerapan teknologi selalu identik dengan teknik yang membentuknya. Kedua, benturan nilai antara teknisi yang berpendidikan tinggi dengan masyarakat lokal India yang tidak berpendidikan. Masyarakat lokal pun menganggap teknologi sebagai sesuatu yang sangat hebat sehingga tidak perlu diperhatikan atau dirawat karena kebal dari kerusakan.
Para ahli teknologi pun mulai menyadari bahwa permasalahan yang mereka hadapi juga memiliki implikasi sosial dan bahwa sebenarnya tidak teknologi yang mereka ciptakan tidak terlepas dari aspek individu yang menggunakannya dan budaya dalam masyarakat tersebut. Mereka menyadarinya ketika menelusuri bahwa pompa-pompa air yang tidak rusak, ternyata dipakai oleh masyarakat yang berpendidikan dan mengerti bagaimana memelihara pompa tersebut. Kemudian timbullah pemikiran bahwa pelatihan keilmuan teknologi cenderung berfokus pada prinsip umum saja dan tidak melihat secara spesifik suatu masalah. Pemikiran yang kedua lebih memperhatikan bagaimana aspek budaya dalam penerapan teknologi cenderung diabaikan.
Jadi kesimpulannya, sebuah teknologi memang merupakan hasil dari pengembangan sebuah ilmu dan teknik yang dikombinasikan dan membentuk sebuah mesin atau inovasi. Namun ketika teknologi itu hendak diterapkan di masyarakat, maka penerapannya bukan hanya sekedar memperhatikan aspek teknik yang membentuknya tetapi juga aspek dari manusia yang akan menggunakannya. Aspek ini dilihat dari segi pendidikan, penyuluhan pengoperasian dan budaya dalam masyarakat itu sendiri. Sehingga ketika teknologi itu bukan hanya sekedar pelengkap kebutuhan tapi juga menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
KEPERCAYAAN TENTANG KEMAJUAN
Ø Mengukur Kemajuan Teknologi
Dapat dimengerti jika kita berbicara tentang teknologi pasti selalu merujuk kepada perangkat pembentuknya dan bukannya aktivitas manusia karena teknologi berkaitan dengan kemajuan yang mengacu pada perkembangan teknik dan alat-alat. Sejak tahun 1600 berbagai penemuan seperti koran dan kompas magnetik, dinyatakan sebagai bukti dari kemajuan teknik, yang kemudian disusul dengan penemuan mesin uap dan bola lampu. Wedgwood Benn pun mempresentasikan gambar skema yang menunjukkan bagaimana komputasi, transportasi, komunikasi dan senjata berkembang, skema ini pun menjadi panduan masyarakat dalam memahami sejarah teknologi. Chauncey Starr menyatakan teknologi menyangkut kombinasi faktor-faktor yang berkaitan dengan efisiensi energi, hasil produksi, komunikasi dan tenaga manusia yang terlatih dalam ilmu dan teknik. Dari pemahaman tersebut dapat dilihat bahwa berbagai jenis mesin muncul untuk menunjukkan perkembangan teknologi yang tetap selama rentang waktu yang lama dan bahwa sebuah teknologi akan membuka cabang baru untuk perkembangan teknologi lainnya.
Kemajuan teknologi dalam satu dimensi sebenarnya diikuti dengan kemunduran di bidang lainnya. Sebagai contoh perkembangan dalam bidang pertanian, jumlah produksi pangan berhubungan dengan tanah, pekerja dan energi. Semakin banyak jumalah produksi maka semakin banyak tanah yang diolah dan orang yangdipekerjakan. Namun peningkatan tersebut juag dibarengi dengan tingkat kesuburan tanah yanag semakin rendah (energi). Bagaimana sebuah kemajuan dapat dievaluasi, tergantung pada lingkungan, dan secara khusus tergantung pada penggunaan tanah dan energi yang menyebabkannya berkurang. Contoh kecilnya adalah tingkat produksi pertanian Inggris dan Amerika Serikat. Inggris dengan area yang terbatas berusaha meningkatkan produksi pertaniannya sedini mungkin sedangkan Amerika Serikat dengan area yang lebih luas dari Inggris lebih “santai “ dalam hal produksi pertanian. Sehingga Inggris lebih dulu mendapatkan hasil dari peningkatan produksi pertaniannya dibanding Inggris. Namun bukan berarti kita bisa mengatakan Inggris lebih efisien dibandingkan Amerika, tergantung konteks yang kita lihat, apalagi jika peningkatan hasil produksi tidak disebut kemajuan, tetapi lebih melihat kemajuan dari bagaimana teknologi dan alat-alat dimaksimalkan dalam pertanian. Inilah yang disebut pandangan linear. Mereka yang mengusung pandangan ini beranggapan kemajuan selalu identik dengan bagaimana sebuah teknologi dan proses produksi yang melibatkan teknologi tersebut berkembang, tidak selalu melihat hasil akhir (technical revolution).
Sebelum tahun 1945 bidang pertanian masih menerapkan sistem membajak dengan menggunakan bianatang ternak, memperkerjakan banyak orang untuk mengolah sawah dan mencabuti tanaman pengganggu, dan masih menggunakan pupuk alami. Metode pertanian ini disebut “high farming”. Namun setelah tahun 1945, metode baru diberlakukan di bidang pertanian dimana traktor digunakan untuk mengoptimalkan pembajakan sawah, menggunakan tanaman herbisida yang lebih mudah dikontrol walaupun tanpa banyak menggunakan pekerja danmenggunakan pupuk buatan. Semua hal ini membuata pekerjaan di bidang pertanian menjadi lebih mudah. Metode ini disebut “chemical farming”. Bagi pengusung pandangan linear perubahan dari metode high farming menjadi chemical farming, barulah bisa disebut kemajuan. Hal serupa juga terjadi dimana teknologi mesin uap sederhana berkembang menajadi sistem pembangkit yang canggih.
Ø Organisasi Kerja
Tahun 1769 diperkirakan sebagai tahun terjadinya revolusi industri di Inggris karena pada tahun tersebut ada dua teknologi penting yang ditemukan dan dipatenkan yaitu mesin berputar bertenaga listrik dan mesin uap. Hal ini tidak terlepas dari interpretasi linera dimana pandangan ini menekankan pada pern\angkat teknologinya dan bukan kegiatan manusia yang mendukungnya, dan menganggap bahwa revolusi industri adalah revolusi di bidang teknologi semata.
Namun pemikiran ini tidak sepenuhnya diterima, dan muncul pandangan konteks inovasi. Pandangan ini menyatakan bahwa kemajuan atau revolusi dalam bidang apapun bukan semata milik teknologi saja tetapi juga manusia yang menggunakannya (human revolution). Mereka menganggap sebuah teknologi tidak berarti apa-apa jika tidak ada manusia atau organisasi kerja yang menggerakkannya. Selain itu faktor disiplin juga ikut mempengaruhi karena dengan begitu sistem kerja manusia berubah.
Para pengusung pandangan ini juga menganggap bahwa setelah teknologi bermunculan, kebebasan manusia dan organisasi kerjanya menjadi terkekang. Sebelum tahun 1800 para pekerja industri dapat dengan bebas mengatur langkah dan waktu kerja mereka. Bagi para pekerja tani mereka memiliki kebebasan mengolah lahan yang ada. Namun ketika tahun 1800, para pekerja menjadi buruh bagi seorang pemilik pabrik atau tuan tanah, dan mereka tidak lagi memilki kebebasan, mereka harus bekerja sesuai waktu dan tugas yang diberikan oleh majikan mereka. Bukan hanya itu saja yang berubah, namun mesin-mesin yang digunakan industri juga berkembang.
Perubahan dalam organisasi kerja tidak hanya berdampak pada waktu dan pekerjaan saja tetapi perubahan ini juga mengakibatkan adanya pembagian divisi-divisi kerja. Sebuah proses produksi yang rumit dan setiap proses dikerjakan oleh setiap orang yang berbeda. Mesin dan hasil teknologi lainnya membuat pekerjaan menjadi lebih mudah dan kemampuan individu tidak begitu dibutuhkan. Oleh karena itu proses produksi menjadi terpecah ke dalam rangkaian proses-proses kecil dan membuat kemampuan individu lebih terkonsentrasi pada satu hal saja.
Teknologi dapat membuat kemampuan manusia menurun ataupun meningkat. Menurun, jika dilihat bahwa manusia sebelum hadirnya teknologi dituntut untuk memiliki kemampuan yang beragam. Dapat dibilang meningkat karena setelah adanya teknologi, kemampuan manusia lebih mengarah kepada pendalaman satu kemampuan saja dan memiliki tambahan yaitu kemampuan mengoperasikan teknologi. Hal ini berarti kemajuan dalam teknologi merupakan kemajuan manusia juga.
Ø Penentuan Kesimpulan
Kedua kepercayaan tentang kemajuan yang saling bertentangan di atas merupakan suatu bukti bahwa teknologi menjadi pusat perhatian para ahli. Pandangan linear yang mengusung pendapat bahwa kemajuan teknologi adalah kemajuan di bidang teknis, terlalu sederhana dalam memandang teknologi. Hal ini berakibat munculnya optimisme yang salah diantara mereka. Alasannya adalah kemajuan teknis memang tidak dapat dihindari. Jacques Ellul berpendapat kemajuan teknis cenderung untuk melakukan sesuatu berdasarkan kemajuan dari segi geometrisnya karena lebih memperhatikan situasi teknik dari teknologi itu sendiri. Ia juga berpendapat bahwa saat ini kemajuan teknis tidak lagi dipengaruhi oleh apapun selain efisiensi dari penghitungan. Beberapa orang juga menyatakan bahwa struktur kepemilikan industri ditentukan oleh teknologi karena teknologi membawa kebudayaannya sendiri.
Semua pernyataan ini tertuju pada suatu konsep yang disebut technological determinism, dimana kemajuan dalam segi teknik adalah proses perkembangan inovasi yang stabil dan mempengaruhi kehidupan manusia sehingga ikut berjalan mengikiti proses tersebut. Kemudian muncul berbagai masalah sosial yang disebut culture lag, dimana norma dan institusi sosial gagal untuk beradaptasi dalam perkembangan ilmu terbaru.
Disisi lain para pemikir yang mengusung konsep “inovasi konteks” berpendapat bahwa sebelum lahirnya inovasi di bidang teknologi, pola baru dalam organisai telah ditemukan dan berevolusi. Contohnya televisi, teknologi ini tidak dapat berkembang dengan baik di masyarakat tanpa adanya hiburan massa dan media berita yang terorganisir. Begitu pula dengan penemuan mesin uap, perkembangan dari organisasi pabrik memberikan James Watt kesempatan untuk menyempurnakan penemuannya.
Kedua pemikiran diatas sebenarnya dapat dikolaborasikan untuk menghasilkan sebuah pandangan yang seimbang mengenai kemajuan teknologi. Kebanyakan penemuan telah dibuat dengan tujuan sosial tertentu tetapi banyak penemuan yang justru tidak memiliki pengaruh dalam kehidupan seseorang. Sebuah inovasi seharusnya merupakan hasil dari proses penyesuaian yang saling menguntungkan antara faktor sosial, budaya dan teknis.
Ø Pergerakan Dalam Kemajuan
Satu hal yang harus kita pikirkan mengenai konsep tentang kemajuan mungkin dapat mengambil pandangan-pandangan yang luas dari faktor-faktor yang saling berinteraksi dalam hubungan yang menguntungkan. Antara teknologi yang satu dengan yang lainnya dapat menghasilkan sebuah pergerakan dalam kemajuan, apabila dikombinasikan. Selain itu hubungan yang baik antara pengaturan organisasi dan teknologi baru yang muncul juga dapat menggerakkan kemajuan. Sebuah inovasi bukanlah sekedar hasil dari logika yang rasional saja. Inovasi menyangkut tujuan dan maksud tertentu serta merupakan cerminan kesiagaan dari kemungkinan dan kesempatan ekonomi. Pergerakan inovasi yang luar biasa terlihat dari perkembangan sebuah teknologi sederhana menjadi teknologi yang lebih canggih.
Inovasi bukan berarti sesuatu yang benar-benar baru, perpaduan antara teknologi yang sudah pernah ditemukan sebelumnya juga dapat mengahsilkan sebuah inovasi. Pergerakan dalam inovasi bukan hanya menyangkut satu bidang ilmu saja, selalu ada keterkaitan antara teknologi yang satu dengan yang lainnya. Kolaborasi antara teknologi di bidang mesin dan bidang transportasi dapat menciptakan sebuah inovasi baru.
BUDAYA DARI PARA AHLI / PAKAR
Ø Halfway Technology
Menurut Lewis Thomas, teknologi terbagi dalam dua yaitu real high technology dan halfway technology. Sebuah teknologi dikatakan real high technology jika teknologi dapat digunakan secara efektif dan tidak memeakan biaya yang begitu besar, tidak membebankan penggunanya. Contohnya pencegahan virus yang menyerang anak-anak melalui imunisasi, hampir semua anak-anak dapat merasakan penemuan ini. Sedangkan halfway technology adalah teknologi yang bermanfaat namun tidak semua orang dapat merasakan manfaatnya, hal ini dapat disebabkan karena teknologi tersebut tidak terjangkau oleh semua orang dan tidak dapat diaplikasikan setiap saat. Sebagai contoh, transplantasi organ dan perawatan kanker. Oleh karena itu, dibutuhkan riset lebih lanjut agar teknologi ini dapat bisa merakyat.
Teknologi muncul sebagai suatu solusi menyelesaikan masalah namun ternyata setelah disadari sebenarnya teknooogi tidak memecahkan masalah yang sebenarnya. Terkadang kita tidak menyadari bahwa teknologi dirancang untuk mengatasi suatu masalah tanpa kita tahu apa sebenarnya penyebab masalah tersebut. Sebagai contoh, penerapan teknologi gas melalui konversi minyak tanah ke gas. Penerapan teknologi tersebut ditujukan untuk mengatasi kerugian pemerintah yang selama ini mensubsidi minyak tanah agar harganya tidak terlalu tinggi. Akan tetapi penerapan teknologi ini justru membuat rakyat semakin menderita terutama bagi rakyat miskin yang tidak mampu mengonsumsi gas. Seharusnya kita bisa lebih jeli melihat masalah apa sih sebenarnya yang melatarbelakangi semua ini, satu hal yang perlu dilakukan adalah bagaimana pemerintah bisa melakukan inovasi dalam menyejahterakan rakyat, dengan begitu berapapun harga energi yang mereka butuhkan dapat mereka beli tanpa perlu subsidi pemerintah. Teknologi ini yang masuk dalam kategori halfway technology, dimana penerapan teknologi justru menyengsarakan manusia yang menjadi penggunanya.
Kehebatan sebuah teknologi bukan dillihat dari rancangannya tetapi bagaimana metode kerja dan biaya yang dihabiskan untuk konsumsi teknologi tersebut. Jika teknologi tersebut ternyata malah membuang-buang energi dan sumber daya alam karena biaya yang dikeluarkan cukup besar danperawatan serta metode kerjanya tidak efektif maka itu adalah halfway technology. Halfway technology muncul karena para ahli menciptakan teknologi untuk menyelesaikan masalah yang muncul dan bukannya mengantisipasi agar masalah tersebut tidak muncul. Perhatian yang kurang terhadap perawatan teknologi yang sudah diterapkan juga memicu timbulnya teknologi yang sia-sia. Selain itu jika teknologi diterapkan tanpa adanya organisasi yang terstruktur maka masalah yang ingin diselesaikan justru malah akan semakin parah.
Ø Teknologi dan Militer
Hal yang paling penting dalam perencanaan sebuah teknologi adalah prediksi ke masa depan tentang apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Persoalannya adalah seorang ahli atau pakar teknologi cenderung untuk lebih selektif dalam menngali inovasi pada satu objek tertentu dari bidang mereka yang diperkirakan akan sukses dalam penerapannya. Sehingga mereka menjadi lebih terkonsetrasi pada pembenahan satu masalah saja tanpa memperhatikan aspek lain yang juga turut menjadi bagian dalam maslah tersebut. Maslaah ini bukan hanya terjadi karena kurangnya integritas atau kemalasan mereka tetapi karena komitmen yang kurang terhadap keahlian pada cabang ilmu yang ditekuni.
Teknologi juga kadang disalahgunakan demi kepentingan politik dan para penguasa. Penyalahgunaan ini erat kaitannya dengan teknologi di bidang militer, apalagi di negara-negara adidaya. Ketika Uni Soviet masih kokoh dan menjadi rival kuat Amerika Serikat, kedua negara tersebut terus mengembangkan teknologi masing-masing untuk menjatuhkan lawan, mulai dari teknologi senjata, biologis hingga kimia. Praktek-praktek kotor pun mulai mencengkeram teknologi yang sebenarnya ditujukan untuk suatu kebaikan bagi kemaslahatan mansyarakat. Teknologi yang terus meningkat juga membuat militer masing-masing negara akrab dengan perkembangan teknologi dari hari ke hari. Tidak heran bila dalam suatu pertempuran siapa yang memiliki teknologi paling canggih kemungkinan besar dapat memenangkan pertempuran tersebut. Pergerakan militer pun terus menggeliat seiring perkembangan, kestabilan hubungan antara pembangunan di bidang teknologi, budaya dan industri juga turut menyetainya.
Akan tetapi ternyata perkembangan teknologi yang ditujukan untuk kepentingan militer berdamapk buruk bagi kehidupan. Teknologi seolah menjadi momok bagi masyarakat dan membuat dunia terasa begitu berbahaya, seperti teknologi nukir yang sedang hangat dibicarakan. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan baru dalam teknologi agar pergerakan militer yang dilatarbelakangi teknologi tidak lagi menakutkan. Diperlukan penanaman nilai-nilai dan budaya terhadap ahli-ahli teknologi agar mereka dapat menerapkan dengan tepat teknologi yang mereka ciptakan.
Ø Masalah Dengan Penyebab Yang Kompleks
Perkembangan teknologi yang berdampak buruk bukan hanya isu militer saja tetapi juga bagian dari masalah budaya profesional ahli teknologi itu sendiri. Ketika seseorang yang memiliki ilmu yang sangat tinggi ia akan sangat terfokus pada satu perhatian saja, hal ini yang membuat kita buta, bahwa sebenarnya apa yang dianggapa baik dalam kajian ilmu kita belum tentu baik dilihat dari sudut pandang ilmu lain. Dengan begitu kita menerima saja pembangunan berbiaya tinggi dan teknologi yang berbahaya.
Dalam membenahi bentuk dari teknologi perlu kombinasi antara tekanan politik dan industri, serta nilai-nilai pribadi dan profesional si pencipta teknologi. Dalam menciptakan teknologi, seorang ahli harus sadar bahwa teknologi ini ditujukan untuk kemaslahatan umat danbukan dirinya sendiri. Terkadang seorang ahli selalu memandang manfaat dari sesuatu hanya dari sudut pandangnya saja tanpa memperhatikan apakah hal tersebut juga bermanfaat pada masyarakat.
Ø Pemetaan Area Dari Kesalahan Persepsi
Seorang ahli teknologi yang berasal dari dua bidang ilmu yang berbeda akan memandang suatu masalah dalam sudut pandang berbeda pula dan kadang saling bertentangan satu sama lain. Padahal apabila kedua sudtupandang tersebut disatukan, maslah tersebut dapat teratasi dari berbagai sisi penyebabnya. Masalah dalam teknologi kadang justru muncul dari dalam diri si pencipta teknologi tersebut. Mereka selalu menganggap apa yang mereka pikir adalah yang paling benar danapa yangdipikirkanorang lain yang berbeda dari mereka itu salah, dan tidak jarang terjadi konflik antar para ahli. Kurangnya pengetahuan, di samping pengetahuan pada bidangnya, merupakan salah satu faktor penyebabnya.
Seorang ahli teknik memang tidak perlu terlibat dalam masalah kesehatan, politik ataupun psikologi, tetapi pemahaman akan bidang-bidang ilmu tersebut juga diperlukan sehingga ketika sebuah teknologi akan diterapkan maka ia dapat memprediksi bagaimana reaksi masyarakat terhadap teknologi tersebut dan ataukah teknologi itu justru berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Seorang pencipta teknologi juga harus bisa melihat bagaimana ilmu yang dapat berkembang menjadi teknologi yang dia miliki bisa berkolaborasi dengan teknologi dari disiplin ilmu lain yang dapat menciptakan sebuah teknologi multiguna. Oleh karena itu cukup penting bagi seorang ahli teknologi memahami dimensi dari disiplin ilmu lain.
Ada dua pendapat yang muncul mengenai keberadaan makna dari teknologi. Di satu sisi ada argumen yang menyatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang netral baik dari segi budaya, moral, maupun politik. Teknologi diartikan sebagai sesuatu yang menyediakan perangkat yang bebas dari sistem nilai lokal yang bisa digunakan sebagian untuk mendukung gaya hidup yang bermacam-macam. Dengan demikian sebagian besar orang menganggap bahwa teknologi bersifat amoral, sesuatu yang jauh dari nilai-nilai, suatu perangkat yang dapat digunakan untuk tujuan yang baik maupun yang buruk. Jadi jika banyak orang yang kelaparan di negara-negara miskin, jika manusia merasa terancam kehidupannya karena penghancuran nuklir atau efek dari polusi zat-zat kimia maka teknologi tidak bisa dipersalahkan atas hal-hal tersebut. Semua itu terjadi karena penyalahgunaan teknologi oleh politikus, militer, para pemilik modal dan lain-lain.
Namun apakah benar bahwa teknologi netral dari segi budaya? Jawabannya bisa iya jika kita melihat dari konstruksi dasar mesin dan prinsip kerja sebuah teknologi. Akan tetapi, jika kita melihat dari kegiatan manusia yang dipengaruhi oleh mesin, meliputi penggunaan mesin tersebut perannya sebagai sebuah simbol status, dan bagaimana kemampuan dari si pemilik, maka teknologi tidak netral dari segi budaya. Dari segi pandang yang kedua, teknologi dilihat sebagai bagian dari kehidupan. Persoalannya adalah istilah teknologi itu sendiri telah menjadi sesuatu bentukkan kata yang unik, yang memiliki beragam makna.
Oleh karena itu, kita lebih baik melihat makna teknologi dari segi nilainya, kita akan memandang aspek mana dari teknologi yang erat kaitannya dengan nilai-nilai budaya dan aspek mana yang bebas nilai. Kita sebaiknya memandang teknologi sebagai aktivitas manusia dan bagian dari hidup. Kita sebaiknya tidak melihat teknologi hanya sebagai sebuah mesin atau inovasi serta teknik dan perkembangan dari pengetahuan saja, tapi juga sebagai sebuah karakter pola yang menjadi sebuah bagian dari sebuah organisasi dan tepat guna.
Ø Definisi Konsep Teknologi
Dalam mendefinisikan konsep dari praktek teknologi secara tepat, penting untuk memikirkan dan memperhatikan dari segi manusia dan aspek sosialnya. Mereka yang menulis tentang hubungan dan kontrol sosial dari teknologi cenderung untuk fokus terutama pada organisasi. Secara khusus mereka menekankan pada perencanaan dan administrasi, riset manajemen, sistem regulasi dari polusi dan penyalahgunaan lainnya serta organisasi profesional diantara para ilmuan dan pakar teknologi. Hal-hal tersebut memang merupakan topik yang penting namun ada jarak yang sangat besar dari sisi lain manusia dan hubungannya dengan penerapan teknologi yang luput dari perhatian beberapa penelitian, meliputi nilai dan pengalaman individu dari pekerjaan teknis.
Penerapan teknologi memiliki sisi teknis dan etis yang sama pentingnya dengan faktor organisasi atau manusia penggunanya, yang dapat kita jadikan acuan pandangan mengapa penerapan teknologi begitu berharga. Bagi orang-orang yang berpikiran politis, aspek organisasional dari sebuah teknologi sangatlah penting. Hal tersebut merepresentasikan banyak segi dari administrasi dan kebijakkan publik, yang berkaitan dengan kegiatan dari perancang, insinyur, teknisi dan para pekerja serta penggunaan dan konsumsi dari sebuah produksi. Walaupun begitu banyak orang yang mengidentifikasikan teknologi dari segi teknis, karena teknologi berkaitan dengan penggunaan mesin, teknik, pengetahuan dan berbagai aktivitas lainnya yang membuat teknologi bekerja. Di samping itu, ada nilai-nilai yang mempengaruhi kreativitas dari perancang dan penemu teknologi.
Dari hal ini dapat diindikasikan dengan berbicara tentang aspek idiologis atau budaya dari praktek teknologi, apabila sejalan dengan berbagai kepercayaan berpikir kebiasaan memikirkan aktivitas teknis dan ilmu. Jika kita telaah lebih lanjut ada tumpang tindih pengertian, berbicara tentang ideologi organisasi teknik dan perangkat teknologi adalah aspek-aspek yang membentuk kebudayaan dalam suatu masyarakat. Namun dalam pengertian umum kebudayaan mengacu pada nilai, ide dan aktivitas kreatif, dan penggunaan makna ini lebih banyak digunakan.
Teknologi kemudian diidentifikasikan seluruhnya dengan aspek teknisnya, dan kata teknik lebih sering digunakan untuk merujuk pada istilah teknologi. Walaupun begitu makna yang lebih umum dari kata tersebut dapat disamakan dengan praktek teknologi yang sama sekali bebas nilai dan netral secara politik. J.K. Galbraith mengartikan teknologi sebagai aplikasi sistematis dari sebuah ilmu atau pengetahuan terorganisir lainnya untuk mempraktekan operasi. Memang definisi tersebut terlihat sempit, namun sebenarnya Galbraith berpikir bahwa teknologi adalah sebuah aktivitas yang melibatkan organisasi dan sistem nilai yang kompleks.
Ø Aspek-Aspek Yang Melatarbelakangi Teknologi
Sebuah masalah timbul dari penggunaan kata teknologi dalam kehidupan sehari-hari, dimana aspek yang lebih luas dari teknologi terabaikan. Perdebatan pun muncul tentang apa sebenarnya manfaat teknologi bagi masyarakat. Sebuah proyek yang melibatkan teknologi yang amat canggih sekalipun bisa saja mengalami keggalan walaupun sudah setengah jalan. Hal ini disebabkan karena aspek manusia sebagai pengguna teknologi dan pola mereka dalam berorganisasi diabaikan. Jadi apabila sebuah teknologi dirancang dan disesuaikan dengan kebudayaan tertentu, butuh usaha yang cukup keras untuk membuat teknologi tersebut cocok dengan masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda.
Sebagai contoh pengenalan teknologi pompa air di India. Untuk mengatasi kekeringan pada tahun 1960, di India diterapkan teknologi pompa air untuk memudahkan masyarakat mengambil air. Sekitar 150 ribu pompa air ditempatkan di berbagai tempat di India. Namun ternyata teknologi ini tidak bertahan lama di India, selang beberapa waktu 2/3 dari seluruh pompa air yang terpasang di India mengalami kerusakan. Setelah dilakukan penyelidikan, ternyata ditemukan sejumlah kesalahan yang menyebabkan kerusakan tersebut yaitu pada disain pompa air dan standar dari industri pembuat pompa air tersebut. Akan tetapi walaupun kesalahan tersebut telah dibetulkan pompa air tersebut tidak dapat beroperasi dengan baik. Kemudian disadari bahwa kerusakan tersebut bukan kesalahan pompa air semata, faktor manajemen dan administrasi dari penggunaan pompa air tersebut juga turut andil. Pengaturan penggunaan pompa air tersebut tidak efektif. Selain itu, tanggung jawab dan rasa memiliki orang India terhadap pompa air tersebut juga masih sangat kurang. Setelah semua faktor yang menghamabt kinerja pompa air tersebut teratasi penggunaan pompa air pun berjalan kembali.
Dari kejadian diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya dalam menerapkan sebuah teknologi, integrasi antara mesin dan manusia sangat penting. Sebuah terobosan teknologi dapat dijalankan jika aspek pengaturan penggunaan – dari segi manusianya - dan aspek rancangan teknik – dari segi mesin – dapat saling mendukung. Namun terkadang teknologi hanya dilihat dari segi teknisnya saja, dengan mengabaikan aspek budaya yang meliputinya.
Apabila dilihat dari kasus teknologi pompa air di India, ada dua hal yang membuat teknologi tidak dapat diterapkan dengan baik. Pertama, cara berpikir seorang teknisi yang selalu menganggap penerapan teknologi selalu identik dengan teknik yang membentuknya. Kedua, benturan nilai antara teknisi yang berpendidikan tinggi dengan masyarakat lokal India yang tidak berpendidikan. Masyarakat lokal pun menganggap teknologi sebagai sesuatu yang sangat hebat sehingga tidak perlu diperhatikan atau dirawat karena kebal dari kerusakan.
Para ahli teknologi pun mulai menyadari bahwa permasalahan yang mereka hadapi juga memiliki implikasi sosial dan bahwa sebenarnya tidak teknologi yang mereka ciptakan tidak terlepas dari aspek individu yang menggunakannya dan budaya dalam masyarakat tersebut. Mereka menyadarinya ketika menelusuri bahwa pompa-pompa air yang tidak rusak, ternyata dipakai oleh masyarakat yang berpendidikan dan mengerti bagaimana memelihara pompa tersebut. Kemudian timbullah pemikiran bahwa pelatihan keilmuan teknologi cenderung berfokus pada prinsip umum saja dan tidak melihat secara spesifik suatu masalah. Pemikiran yang kedua lebih memperhatikan bagaimana aspek budaya dalam penerapan teknologi cenderung diabaikan.
Jadi kesimpulannya, sebuah teknologi memang merupakan hasil dari pengembangan sebuah ilmu dan teknik yang dikombinasikan dan membentuk sebuah mesin atau inovasi. Namun ketika teknologi itu hendak diterapkan di masyarakat, maka penerapannya bukan hanya sekedar memperhatikan aspek teknik yang membentuknya tetapi juga aspek dari manusia yang akan menggunakannya. Aspek ini dilihat dari segi pendidikan, penyuluhan pengoperasian dan budaya dalam masyarakat itu sendiri. Sehingga ketika teknologi itu bukan hanya sekedar pelengkap kebutuhan tapi juga menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
KEPERCAYAAN TENTANG KEMAJUAN
Ø Mengukur Kemajuan Teknologi
Dapat dimengerti jika kita berbicara tentang teknologi pasti selalu merujuk kepada perangkat pembentuknya dan bukannya aktivitas manusia karena teknologi berkaitan dengan kemajuan yang mengacu pada perkembangan teknik dan alat-alat. Sejak tahun 1600 berbagai penemuan seperti koran dan kompas magnetik, dinyatakan sebagai bukti dari kemajuan teknik, yang kemudian disusul dengan penemuan mesin uap dan bola lampu. Wedgwood Benn pun mempresentasikan gambar skema yang menunjukkan bagaimana komputasi, transportasi, komunikasi dan senjata berkembang, skema ini pun menjadi panduan masyarakat dalam memahami sejarah teknologi. Chauncey Starr menyatakan teknologi menyangkut kombinasi faktor-faktor yang berkaitan dengan efisiensi energi, hasil produksi, komunikasi dan tenaga manusia yang terlatih dalam ilmu dan teknik. Dari pemahaman tersebut dapat dilihat bahwa berbagai jenis mesin muncul untuk menunjukkan perkembangan teknologi yang tetap selama rentang waktu yang lama dan bahwa sebuah teknologi akan membuka cabang baru untuk perkembangan teknologi lainnya.
Kemajuan teknologi dalam satu dimensi sebenarnya diikuti dengan kemunduran di bidang lainnya. Sebagai contoh perkembangan dalam bidang pertanian, jumlah produksi pangan berhubungan dengan tanah, pekerja dan energi. Semakin banyak jumalah produksi maka semakin banyak tanah yang diolah dan orang yangdipekerjakan. Namun peningkatan tersebut juag dibarengi dengan tingkat kesuburan tanah yanag semakin rendah (energi). Bagaimana sebuah kemajuan dapat dievaluasi, tergantung pada lingkungan, dan secara khusus tergantung pada penggunaan tanah dan energi yang menyebabkannya berkurang. Contoh kecilnya adalah tingkat produksi pertanian Inggris dan Amerika Serikat. Inggris dengan area yang terbatas berusaha meningkatkan produksi pertaniannya sedini mungkin sedangkan Amerika Serikat dengan area yang lebih luas dari Inggris lebih “santai “ dalam hal produksi pertanian. Sehingga Inggris lebih dulu mendapatkan hasil dari peningkatan produksi pertaniannya dibanding Inggris. Namun bukan berarti kita bisa mengatakan Inggris lebih efisien dibandingkan Amerika, tergantung konteks yang kita lihat, apalagi jika peningkatan hasil produksi tidak disebut kemajuan, tetapi lebih melihat kemajuan dari bagaimana teknologi dan alat-alat dimaksimalkan dalam pertanian. Inilah yang disebut pandangan linear. Mereka yang mengusung pandangan ini beranggapan kemajuan selalu identik dengan bagaimana sebuah teknologi dan proses produksi yang melibatkan teknologi tersebut berkembang, tidak selalu melihat hasil akhir (technical revolution).
Sebelum tahun 1945 bidang pertanian masih menerapkan sistem membajak dengan menggunakan bianatang ternak, memperkerjakan banyak orang untuk mengolah sawah dan mencabuti tanaman pengganggu, dan masih menggunakan pupuk alami. Metode pertanian ini disebut “high farming”. Namun setelah tahun 1945, metode baru diberlakukan di bidang pertanian dimana traktor digunakan untuk mengoptimalkan pembajakan sawah, menggunakan tanaman herbisida yang lebih mudah dikontrol walaupun tanpa banyak menggunakan pekerja danmenggunakan pupuk buatan. Semua hal ini membuata pekerjaan di bidang pertanian menjadi lebih mudah. Metode ini disebut “chemical farming”. Bagi pengusung pandangan linear perubahan dari metode high farming menjadi chemical farming, barulah bisa disebut kemajuan. Hal serupa juga terjadi dimana teknologi mesin uap sederhana berkembang menajadi sistem pembangkit yang canggih.
Ø Organisasi Kerja
Tahun 1769 diperkirakan sebagai tahun terjadinya revolusi industri di Inggris karena pada tahun tersebut ada dua teknologi penting yang ditemukan dan dipatenkan yaitu mesin berputar bertenaga listrik dan mesin uap. Hal ini tidak terlepas dari interpretasi linera dimana pandangan ini menekankan pada pern\angkat teknologinya dan bukan kegiatan manusia yang mendukungnya, dan menganggap bahwa revolusi industri adalah revolusi di bidang teknologi semata.
Namun pemikiran ini tidak sepenuhnya diterima, dan muncul pandangan konteks inovasi. Pandangan ini menyatakan bahwa kemajuan atau revolusi dalam bidang apapun bukan semata milik teknologi saja tetapi juga manusia yang menggunakannya (human revolution). Mereka menganggap sebuah teknologi tidak berarti apa-apa jika tidak ada manusia atau organisasi kerja yang menggerakkannya. Selain itu faktor disiplin juga ikut mempengaruhi karena dengan begitu sistem kerja manusia berubah.
Para pengusung pandangan ini juga menganggap bahwa setelah teknologi bermunculan, kebebasan manusia dan organisasi kerjanya menjadi terkekang. Sebelum tahun 1800 para pekerja industri dapat dengan bebas mengatur langkah dan waktu kerja mereka. Bagi para pekerja tani mereka memiliki kebebasan mengolah lahan yang ada. Namun ketika tahun 1800, para pekerja menjadi buruh bagi seorang pemilik pabrik atau tuan tanah, dan mereka tidak lagi memilki kebebasan, mereka harus bekerja sesuai waktu dan tugas yang diberikan oleh majikan mereka. Bukan hanya itu saja yang berubah, namun mesin-mesin yang digunakan industri juga berkembang.
Perubahan dalam organisasi kerja tidak hanya berdampak pada waktu dan pekerjaan saja tetapi perubahan ini juga mengakibatkan adanya pembagian divisi-divisi kerja. Sebuah proses produksi yang rumit dan setiap proses dikerjakan oleh setiap orang yang berbeda. Mesin dan hasil teknologi lainnya membuat pekerjaan menjadi lebih mudah dan kemampuan individu tidak begitu dibutuhkan. Oleh karena itu proses produksi menjadi terpecah ke dalam rangkaian proses-proses kecil dan membuat kemampuan individu lebih terkonsentrasi pada satu hal saja.
Teknologi dapat membuat kemampuan manusia menurun ataupun meningkat. Menurun, jika dilihat bahwa manusia sebelum hadirnya teknologi dituntut untuk memiliki kemampuan yang beragam. Dapat dibilang meningkat karena setelah adanya teknologi, kemampuan manusia lebih mengarah kepada pendalaman satu kemampuan saja dan memiliki tambahan yaitu kemampuan mengoperasikan teknologi. Hal ini berarti kemajuan dalam teknologi merupakan kemajuan manusia juga.
Ø Penentuan Kesimpulan
Kedua kepercayaan tentang kemajuan yang saling bertentangan di atas merupakan suatu bukti bahwa teknologi menjadi pusat perhatian para ahli. Pandangan linear yang mengusung pendapat bahwa kemajuan teknologi adalah kemajuan di bidang teknis, terlalu sederhana dalam memandang teknologi. Hal ini berakibat munculnya optimisme yang salah diantara mereka. Alasannya adalah kemajuan teknis memang tidak dapat dihindari. Jacques Ellul berpendapat kemajuan teknis cenderung untuk melakukan sesuatu berdasarkan kemajuan dari segi geometrisnya karena lebih memperhatikan situasi teknik dari teknologi itu sendiri. Ia juga berpendapat bahwa saat ini kemajuan teknis tidak lagi dipengaruhi oleh apapun selain efisiensi dari penghitungan. Beberapa orang juga menyatakan bahwa struktur kepemilikan industri ditentukan oleh teknologi karena teknologi membawa kebudayaannya sendiri.
Semua pernyataan ini tertuju pada suatu konsep yang disebut technological determinism, dimana kemajuan dalam segi teknik adalah proses perkembangan inovasi yang stabil dan mempengaruhi kehidupan manusia sehingga ikut berjalan mengikiti proses tersebut. Kemudian muncul berbagai masalah sosial yang disebut culture lag, dimana norma dan institusi sosial gagal untuk beradaptasi dalam perkembangan ilmu terbaru.
Disisi lain para pemikir yang mengusung konsep “inovasi konteks” berpendapat bahwa sebelum lahirnya inovasi di bidang teknologi, pola baru dalam organisai telah ditemukan dan berevolusi. Contohnya televisi, teknologi ini tidak dapat berkembang dengan baik di masyarakat tanpa adanya hiburan massa dan media berita yang terorganisir. Begitu pula dengan penemuan mesin uap, perkembangan dari organisasi pabrik memberikan James Watt kesempatan untuk menyempurnakan penemuannya.
Kedua pemikiran diatas sebenarnya dapat dikolaborasikan untuk menghasilkan sebuah pandangan yang seimbang mengenai kemajuan teknologi. Kebanyakan penemuan telah dibuat dengan tujuan sosial tertentu tetapi banyak penemuan yang justru tidak memiliki pengaruh dalam kehidupan seseorang. Sebuah inovasi seharusnya merupakan hasil dari proses penyesuaian yang saling menguntungkan antara faktor sosial, budaya dan teknis.
Ø Pergerakan Dalam Kemajuan
Satu hal yang harus kita pikirkan mengenai konsep tentang kemajuan mungkin dapat mengambil pandangan-pandangan yang luas dari faktor-faktor yang saling berinteraksi dalam hubungan yang menguntungkan. Antara teknologi yang satu dengan yang lainnya dapat menghasilkan sebuah pergerakan dalam kemajuan, apabila dikombinasikan. Selain itu hubungan yang baik antara pengaturan organisasi dan teknologi baru yang muncul juga dapat menggerakkan kemajuan. Sebuah inovasi bukanlah sekedar hasil dari logika yang rasional saja. Inovasi menyangkut tujuan dan maksud tertentu serta merupakan cerminan kesiagaan dari kemungkinan dan kesempatan ekonomi. Pergerakan inovasi yang luar biasa terlihat dari perkembangan sebuah teknologi sederhana menjadi teknologi yang lebih canggih.
Inovasi bukan berarti sesuatu yang benar-benar baru, perpaduan antara teknologi yang sudah pernah ditemukan sebelumnya juga dapat mengahsilkan sebuah inovasi. Pergerakan dalam inovasi bukan hanya menyangkut satu bidang ilmu saja, selalu ada keterkaitan antara teknologi yang satu dengan yang lainnya. Kolaborasi antara teknologi di bidang mesin dan bidang transportasi dapat menciptakan sebuah inovasi baru.
BUDAYA DARI PARA AHLI / PAKAR
Ø Halfway Technology
Menurut Lewis Thomas, teknologi terbagi dalam dua yaitu real high technology dan halfway technology. Sebuah teknologi dikatakan real high technology jika teknologi dapat digunakan secara efektif dan tidak memeakan biaya yang begitu besar, tidak membebankan penggunanya. Contohnya pencegahan virus yang menyerang anak-anak melalui imunisasi, hampir semua anak-anak dapat merasakan penemuan ini. Sedangkan halfway technology adalah teknologi yang bermanfaat namun tidak semua orang dapat merasakan manfaatnya, hal ini dapat disebabkan karena teknologi tersebut tidak terjangkau oleh semua orang dan tidak dapat diaplikasikan setiap saat. Sebagai contoh, transplantasi organ dan perawatan kanker. Oleh karena itu, dibutuhkan riset lebih lanjut agar teknologi ini dapat bisa merakyat.
Teknologi muncul sebagai suatu solusi menyelesaikan masalah namun ternyata setelah disadari sebenarnya teknooogi tidak memecahkan masalah yang sebenarnya. Terkadang kita tidak menyadari bahwa teknologi dirancang untuk mengatasi suatu masalah tanpa kita tahu apa sebenarnya penyebab masalah tersebut. Sebagai contoh, penerapan teknologi gas melalui konversi minyak tanah ke gas. Penerapan teknologi tersebut ditujukan untuk mengatasi kerugian pemerintah yang selama ini mensubsidi minyak tanah agar harganya tidak terlalu tinggi. Akan tetapi penerapan teknologi ini justru membuat rakyat semakin menderita terutama bagi rakyat miskin yang tidak mampu mengonsumsi gas. Seharusnya kita bisa lebih jeli melihat masalah apa sih sebenarnya yang melatarbelakangi semua ini, satu hal yang perlu dilakukan adalah bagaimana pemerintah bisa melakukan inovasi dalam menyejahterakan rakyat, dengan begitu berapapun harga energi yang mereka butuhkan dapat mereka beli tanpa perlu subsidi pemerintah. Teknologi ini yang masuk dalam kategori halfway technology, dimana penerapan teknologi justru menyengsarakan manusia yang menjadi penggunanya.
Kehebatan sebuah teknologi bukan dillihat dari rancangannya tetapi bagaimana metode kerja dan biaya yang dihabiskan untuk konsumsi teknologi tersebut. Jika teknologi tersebut ternyata malah membuang-buang energi dan sumber daya alam karena biaya yang dikeluarkan cukup besar danperawatan serta metode kerjanya tidak efektif maka itu adalah halfway technology. Halfway technology muncul karena para ahli menciptakan teknologi untuk menyelesaikan masalah yang muncul dan bukannya mengantisipasi agar masalah tersebut tidak muncul. Perhatian yang kurang terhadap perawatan teknologi yang sudah diterapkan juga memicu timbulnya teknologi yang sia-sia. Selain itu jika teknologi diterapkan tanpa adanya organisasi yang terstruktur maka masalah yang ingin diselesaikan justru malah akan semakin parah.
Ø Teknologi dan Militer
Hal yang paling penting dalam perencanaan sebuah teknologi adalah prediksi ke masa depan tentang apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Persoalannya adalah seorang ahli atau pakar teknologi cenderung untuk lebih selektif dalam menngali inovasi pada satu objek tertentu dari bidang mereka yang diperkirakan akan sukses dalam penerapannya. Sehingga mereka menjadi lebih terkonsetrasi pada pembenahan satu masalah saja tanpa memperhatikan aspek lain yang juga turut menjadi bagian dalam maslah tersebut. Maslaah ini bukan hanya terjadi karena kurangnya integritas atau kemalasan mereka tetapi karena komitmen yang kurang terhadap keahlian pada cabang ilmu yang ditekuni.
Teknologi juga kadang disalahgunakan demi kepentingan politik dan para penguasa. Penyalahgunaan ini erat kaitannya dengan teknologi di bidang militer, apalagi di negara-negara adidaya. Ketika Uni Soviet masih kokoh dan menjadi rival kuat Amerika Serikat, kedua negara tersebut terus mengembangkan teknologi masing-masing untuk menjatuhkan lawan, mulai dari teknologi senjata, biologis hingga kimia. Praktek-praktek kotor pun mulai mencengkeram teknologi yang sebenarnya ditujukan untuk suatu kebaikan bagi kemaslahatan mansyarakat. Teknologi yang terus meningkat juga membuat militer masing-masing negara akrab dengan perkembangan teknologi dari hari ke hari. Tidak heran bila dalam suatu pertempuran siapa yang memiliki teknologi paling canggih kemungkinan besar dapat memenangkan pertempuran tersebut. Pergerakan militer pun terus menggeliat seiring perkembangan, kestabilan hubungan antara pembangunan di bidang teknologi, budaya dan industri juga turut menyetainya.
Akan tetapi ternyata perkembangan teknologi yang ditujukan untuk kepentingan militer berdamapk buruk bagi kehidupan. Teknologi seolah menjadi momok bagi masyarakat dan membuat dunia terasa begitu berbahaya, seperti teknologi nukir yang sedang hangat dibicarakan. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan baru dalam teknologi agar pergerakan militer yang dilatarbelakangi teknologi tidak lagi menakutkan. Diperlukan penanaman nilai-nilai dan budaya terhadap ahli-ahli teknologi agar mereka dapat menerapkan dengan tepat teknologi yang mereka ciptakan.
Ø Masalah Dengan Penyebab Yang Kompleks
Perkembangan teknologi yang berdampak buruk bukan hanya isu militer saja tetapi juga bagian dari masalah budaya profesional ahli teknologi itu sendiri. Ketika seseorang yang memiliki ilmu yang sangat tinggi ia akan sangat terfokus pada satu perhatian saja, hal ini yang membuat kita buta, bahwa sebenarnya apa yang dianggapa baik dalam kajian ilmu kita belum tentu baik dilihat dari sudut pandang ilmu lain. Dengan begitu kita menerima saja pembangunan berbiaya tinggi dan teknologi yang berbahaya.
Dalam membenahi bentuk dari teknologi perlu kombinasi antara tekanan politik dan industri, serta nilai-nilai pribadi dan profesional si pencipta teknologi. Dalam menciptakan teknologi, seorang ahli harus sadar bahwa teknologi ini ditujukan untuk kemaslahatan umat danbukan dirinya sendiri. Terkadang seorang ahli selalu memandang manfaat dari sesuatu hanya dari sudut pandangnya saja tanpa memperhatikan apakah hal tersebut juga bermanfaat pada masyarakat.
Ø Pemetaan Area Dari Kesalahan Persepsi
Seorang ahli teknologi yang berasal dari dua bidang ilmu yang berbeda akan memandang suatu masalah dalam sudut pandang berbeda pula dan kadang saling bertentangan satu sama lain. Padahal apabila kedua sudtupandang tersebut disatukan, maslah tersebut dapat teratasi dari berbagai sisi penyebabnya. Masalah dalam teknologi kadang justru muncul dari dalam diri si pencipta teknologi tersebut. Mereka selalu menganggap apa yang mereka pikir adalah yang paling benar danapa yangdipikirkanorang lain yang berbeda dari mereka itu salah, dan tidak jarang terjadi konflik antar para ahli. Kurangnya pengetahuan, di samping pengetahuan pada bidangnya, merupakan salah satu faktor penyebabnya.
Seorang ahli teknik memang tidak perlu terlibat dalam masalah kesehatan, politik ataupun psikologi, tetapi pemahaman akan bidang-bidang ilmu tersebut juga diperlukan sehingga ketika sebuah teknologi akan diterapkan maka ia dapat memprediksi bagaimana reaksi masyarakat terhadap teknologi tersebut dan ataukah teknologi itu justru berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Seorang pencipta teknologi juga harus bisa melihat bagaimana ilmu yang dapat berkembang menjadi teknologi yang dia miliki bisa berkolaborasi dengan teknologi dari disiplin ilmu lain yang dapat menciptakan sebuah teknologi multiguna. Oleh karena itu cukup penting bagi seorang ahli teknologi memahami dimensi dari disiplin ilmu lain.
2 Komentar untuk "KEBUDAYAAN MANUSIA DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI"
mas, thankzz ya atas infonya,,
join dan kunjungi blog saya di
http://rikymetalist.blogspot.com
thankzz mas,, blog ini sudah saya join, :)
Terimakasih juga mase...
Posting Komentar